4. Ki. H. Masyhur Azhari   12.N. Zailani               20. Basuni Saropie.
5. Salam Astrokusumo     13. R. Sugiharto             21. Rahman Thalib
6. Ki. Kgs. H. Sjadjari       14. M. Junus Syamsuddin   22. H. Anang bin H. Saleh
7. Ki. H. Malian Djaman    15. Ki. H. Mursal            23. Abdullah Masawa
8. M. Amin Fauzy          16. Noengtjik A.R           24. Liem Djie Lan
Sedanglan 6 orang Anggota yang tidak hadir dalam acara pelantikan Dewan Kota Palembang adalah : 1. A.S. Matjik, 2. Ki. H. Syarbini, 3. H. Cik Wan, 4.Ki. H. Daud Rusdi, 5. Tjia Ting Kim (Utusan Etnis Tionghoa), 6. C. Lilarm (Utusan Golongan Etnis India).Â
Dalam Catatatan Kiagus Imran Mahmud (Penulis buku Sejarah Palembang dan Wartawan Senior Koran The Times) menuliskan bahwa Liem Djie Lan adalah Etnis Tionghoa (Cina Keturunan/Peranakan) Palembang yang lahir pada tahun 1910.Â
Dia adalah seorang Republiken pada masa perjuangan di Palembang, dan salah satu perannya dapat  menghimpun sekitar 40.000 orang Etnis Tionghoa dengan rincian sekitar 25.000 orang Cina Totok dan 15.000 Cina Peranakan Palembang.
Adapun yang dimaksud dengan orang Tionghoa/Cina Totok adalah mereka yang lahir di negeri leluhurnya (Negara asalnya), sedangkan orang Tionghoa/Cina Keturunan adalah orang mereka yang lahir di mana mereka tinggal, misalnya Palembang, Jakarta, Pontianak, Solo, Surabaya, dll. Atau mereka yang lahir dari hasil perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan Suku Lainnya di Indonesia.Â
Orang Cina Totok di Indonesia disebut dengan istilah "Singkhe" sedangkkan di Palembang dikenal dengan istilah "Sengkek" maka dipanggil dengan sebutann Cina Sengkek.
Pada awal revolusi di Palembang Liem Djie Lan sudah berhubungan baik dengan para laskar, antara lain laskar Burung Hantu. laskar informal Republik. Dia intelektual yang berpengaruh pada organisasi berhaluan komunis. Perkumpulan Kaum 'Tani Tionghna (PKTI) dan Chung Hui Penjaga Keamanan (CHPK). Dia juga sebagai pendiri organisasi Penjaga Malam Cina (Chinese Night Wacht) Palembang di zaman revolusi.