Mohon tunggu...
Kemas A R Panji
Kemas A R Panji Mohon Tunggu... Sejarawan - Saya adalah pribadi yang biasa dipanggil Kemas Ari oleh sahabat dan teman kerja, menyukai bidang sejarah, budaya, dan Sastra, khususnya

Peminat Sejarah, Budaya dan Sastra, serta Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Liem Djie Lan, Senator Tionghoa Palembang Pertama Pasca Kemerdekaan

28 Januari 2020   04:57 Diperbarui: 28 Januari 2020   05:17 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Bioskop Capitol  Palembang di Jalan Jenderal Sudirman (Koleksi: R.M.Amin, SE) 

https://palembangdalamsketsa.blogspot.com/2012/05/bioskop-capitol-palembang.html?m=1

Pada awal pembentukan pemerintahan peralihan pasca Proklamasi Kemerdekaan, Pergerakan di Palembang diawali dengan pembentukan pemerintahan transisi, Para Tokoh bersepakat menunjuk dr. A.K. Gani dan Abdul Rozak sebagai kepala dan wakil kepala di Keresidenan Palembang serta Raden Hanan sebagai Walikota Palembang yang pertama. 

Liem Djie Lan adalah tokoh Etnis Tionghoa pertama yang menjadi Anggota Dewan Kota Palembang Pertama pasca Proklamasi Kemerdekaan yang mewakili dari golongan Etnis Tionghoa.

Setelah berjalan satu tahun pemerintahan Palembang maka dilakukanlah Pemilihan secara langsung Anggota Dewan Kota yang menghasilkan 30 orang anggota, dengan komposisi 26 orang anggota ditambah 4 orang dari golongan minoritas, masing-masing dua orang golongan Cina. satu orang golongan Arab, dan satu orang golongan India.

Liem Djie Lan adalah salah satu anggota Dewan Kota Palembang pertama yang terpilih mewakili Etnis Tionghoa pada saat itu. Adapun dasar pembentukan Dewan Kota Palembang berdasarkan UU Nomor 12/1946 dan PP Nomor 10/1946. 

Pelantikan dilaksanakan pada tanggal 17 Augustus 1946 oleh Residen Palembang  dr.  M. Isa, berikut ini adalah nama-nama 24 orang anggota Dewan Kota Palembang yang ikut pelantikan saat itu, yaitu;  

1. Abdullah Nawawi               9. Chodewi Amin                    17. Suroto

2. K. H. Ahmad Azhari          10.R. Ibnu Sutowo                  18. Nurhasyim Umar

3. R. Z. Fananie                        11.Ny. M. Isa                             19. Abdul Roni

4. Ki. H. Masyhur Azhari     12.N. Zailani                             20. Basuni Saropie.

5. Salam Astrokusumo        13. R. Sugiharto                        21. Rahman Thalib

6. Ki. Kgs. H. Sjadjari            14. M. Junus Syamsuddin    22. H. Anang bin H. Saleh

7. Ki. H. Malian Djaman      15. Ki. H. Mursal                       23. Abdullah Masawa

8. M. Amin Fauzy                   16. Noengtjik A.R                     24. Liem Djie Lan

Sedanglan 6 orang Anggota yang tidak hadir dalam acara pelantikan Dewan Kota Palembang adalah : 1. A.S. Matjik, 2. Ki. H. Syarbini, 3. H. Cik Wan, 4.Ki. H. Daud Rusdi, 5. Tjia Ting Kim (Utusan Etnis Tionghoa), 6. C. Lilarm (Utusan Golongan Etnis India). 

Dalam Catatatan Kiagus Imran Mahmud (Penulis buku Sejarah Palembang dan Wartawan Senior Koran The Times) menuliskan bahwa Liem Djie Lan adalah Etnis Tionghoa (Cina Keturunan/Peranakan) Palembang yang lahir pada tahun 1910. 

Dia adalah seorang Republiken pada masa perjuangan di Palembang, dan salah satu perannya dapat  menghimpun sekitar 40.000 orang Etnis Tionghoa dengan rincian sekitar 25.000 orang Cina Totok dan 15.000 Cina Peranakan Palembang.

Adapun yang dimaksud dengan orang Tionghoa/Cina Totok adalah mereka yang lahir di negeri leluhurnya (Negara asalnya), sedangkan orang Tionghoa/Cina Keturunan adalah orang mereka yang lahir di mana mereka tinggal, misalnya Palembang, Jakarta, Pontianak, Solo, Surabaya, dll. Atau mereka yang lahir dari hasil perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan Suku Lainnya di Indonesia. 

Orang Cina Totok di Indonesia disebut dengan istilah "Singkhe" sedangkkan di Palembang dikenal dengan istilah "Sengkek" maka dipanggil dengan sebutann Cina Sengkek.

Pada awal revolusi di Palembang Liem Djie Lan sudah berhubungan baik dengan para laskar, antara lain laskar Burung Hantu. laskar informal Republik. Dia intelektual yang berpengaruh pada organisasi berhaluan komunis. Perkumpulan Kaum 'Tani Tionghna (PKTI) dan Chung Hui Penjaga Keamanan (CHPK). Dia juga sebagai pendiri organisasi Penjaga Malam Cina (Chinese Night Wacht) Palembang di zaman revolusi.

Gambar: Bioskop Capitol (Koleksi: ama/palembangdalamsketsa.blogspot.com)
Gambar: Bioskop Capitol (Koleksi: ama/palembangdalamsketsa.blogspot.com)
Masih dalam catatan Kiagus Imran Mahmud, Dalam bidang ekonomi dan usaha Liem Djie Lan pengusaha sukses dan Ia dikenal sebagai pemilik "Bioskop Capitol dan Hotel Central" di Palembang. 

Di Tahun 1950-an Bioskop Capitol adalah salah satu Bioskop yang cukup terkenal di kota Palembang Lokasi di kawasan Jalan Jendral Sudirman (Sekarnag ada di barisan Martabak Har) dimana di depan itu banyak pedagang yang menjajakan barangnya antara lain pedagang majalah dan Koran, dan penjual es kacang merah di sebelah kiri dari bioskop ini.

 Salah satu peranan Liem Djie Lan yang cukup terasa smpai ini adalah tentang usulannya (sebagai Pengusul) tentang penghapusan jabatan "Kapitan Cina" yang dijabat oleh Lim Siu Sing sebagai pejabat terakhir Kapitan Cina Palembang. Jabatan Kapten Cina pada masa pemerintahan Belanda adalah (Pejabat yang diangkat  secara khusus) untuk mengurus masyarakat dari Etnis Tionghoa.

 Menurut Liem Djie Lan Pejabat bentukan Kolonial Belanda ini bertujuan: untuk tetap memisahkan Masyarakat bumiputra dan Cina Palembang. Bahwa banyak kebijakan Kapitan (Kapten Cina) yang bertolak belakang dengan misi Republik. 

Sebagai seorang yang berpahan nasionalis dan sikap konsekuennya sebagai republiken menyebabkan banyak anggota dari organisasi bentukannya mengganti nama-nama mereka dengan nama seperti orang-orang bumiputra yang lazim dipakai di Palembang tanpa paksaan dari Pemerintah Republik,  meski ia sendiri tetap memakai nama aslinya Liem Djie Lan hingga ia terpilih dan dilantik sebagai anggota Dewan Kota Palembang tahun I946.

Sumber :

Djohan Hanafiah (Editor), Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang, Palembang: Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang,1998, halm.215.

Djohan Hanafiah, 82 Tahun Pemerintahan Kota Palembang, Palembang: Humas Pemerintah Kotamdya Daerah Tk. II Palembang, 1988, Halm.31-32

https://palembangdalamsketsa.blogspot.com/2012/05/bioskop-capitol-palembang.html?m=1  

Kemas Ari, Masyarakat Tionghoa Palembang, Tinjauan Sejarah Sosial 1823-1945. Palembang: FPS2B dan PSMTI, 2002, halm. 2.

Kiagus Imron Mahmud, Sejarah Palembang, Palembang: CV.Anggrek, 2004, halm.88-90.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun