Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hargai Hasil Karya Orang, Blog!

10 November 2019   12:32 Diperbarui: 11 November 2019   11:50 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali seorang fotografer harus membayar model. Harus mendatangi suatu tempat. Harus menyediakan waktu ke sana. Belum lagi meluangkan waktu untuk menyunting foto agar sesuai standar demi predikat 'layak jual'. 

Di atas semuanya, ada modal komputer sekaligus software-nya serta pastinya kamera mahal. Bahkan jika gambar tadi diabadikan dari ponsel pintar yang secara kebetulan lolos seleksi (sangat sedikit situs yang menerima hasil jepretan dari ponsel), bukan hak Anda juga mengambilnya demi kepentingan Anda sendiri. Bos saya dulu bilang, saya tak tahu jika gambar begini harus beli. Mungkin ada jutaan lainnya yang berpikir sama seperti bos saya. Mungkin Anda adalah salah satunya.

Untuk ilustrasi vektor/bitmap pun tak kalah rumit karena standarnya berbeda dengan karya foto. Meski secara beruntung ada karya saya yang lolos dari keduanya. 

Yang perlu digarisbawahi: Karya para fotografer dan ilustrator tadi tidak butuh Anda iklankan. Biarkan mereka mengiklankan diri mereka sendiri dari uang yang Anda bayar saat membeli gambar mereka. Itulah satu-satunya cara yang mereka harapkan dari Anda untuk menghargai karya mereka. Karya mereka harus membayar biaya-biaya untuk hidup dan pemeliharaan peralatan mereka. Tidak selayaknya lho orangtua diberi penjabaran begini.

Jika satu mengambil alasan mengiklankan, lainnya mengambil dengan alasan sama, lainnya lagi dan lainnya lagi... Para pekerja kreatif itu mesti makan apa, dungu? Cuma terkenal tapi status 'terkenal'-nya tidak menghidupi ya sama saja omong kosong. Keharusan Anda membeli hasil jerih payah para seniman ini (karena telah menggunakan karyanya) tetapi Anda alihkan ke orang lain dengan alasan 'mengiklankan', secara otomatis Anda menyuruh orang lain yang membeli karya mereka sementara Anda menggunakan seenak perut sendiri? Bagaimana jika orang lain bertindak seperti Anda juga? Mikir dong, blog! Apakah Anda goblog? Kegoblokan Anda itu menular!

Tidakkah miris membaca para penulis sekaligus blogger yang ramai karena tulisan mereka dicuri? Lalu bagaimana pula jika Anda malah memanfaatkan seenak jidat atas sesuatu yang ditujukan untuk dijual? Sebagai penulis (meski cuma blog), Anda tidak ingin kecurian tapi Anda sendiri mencuri.

Mari kita teliti salah satu persyaratan lisensi gambar untuk dijual tadi: "You are welcome to use watermarked content from the iStock site on a complimentary basis for test or sample (comp) use only. Watermarked content cannot be used in any final materials or any publicly available materials and may only be used for the 30 days following download". Kalimat ini dikutip dari situs iStockphoto, tapi bunyinya tak jauh berbeda pada situs microstock penjual gambar lainnya.

Saya pikir kemampuan Bahasa Inggris Anda lebih baik dari saya, jadi mungkin Anda dapat mengabaikan terjemahan berikut: "Anda dipersilakan menggunakan konten 'ber-watermark' dari situs iStock yang ditujukan hanya untuk tes atau sampel (percontohan). Konten ber-watermark tidak dapat digunakan pada projek final atau projek terpublikasi dan hanya digunakan (maksimal) 30 hari sejak diunduh".

Jadi gambar dengan watermark Shutterstock, iStock, Alamy dan lain sebagainya di seluruh permukaannya tadi hanya untuk DRAFT desain/artikel dsb yang ditujukan atau PESANAN klien/internal sebuah instansi. Tentunya jika klien/atasan tidak suka dengan gambarnya, maka bisa diganti dengan gambar lain. Karena fungsinya hanya sebagai sampel maka tak perlu beli. Lalu mengapa Anda menggunakannya untuk artikel 'final' yang Anda publikasikan? 

Jika saya mengambil gambar foto ber-watermark saya sendiri dari laman Adobe Stock dan microstock di media sosial itu dalam rangka promosi supaya orang beli, fucking asshole! Kenapa kamu ikut mengambil gambar ber-watermark yang bukan punyamu?

Sementara itu ternyata masih ada kecenderungan lain yang 'dilegalkan' (rasanya ini juga berdasar aturan yang mereka buat sendiri): "gambar sebuah artikel diperbolehkan mengambil dari situs lain asalkan sumbernya jelas". Secara nyata, kalimat ini dapat juga dimaknai jika kita dapat nebeng-pakai gambar dari situs lain meskipun situs yang kita unduh gambarnya tadi membeli dari situs microstock. Logikanya begitu kan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun