Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Temu Blogger dan Media Bersama Bright Advisor - Sun Life Financial

5 Juni 2016   00:23 Diperbarui: 18 Juni 2016   10:30 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kita bisa menghitung financial 'checkup' pada tautan ini

Beberapa waktu lalu saya mendapat undangan dari Mbak Avy, Komandan Konek (Kompasianer Nekat - Surabaya) untuk datang dalam acara Bright Advisor - Sun Life Financial pada hari Minggu tanggal 29 Mei 2016 yang bertempat di sebuah cafe di Supermall Pakuwon, Surabaya. Nama cafe yang menjadi tempat kumpul blogger ini baru diberitahukan beberapa hari menjelang acara, yakni di Cafe The Capri - Lounge. Ternyata undangan ini tidak hanya untuk Blogger Konek saja, tetapi ada komunitas blogger lain yang diundang selain undangan ke beberapa media (pers). Saya juga baru mengetahui setelah datang pada waktu acara berlangsung lewat daftar registrasi menjelang pintu masuk cafe.


Mengintip 'insan media' yang diundang
Mengintip 'insan media' yang diundang
Acara bertajuk Seminar & Exhibition Roadshow ini juga adalah cara Bright Advisor - Sun Life Financial untuk menyosialisasikan program perencanaan keuangan dan asuransi kepada masyarakat melalui blogger dan insan media; karena secara umum kita mengetahui bahwa produk asuransi (dari semua penyelenggara asuransi) ternyata tidak familiar bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Bahkan, Pak Kaiser Simanungkalit selaku Head of Branding & Communication Sun Life Financial Indonesia sebagai pembuka dan penutup topik utama membeberkan angka yang mencengangkan yakni kurang dari 4% atau di bawah 10 juta dari 250 juta lebih penduduk Indonesia yang mempunyai polis asuransi. Dalam kesempatan tersebut beliau juga mengenalkan sekilas tentang Sun Life Financial yang terpusat di Kanada dan berdiri bahkan saat Kanada belum menjadi Negara. Saat penulis mengecek situs Sun Life Financial, pada tahun 2015 perusahaan ini merayakan usianya yang ke 150 tahun.

Lebih khusus dalam upaya menggalakkan asuransi, Pak Kaiser mengaku mengundang blogger sebagai salah satu ujung tombak untuk memberi pemahaman kepada masyarakat di Indonesia akan pentingnya perusahaan asuransi. Beliau menekankan bahwa komunitas blogger ini penting karena di era digital ini banyak masyarakat yang mengakses dan mencari informasi di dunia maya, terutama pada handphone. Dalam pemaparan informasi pada sebuah blog, komunikasi bisa berjalan dua arah dan masyarakat pun bisa bertanya; karena faktanya memang selalu akan dibutuhkan proses dari pengenalan hingga saat masyarakat memutuskan untuk membeli suatu polis asuransi.

'Panggung' seminar Sun Life Roadshow tersebut
'Panggung' seminar Sun Life Roadshow tersebut
Pak Kaiser saat memberikan paparan
Pak Kaiser saat memberikan paparan
Pak Kaiser juga memberikan gambaran diri sendiri menjadi contoh (mungkin karena tidak bertemu contoh lain atau tidak bermaksud mencatut nama orang lain): sebagai orang yang mengerti akan pentingnya asuransi, Pak Kaiser bahkan membeli 8 buah polis asuransi dari semua perusahaan. Mengapa demikian? Beliau menegaskan bahwa kita semua mungkin punya mimpi. Sedangkan mimpi Pak Kaiser sendiri adalah menyekolahkan anaknya ke Amerika dalam 10 tahun mendatang. Nah, dalam proses mewujudkan mimpi biasanya orang mempunyai Future Plan. Jika kita mempunyai uang dan rencana, tentunya kita akan mulai menabung dan berusaha mewujudkan mimpi tersebut. Namun dari dua hal tadi tentu saja ada yang kurang. Yang kurang adalah asuransi yang berfungsi sebagai penopang dan pentransfer resiko, karena secara mendasar seseorang tak akan tahu bagaimana nasibnya (garis hidupnya) kelak.

Jadi, Pak Kaiser mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi jika di tengah jalan terjadi sesuatu terhadap diri beliau; dan pada akhirnya perusahaan asuransilah yang akan memastikan bahwa rencana tersebut berjalan semestinya. Atau dengan kata lain bila terjadi sesuatu dan aliran tabungan kita berhenti, rencana dan mimpi yang telah dibangun tidak lantas menjadi buyar dan anak pak Kaiser pun masih bisa bersekolah ke Amerika karena ada asuransi yang menanggungnya.

Secara langsung dalam paparannya, Pak Kaiser beserta Sun Life mempunyai misi untuk membantu masyarakat Indonesia mencapai kemapanan finansial melalui perencanaan dan penerapan sedini mungkin. Hal ini kemudian diperkuat oleh paparan materi dari Ibu Joice Tauris Santi, wartawati senior Kompas selama 17 tahun sekaligus pengarang buku berjudul "Pelangi Asuransi Demi Proteksi Diri"; yang mempunyai wawasan dan fokus khusus tentang dunia investasi, asuransi dan keuangan. Salah satunya adalah melalui perhitungan sederhana saat mempunyai pengetahuan perencanaan keuangan.

Ibu Joice, salah satu pemateri acara.
Ibu Joice, salah satu pemateri acara.
Ibu Joice saat berinteraksi dengan peserta
Ibu Joice saat berinteraksi dengan peserta
Perhitungan sederhana tersebut adalah harus menghitung faktor lainnya yakni 'ongkos penundaan'. Misalnya Budi dan Iwan yang sama-sama memulai kerja. Budi ingin pensiun di usia 55 tahun dan memiliki uang 1 M, begitu pula dengan Iwan. Perbedaannya, Budi memulai perencanaannya di usia 25 tahun yakni usia memulai kerja; sedangkan Iwan baru memulainya di usia 35 tahun; menunda 10 tahun dibandingkan Budi. Secara sederhana, rentang waktu yang dibutuhkan Budi lebih panjang ketimbang Iwan dimana Budi hanya perlu menyisihkan uang 500ribu/bulan dengan asumsi 10% imbal balik selama 10 tahun. Menurut perhitungan Ibu Joice, jumlah uang yang perlu disisihkan oleh Iwan adalah sebanyak 1,3juta/bulan. Jadi jika kita memulainya lebih awal adalah lebih baik karena dana yang harus disisihkan akan lebih sedikit.

Di sesi ini Ibu Joice juga bertanya tentang mimpi yang dimiliki peserta. Beberapa jawaban peserta yang masuk antara lain: berkeliling dunia, menghabiskan usia tua tidak bekerja tapi tetap mendapat uang (passive income), ingin bertamasya ke Nepal, ingin bepergian ke Jepang, dan lain-lain. Tapi sekali lagi, dalam mencapai target tersebut kita dituntut untuk mempunyai target sebagai acuan, dan menerapkan disiplin selama pengumpulan dana untuk target tersebut.

Ibu Joice juga mengingatkan pentingnya Financial Checkup yakni secara rutin tiap bulan membuat perhitungan cashflow dimana jika cashflow-nya negatif maka kita pun tak akan mungkin untuk menyisihkan uang, padahal secara umum terkadang kita juga harus mempunyai dana darurat karena adanya pengeluaran yang tak terduga.

Sekonyong-konyong Ibu Joice bertanya tentang 'paket data' yang dipunyai peserta; tak ingin berlama-lama membuat kebingungan peserta, beliau segera menyambung dan mengajak peserta untuk melakukan perhitungan dengan Kalkulator Finansial yang bisa diakses pada situs http://brightadvisor.co.id.

kita bisa menghitung financial 'checkup' pada tautan ini
kita bisa menghitung financial 'checkup' pada tautan ini
Beginilah tampilan Quick Financial Checkup dari Bright Advisor. Ikuti langkah-langkah yang dicantumkan
Beginilah tampilan Quick Financial Checkup dari Bright Advisor. Ikuti langkah-langkah yang dicantumkan

How To Get Profit From Your Hobby

Acara yang saya ikuti ini ternyata adalah hari terakhir dari rangkaian acara Roadshow Sun Life di Kota Surabaya yang dimulai pada tanggal 27 Mei 2016; dan merupakan lawatan seminar Sun Life/Bright Advisor yang diadakan di beberapa kota di Indonesia dengan kesamaan tema, yakni "How To Get Profit From Your Hobby", seperti di Makassar yang pembawa materinya adalah seorang blogger. Silahkan klik tautan referensi ini dan ini.

Sementara salah satu pemateri lainnya pada Roadshow di Surabaya ini adalah Aditya Agung, seorang mahasiswa farmasi yang mempunyai hobi memotret dengan follower instagram mencapai 13,6K+. Dalam kesempatan ini beliau membagi resep bagaimana mendapatkan uang lewat hobi memotretnya. Bahkan beliau memaparkan adanya "simbiosis mutualisme" yang bisa terjadi antara cafe dan fotografer, dimana cafe bisa menggunakan jasa fotografer seperti dirinya untuk mendapatkan makanan gratis dan lain-lain. Bahkan dari salah satu kesempatannya, Mas Aditya Agung mengaku bisa menghemat uangnya sekitar Rp. 4,5 juta saat satu kunjungannya hanya berdasarkan modal fotografi dan berhasil menyisihkan 2 juta rupiah untuk asuransi. Jumlah yang lumayan... ^_^

Mas Aditya Agung yang berhasil mengumpulkan pundi-pundi dari hobi.
Mas Aditya Agung yang berhasil mengumpulkan pundi-pundi dari hobi.
Sebagai trik rahasia khusus Mas Aditya Agung adalah dirinya tidak ingin memotret dari angle yang telah banyak dibidik oleh orang lain. Sebagai gantinya, Mas Aditya Agung berusaha memotret dari sudut-sudut tertentu yang tidak banyak diekspos; meski untuk itu, "lokasi penanda (visual)" khas dari tempat jepretannya bisa hilang. Sebagai contoh, beliau memilih memotret kemacetan jeep di sekitar Bromo ketimbang wujud penampakan Gunung Bromo itu sendiri semata-mata karena telah membanjirnya foto di dunia maya dari Gunung Bromo tersebut. Begitu pula saat slide foto pada layar diperlihatkan suatu tempat unik yang tidak diberitahukan letak lokasinya, dimana ada banyak yang berkomentar dan bertanya mengenai lokasi tersebut tetapi Mas Aditya Agung memilih untuk tidak menjawabnya. Hanya, beliau masih berbaik hati memberikan informasi lokasi saat ada yang bertanya via japri (jalur pribadi). Alasannya adalah jika ada banyak orang yang mendatangi lokasi yang sama, kemungkinannya akan mengganggu lingkungan dan masyarakat sekitar.

Dalam pandangan penulis, hal ini mungkin bisa dipahami sebagai tanggungjawab untuk ikut menjaga lingkungan yang dipotret dan tidak asal "mengambil keuntungan" dari sana. Penulis merasa miris kala mendapati kenyataan bahwa kita mendapati sampah dimana-mana. Pada beberapa artikel dari media berita online, kita bisa mengetahui bahwa 'pencinta alam' pun tidak sepenuhnya mencintai alam dan membawa sampahnya sendiri ke berbagai tempat terpencil di seluruh penjuru dunia.

Kembali ke topik, pada kesempatan ini Mas Aditya Agung tak lupa mengingatkan dalam setiap posting di instagram diharapkan menggunakan hashtag, karena hashtag ini adalah suatu "mall" dimana bermacam foto dari banyak fotografer terkategori dan bisa dijumpai di sana. Beliau bercerita juga bahwa dibandingkan rekan-rekannya (yang bisa mencapai lebih dari 30K), follower instagram-nya termasuk sedikit meski bagi beberapa orang angka tersebut sudah tergolong tinggi. Hal yang patut diwaspadai lainnya adalah munculnya hacker, yang menyebabkan akun seorang rekan (bergaji sekitar 40juta/bulan) pun bisa ditembus dan menyisakan tangisan pemiliknya selama tiga harian sebagai imbasnya. Sayangnya pertanyaan saya tentang beberapa hal terpaksa tak terlontarkan karena sesi pertanyaan untuk Mas Aditya Agung sangat dibatasi dan lebih diarahkan kepada produk Sun Life Financial sebagai penyelenggara acara.

Mas Aditya Agung sendiri adalah pemateri terakhir di 'puncak' acara, dimana mayoritas 80% acara diisi oleh materi perencanaan keuangan dan asuransi seperti yang telah disebutkan di awal artikel; meski undangannya sendiri bertema "How To Get Profit From Your Hobby". Korelasinya bisa ditarik dengan mudah, dimana kita menjumpai banyak orang yang mengumpulkan banyak dalam hidupnya tetapi hanya sekejap kemudian hancur dan jatuh serta hidup berkekurangan di masa tuanya. Tentunya apa yang dipaparkan pada seminar ini adalah untuk menghindari itu semua.

Seminar Yang Santai

Saya tidak sering mengikuti acara seminar akhir-akhir ini, khususnya yang berkaitan dengan 'topik serius' semacam perencanaan keuangan seperti yang dilakukan oleh Sun Life Financial ini. Suasana dan tempat yang santai pun mungkin sengaja dilakukan supaya materi yang disampaikan tidak direspons tegang bagi para undangan. Karena acara berbicang keuangan dan perencanaan asuransi ini biasanya lebih dikemas formal di banyak kesempatan yang pernah saya ikuti. Saya sendiri sempat salah paham karena awalnya saya mengira acara ini molor dari waktu undangan semula yakni pukul 13.00, tetapi kemudian saya menjadi mahfum bahwa waktu jeda yang panjang di awal acara ini semestinya digunakan untuk menikmati hidangan makan siang yang telah disediakan. Hal ini akhirnya diperkuat oleh panitia yang mempersilahkan tamu undangan untuk itu lewat mikrofonnya.

Ada hal yang cukup mengganjal bagi saya, yakni saya tak menemukan nasi (hehe... katrok ye); dan wujudnya digantikan oleh spaghetti dengan rasa serta bumbu yang pas dan tak kalah mengenyangkan. Saya sendiri juga jarang menemukan acara dimana hal menikmati hidangan malah ada di awal acara (katrok 2x); dan kekhawatiran saya yakni perkiraan bakal mengantuk setelah makan kenyang di awal pun kemudian tak terbukti :D . Karena acaranya juga cukup seru dengan suasana yang semarak. Apalagi pada saat muncul standup comedy Karjo sebagai selingan di tengah-tengah tema serius ini. Namun apesnya pada saat itu, ternyata beberapa orang malah sibuk mengisi piringnya dengan snack semacam pizza. Hahaha.

Mas Karjo saat 'beraksi'. Stand up kog duduk toh mas. :D
Mas Karjo saat 'beraksi'. Stand up kog duduk toh mas. :D
Meja hidangan untuk undangan, di seberang terlihat bahwa cafe masih dibuka untuk umum saat acara seminar ini berlangsung. Tentu pengunjung tersebut harus maklum terhadap 'keramaian' acara sebagai konsekuensinya... ^_^
Meja hidangan untuk undangan, di seberang terlihat bahwa cafe masih dibuka untuk umum saat acara seminar ini berlangsung. Tentu pengunjung tersebut harus maklum terhadap 'keramaian' acara sebagai konsekuensinya... ^_^
Saat acara baru dimulai oleh MC Christi Aruan, digelar juga kompetisi 'twit menarik' dengan akun twitter masing-masing yang sayangnya tak dapat saya ikuti karena kehabisan kuota data pagi sementara data sore saya masih 1,5GB lebih. Sungguh menyebalkan bukan jika pembagian 'kuota cingkrang' antara pagi-siang dan sore-malam bukan??  Apalagi saat di Capri, koneksi wifi-nya tidak bisa diakses meski diberi password yang benar. Ya... pasrah pun akhirnya dipikir lebih baik ketimbang ngedumel ^_^ Selama acara juga dipilih tiga pertanyaan terbaik yang diajukan. Pemenangnya pertamanya adalah kompasianer juga yakni Mas Nuzulul Arifin, Kompasianer Surabaya dimana pertanyaannya malah di-pending dan akan dijawab setelah acara berakhir oleh salah seorang divisi produknya.

Acara roadshow pada hari terakhir ini ditutup saat sore sekitar pukul lima. Saya sendiri yang sempat mengajukan pertanyaan di saat-saat terakhir tentang adanya agen asuransi 'nakal', sempat dibisiki seorang panitia supaya tidak memperpanjang agar waktunya tidak lantas menjadi molor. Tak ada goodie bag yang didapatkan pada acara ini seperti beberapa acara temu blogger lainnya, tapi memang ada banyak wawasan dan pengetahuan baru yang didapat dan bisa dipraktekkan oleh peserta. Khususnya mereka yang awam tentang asuransi. Semoga kemudian akan banyak yang mempunyai kesadaran berasuransi demi kelangsungan hidup dan masa depan yang lebih baik.

*semua foto dan screenshot oleh penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun