Mohon tunggu...
Kemila Nadine Chehab
Kemila Nadine Chehab Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

University Student, Full-Time Social Media Specialist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Standar Kecantikan Mempengaruhi Rasa Percaya Diri, Emang Iya?

21 Desember 2022   10:30 Diperbarui: 23 Desember 2022   09:46 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media sosial (shutterstock)

Sebagai manusia yang hidup di zaman serba digital ini, tentunya memerlukan kesiapan mental dalam menghadapi halang rintang ketika berselancar di dunia digital. Terlebih, zona digital seperti media sosial sudah menjadi wadah komunikasi yang sangat transparan.

Wadah transparan yang berarti terbuka dengan beberapa tujuan. Seperti tempat untuk mencari validasi (pengakuan), wadah untuk unjuk diri (seperti pemanfaatan media sosial sebagai portfolio space), dan tempat untuk aktualisasi diri.

Media ini tak terlepas dari penampilan, terkhususnya kecantikan. Adanya media sosial sebagai wadah aktualisasi diri menjadikan kecantikan sebagai hal yang wajib diketahui oleh banyak orang. Tentunya dengan berbagai cara, misalnya instastory update.

Fenomena ini kerap kali menciptakan panggung sosial untuk mereka yang ingin unjuk kecantikan. Perilaku selfie semakin mendorong para muda-mudi (terkhususnya perempuan) untuk show off secara terang-terangan. (Stefanoe, Lackaff, & Rosen, 2011).

Banyaknya perilaku show off di media sosial terkadang menciptakan garis standar tersendiri terhadap kecantikan, meskipun standarisasi ini tidak berdasarkan indikator tertentu. Timbullah masalah baru ketika lahirnya standar kecantikan pada media sosial, yaitu adanya rasa kehilangan percaya diri pada beberapa individu tertentu.

Lahirnya beauty standard yang disebabkan oleh penggunaan media sosial, berakibat pada hilangnya/menurunnya self-esteem pada mereka yang merasa kurang cantik. Standar kecantikan menciptakan garis timpang yang jelas terutama pada media sosial. Meskipun bersifat relatif, kecantikan seakan memiliki indikator tertentu sehingga (seperti) adanya perempuan yang tidak cantik.

Ada beberapa hal yang seakan-akan menjadi indikator kecantikan seseorang, terkhususnya pada media sosial seperti Instagram. Beberapa hal tersebut ialah modernitas, sensualitas,  religiusitas, dan budaya lokalitas (Aprilita, 2016).

Padahal, kecantikan tidak terbatas pada penampilan fisik yang terlihat jelas pada seseorang. Adanya kelebihan dan kekurangan pada masing-masing individu seharusnya bisa mencegah adanya timpang standar kecantikan.

Dalam pengartian lain, adanya perilaku show off di media sosial tidak seharusnya menjatuhkan self-esteem pada muda-mudi (terkhususnya perempuan). Karena rasa percaya diri juga bisa hadir dari berbagai hal, seperti intelektual, kecerdasan, ketangkasan, kreativitas, dan lain sebagainya.

Nyatanya, transformasi budaya berdigital menjadikan flexing sebagai hal yang wajar dan tak boleh terlewatkan. Dan flexing disini tidak terbatas oleh segi materi yang terlihat seperti uang, kekayaan, asset, dan lainnya. Namun juga sudah menjorok perlahan ke kecantikan.

Budaya flexing ini semakin menodai representasi kecantikan. Peristiwa ini menyebabkan semakin hilangnya rasa percaya diri seorang perempuan. Tak hanya itu, beberapa dari perempuan juga semakin tertutup karena menurunnya self-esteem. Dalam makna lain, standarisasi kecantikan yang tidak memiliki dasar ini menyebabkan hilangnya self-esteem dan self-disclosure.

Oleh karena itu, perlu adanya beberapa tindakan yang dilakukan untuk menumbuhkan kembali self-esteem dan self-disclosure tersebut.

Beberapa tindakan yang dapat diterapkan seperti mengenali lebih dalam tentang diri sendiri, berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain, menerima dan mengevaluasi diri setiap waktu, dan hal-hal positif lainnya.

Beberapa kegiatan tadi juga dapat menciptakan lingkungan dan pola hidup yang lebih sehat, sehingga meminimalisir adanya standar-standar yang tidak memiliki dasar yang jelas, terkhususnya beauty standard.

Dan perlu diingat, kecantikan bukanlah satu-satunya hal yang dapat dibanggakan. Bisa diartikan juga bahwa self-esteem juga didorong beberapa hal lain. Kecantikan memang menjadi salah satu penilaian umum orang lain terhadap seseorang. Namun jika diperhatikan lebih dekat/mendalam, banyak hal positif lain yang dapat mengembangkan kepribadian seseorang.

Ketika kita sudah bisa memahami dan mengimplementasikan esensi dari self-esteem sendiri, maka kehidupan kita juga akan lebih terbuka. Setidaknya, perlahan kita sadar bahwa kecantikan bukan satu-satunya hal baik yang bisa diperlihatkan.

Pada akhirnya, ketika kita berhasil meninggalkan standarisasi beberapa hal tanpa dasar tertentu, maka self-esteem akan menjadikan hidup kita lebih bermakna. Self-esteem yang baik juga akan berpengaruh pada prestasi, hubungan yang sedang dijalankan, serta juga akan menumbuhkan rasa puas terhadap diri sendiri.

 

Daftar Pustaka:

Aprilita, D. (n.d.). Representasi kecantikan Perempuan Dalam media Sosial Instagram (Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Akun @mostbeautyindo, @Bidadarisurga, Dan @papuan_girl). Paradigma. Paradigma Vol. 04 No. 03, halaman 1-13. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/25/article/view/16891 

Fauziyah, L. (2022, August 10). Hubungan Stereotip beauty standard dan self esteem. Suara.com. https://yoursay.suara.com/kolom/2022/08/10/104926/hubungan-stereotip-beauty-standard-dan-self-esteem   

Khayati, N., Apriliyanti, D., Sudiana, V. N., Setiawan, A., & Pramono, D. (n.d.). Fenomena flexing di media sosial Sebagai Ajang Pengakuan Kelas Sosial Dengan Kajian teori fungsionalisme struktural. Jurnal Sosialisasi: Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan Vol. 09 No. 02, halaman 113-121. https://ojs.unm.ac.id/sosialisasi/article/view/32543  

Purwati, P., Santosa, H. P., Rahmiaji, L. R., & Ayun, P. Q. (2016, January 4). Fenomena Selfie Kalangan Remaja Perempuan di Instagram. Interaksi Online. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/10430  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun