Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tentang Festival Makan Daging Anjing di Yulin (Tanggapan)

15 Juli 2015   15:45 Diperbarui: 15 Juli 2015   15:45 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Tiongkok merupakan masyarakat dengan populasi terbesar di dunia (mencapai 1 M populasi hanya di negaranya saja). Mungkin jumlahnya bisa berlipat dua jika kita menghitung etnis Tionghoa yang tersebar di berbagai negara—jumlah pastinya saya tak tahu, silakan cek sendiri karena saya sekali lagi tak bertujuan rasis. Bagaimana jika melihat bahwa tradisi ini dari ratusan tahun lalu? Tergantung juga. Seberapa besar populasi anjing, seberapa besar populasi manusia. Apakah jumlah populasi mereka ratusan tahun lalu mencapai semilyar orang? Apakah jumlah populasi anjing ratusan tahun lalu bisa memenuhi kebutuhan manusianya? Jika mereka kekurangan daging anjing hingga mencuri peliharaan orang lain untuk dimakan, terlebih itu tergolong jenis langka... Ya itu artinya Anda punya masalah serius, Bray!

Tidak terhitung pula populasi hiu yang menyusut gegara penyiapan hidangan hisit sirip hiu di meja makan. Tak ada etnis selain ini yang bisa menyusutkan populasi hiu yang tertangkap liar. Bahkan kabarnya, hiu tersebut hanya diambil siripnya kemudian dilepaskan kembali. Kabar baiknya, ada penjinakan dan penangkaran hiu dari acara TV yang pernah saya tonton. Jadi, relatif aman lah di kemudian harinya. Entah pula jika mereka masih berburu yang liar demi sekedar mengenyangkan perut.

Bahwa hiu itu hewan buas tentunya tak menjadi alasan kuat untuk diberangus. Karena di kehidupan laut, dia ikut menjaga rantai makanan pula. Tak hanya kepada China saja, Jepang pun dikecam terkait pembunuhan ngawur terhadap lumba-lumbanya [ tautan ].

Di TV pun telah sering dijumpai adanya penyelundupan berbagai hewan ke negeri China. Diantaranya adalah trenggiling [ tautan ]  atau landak [ tautan ]. Terkait uang atau apapun, nampaknya kebutuhan China akan berbagai sumber daya alam memang besar. Kegemaran mereka akan kuliner hewan sungguh jos! Entah pula jika hewan-hewan tersebut diternak. Tapi harusnya sih NO WAY bila hewan-hewan tersebut ditangkap besar-besaran dari alam. Atau dicuri dari berbagai kandang pemeliharanya. Bagaimana tidak panik akan keseimbangan alam negeri Indonesia sendiri jika sumber daya alam negara ini dikuras untuk disetor ke negara lain? Ada guyonan dari teman Tionghoa saya dari komunitas pada suatu milis bertahun-tahun lalu: "Sayangilah hewan, karena mereka rasanya enak." Dimana ini memang pas menggambarkan keanekaragaman kuliner hewan di negeri China, atau khususnya pada etnis Tionghoa.

Di masa lalu, populasi kelinci Australia pernah membeludak hingga menanduskan padang rumput yang membuat pemerintah Australia perlu memagari padang rumput tersebut—seperti yang saya baca pada salah satu buku dari seri Pustaka Life. Menurut saya sih... kalau sudah populasi berlebih begini, dijadikan sate daging kelinci agaknya bisa menjadi solusi. Kan enak tuh, ketimbang dibiarkan merusak. Nyatanya, di Australia pun ular juga banyak dijumpai. Tapi mengapa kelinci-kelinci tersebut tumbuh sangat pesat, padahal ular juga menyukai daging kelinci [ tautan ].

Di Indonesia sendiri, burung merpati juga sering masuk ke dalam penggorengan, meski di negara lainnya memelihara dia sebagai hewan peliharaan (pet). Di masa lalu, burung ini juga berguna sebagai pengantar surat (merpati pos). Artinya, mereka juga bisa dilatih; meski bukan untuk semua jenisnya. Di alun-alun Kota Malang, saya suka memberi makan mereka jika mendekati saat melepaskan ketegangan dengan duduk-duduk santai. Di tempat ini, Anda bisa menemui pegupon (rumah merpati) beserta puluhan ekornya yang jinak-jinak. Tentang merpati goreng ini sendiri, rasanya tak ada masalah pula bila populasinya terjaga. Asal—sekali lagi—jangan mencuri hewan piaraan milik orang lain.

Kembali ke soal anjing, saya malah berpikir kalau mereka bisa banyak membantu manusia bila dilatih ketimbang hewan lainnya. Seekor anjing pernah dikabarkan menuntun orang buta [ tautan ]. Tak terhitung jasa mereka dalam membantu kepolisian, menjadi teman orang sakit, dan menjadi sahabat terbaik manusia. Rasanya mereka akan lebih berguna jika hidup ketimbang hanya mati dan menjadi santapan [ tautan 1 ]  [ tautan 2 ] [ tautan 3 ]. Yang kontroversial adalah saat melihat fotonya dikuliti hidup-hidup [ tautan ], yang membuat saya teringat suaranya ketika memelas. Meski saya juga sering menjumpai kepiting atau kerang yang direbus hidup-hidup—tapi masa lalu dan latar belakang saya membuat saya lebih dekat dengan anjing. Soal pembunuhan ini, saya juga miris melihat depot ikan gurame dengan barisan ikan yang terlihat masih berenang-renang di akuarium saat di meja sebelahnya terjadi pembantaian teman-temannya. Saya pikir, mereka melihatnya.

Kembali ke anjing; Saya sendiri tak pernah makan daging anjing. Saya hanya pernah mendengar kenalan saya makan daging anjing—juga pernah mendengar anjing liar yang ditangkap untuk disembelih dari teman saya tadi. Dan soal daging anjing ini, saya sama sekali tak tertarik untuk memakannya pula. Apalagi mengikuti festival makan daging anjing seperti di Yulin.

 

 

***************

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun