Oleh karena itu, perlu adanya beberapa tindakan yang dilakukan untuk menumbuhkan kembali self-esteem dan self-disclosure tersebut.
Beberapa tindakan yang dapat diterapkan seperti mengenali lebih dalam tentang diri sendiri, berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain, menerima dan mengevaluasi diri setiap waktu, dan hal-hal positif lainnya.
Beberapa kegiatan tadi juga dapat menciptakan lingkungan dan pola hidup yang lebih sehat, sehingga meminimalisir adanya standar-standar yang tidak memiliki dasar yang jelas, terkhususnya beauty standard.
Dan perlu diingat, kecantikan bukanlah satu-satunya hal yang dapat dibanggakan. Bisa diartikan juga bahwa self-esteem juga didorong beberapa hal lain. Kecantikan memang menjadi salah satu penilaian umum orang lain terhadap seseorang. Namun jika diperhatikan lebih dekat/mendalam, banyak hal positif lain yang dapat mengembangkan kepribadian seseorang.
Ketika kita sudah bisa memahami dan mengimplementasikan esensi dari self-esteem sendiri, maka kehidupan kita juga akan lebih terbuka. Setidaknya, perlahan kita sadar bahwa kecantikan bukan satu-satunya hal baik yang bisa diperlihatkan.
Pada akhirnya, ketika kita berhasil meninggalkan standarisasi beberapa hal tanpa dasar tertentu, maka self-esteem akan menjadikan hidup kita lebih bermakna. Self-esteem yang baik juga akan berpengaruh pada prestasi, hubungan yang sedang dijalankan, serta juga akan menumbuhkan rasa puas terhadap diri sendiri.
Â
Daftar Pustaka:
Aprilita, D. (n.d.). Representasi kecantikan Perempuan Dalam media Sosial Instagram (Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Akun @mostbeautyindo, @Bidadarisurga, Dan @papuan_girl). Paradigma. Paradigma Vol. 04 No. 03, halaman 1-13. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/25/article/view/16891Â
Fauziyah, L. (2022, August 10). Hubungan Stereotip beauty standard dan self esteem. Suara.com. https://yoursay.suara.com/kolom/2022/08/10/104926/hubungan-stereotip-beauty-standard-dan-self-esteem  Â
Khayati, N., Apriliyanti, D., Sudiana, V. N., Setiawan, A., & Pramono, D. (n.d.). Fenomena flexing di media sosial Sebagai Ajang Pengakuan Kelas Sosial Dengan Kajian teori fungsionalisme struktural. Jurnal Sosialisasi: Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan Vol. 09 No. 02, halaman 113-121. https://ojs.unm.ac.id/sosialisasi/article/view/32543 Â