Bagi ibu Trinity, tujuan membangun blog tersebut disebabkan karena menghindari rusak-hilangnya berkas dibandingkan dengan penyimpanan pribadi. Lalu mengapa memilih menjadi traveller? Mungkin yang dipikirkan adalah keinginan menjadi 'heroik' pada blognya; dibandingkan dengan saat masih berstatus staf kantor yang pernah dijalaninya. Dari rutinitas masuk jam 08.00 hingga pulang jam 16.00, sepertinya kurang menarik dan kurang 'heroik' untuk diangkat dan diulas.
Ibu Trinity sempat berbagi tips tentang bagaimana menjadi pengguna media sosial sukses. Misalnya:
- Menghasilkan konten yang bermanfaat dan menginspirasi follower
- Konsisten
- Be Yourself!
- Visual yang menarik
- Memberi caption yang deskriptif dan informatif
- Waktu post saat ramai
- Jangan menggunakan kebanyakan #tagar
- Menjaga Interaksi tetap positif
- Berpartisipasi dengan pembicaraan trending
- Promosi diri.
Dalam sesi tanya jawab ibu Trinity juga tak setuju jika kita 'baik secara berlebihan' atas sebuah fenomena di dunia pariwisata: bule yang sampai meminta-minta karena kehabisan uang. Namun memang tak bisa dipungkiri jika orang Asia pada umumnya lebih memandang ras 'kulit putih' lebih superior. Jadi di beberapa kesempatan ketika dalam perjalanan bersama teman 'bule', kadang ada permintaan foto bersama dari warga setempat.
Dibandingkan pemateri lain saat acara, menurut penulis ibu Trinity mempunyai lebih banyak porsi waktu serta kegiatan berinteraksinya dengan peserta. Sementara materi yang dibawakan oleh Pak Irwan yang merupakan pendiri InfoGRESIK lebih ke arah 'bercerita via video' yang baru siap dan perdana diputar di acara Nangkring tersebut. Saat ini ada banyak hal yang diulas di InfoGRESIK, mulai dari aktivitas ekonomi, pariwisata, hingga resensi film.Â
Peserta juga disuguhi testimoni dari warga yang sangat berterima kasih kepada InfoGRESIK karena telah dibantu 'promosi gratis' atas event yang diadakannya. Dari paparan Pak Irwan secara keseluruhan, Gresik itu cukup kaya dari apa yang diketahui umum misalnya 'Gresik kota Santri', Gresik mempunyai makam wali dan lain sebagainya, karena di daerah Menganti yang lebih ke selatan dari Kabupaten/Kota Gresik kita bisa melihat ada banyak penganut Hindu.
Dan secara pribadi Pak Irwan juga menyatakan kewalahan jika saat ini hanya dikelola secara personal—jadi ada beberapa orang yang tergabung dalam satu tim yang tersebar antara Gresik serta Surabaya—berbeda dengan beberapa tahun awal dimana pengelolaan hingga penyiapan materi dilakukan sendiri.
Acara inti pun ditutup pada pukul 12.30 dan acara rehat pun digunakan untuk berburu foto demi Kompetisi foto IG oleh para peserta yang dilanjutkan lagi pada pukul 13.30, namun tak ada materi lagi yang akan disampaikan. Yang ada hanya game dan pembagian hadiah.
Penulis sempat menyayangkan sesi awal mulur hingga 30 menitan lebih dari waktu pada undangan 09.00 yang mungkin menyebabkan beberapa peserta—termasuk penulis, kehilangan kesempatan untuk bertanya.Â
Foto-Foto Lain