Mohon tunggu...
Kemas Rachyuanda P
Kemas Rachyuanda P Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya\r\nHobi: menulis cerita fiksi, dan berkhayal\r\n\r\nMoto "Be the best version of you"\r\n\r\nKunjungi pula Blog "Langkah Menuju Paris"\r\ndi www.kemasrachyuanda.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teach Me About Love - Part 4 (Ciumlah Aku)

18 Maret 2011   06:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:41 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gag jadi deh… Nyam, nyam….” Mulut Perlita penuh dengan makanan, meski sebenarnya ia ingin memuntahkan semuanya juga karena melihat kelakuan Ayahnya dan Devin.

“Hemm… Mungkin aku harus melakukannya, karena ciuman adalah bagian penting dari novel cinta.” Perlita berkata dalam hati sembari menikmati makanannya.

“Kamu serius tanya seperti itu, Perl?” Tanya sang Ayah kembali,

“Enggak usah dipikirin, aku mau nulis lagi!” Ungkap Perlita sembari berlari menuju kamarnya, “Oya! Jangan lupa bersihin sampai bersih, cowok-cowok jorok!” Perlita segera membuka pintu kamarnya, dan langusng duduk di depan laptop.

Ayah Perlita dan Devin hanya saling menatap tak mengerti apa maksud pertanyaan Perlita barusan.

“Paman, aku ke kamar Perlita dulu, ya!” Devin segera meninggalkan serbetnya dan pergi menyusul Perlita dikamar.

“Ya, Devin!”

Sedari pulang sekolah Devin masih menemani Perlita menulis cerita-cerita di Blognya, perlahan malam mulai datang, bila ada Ayah Perlita, Devin tidak mau menginap, karena tugas Devin hanya menemani Perlita bila ayahnya tidak ada. Rumah Devin tak terlalu jauh dari kediaman Perlita, hanya beberapa gang saja, ia membuka pintu rumahnya, rumah yang kosong, tanpa penghuni, hanya Devin seorang yang berada di rumah, tak ada ibunya, tak ada siapa-siapa. Sang Ibu masih bekerja di kantor, pulang mungkin seminggu tiga kali di ahir pecan saja. Bila hari biasa, kesendirian menyelimuti Devin.

Rumah Devin berlantai dua, bagian bawah, tempat ruang tamu, kamar mandi, dan kamar sang ibu. Bagian atas hanya ada kamarnya, kamar kosong, dan ruangan khusus Devin bermain game.

Devin segera memasuki kamarnya yang berantakan, putung-putung rokok berhamburan di mejanya, bersanding dengan asbak kecilnya. Devin segera melentangkan tubuhnya diatas kasur sembari menyalakan sebatang rokok
kembali.

“Huff… Apa yang sebenarnya dipikirkan Perlita?” Tanya Devin dalam hati, semenjak kehadiran Perlita di kehidupannya, ia merasakan kesenangan, dapat tersenyum, karenanya ia rela melakukan apa saja asal bisa bersama Perlita untuk mengisi waktu kosongnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun