Mohon tunggu...
Kemarau Basah
Kemarau Basah Mohon Tunggu... -

http://kemaraubasah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelombang Sunyi Laut Andaman

4 April 2014   18:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan logat Aceh yang kental pemimpin para nelayan itu menceritakan semua pengalamannya serta isu yang berkembang di antara nelayan di sana berkaitan dengan pesawat hilang tersebut. Mereka, para nelayan, juga sempat ikut serta dalam pencarian di perairan Laut Andaman. Namun tidak ada sesuatu yang baru dari penuturannya.

Seorang ibu warga Malaysia sedang duduk di kursi samping jendela di atas pesawat dalam perjalanan pulang Umrah dari Jeddah. Sebagian besar penumpang terbuai di tengah perjalanan tetapi dia tak dapat tidur. Setelah melewati Chennai, India, dengan kapal-kapalnya yang tampak berderet di tepi dermaga, layar monitor memberitahukan bahwa pesawatnya tengah terbang di atas Laut Andaman. Saat itu cuaca cerah, sekitar jam setengah tiga siang waktu Malaysia. Melalui jendela, si ibu terkesan melihat sebuah benda putih keperakan berkilau ditimpa sinar matahari, terdampar di tengah laut di bawahnya. Dari bentuk sayap dan ekornya dia yakin bahwa itu sebuah pesawat. Kapal terbang itu miring ke samping dan sebagian besar badannya terendam air. Teman di sampingnya hanya tertawa mendengar omongannya. Seorang pramugari yang sedang melintas pun tersenyum lalu menutupkan tirai jendela seraya memintanya untuk tidur ketika dia mengadukan perihal pesawat itu. Mereka belum mendengar sama sekali bahwa pada hari itu sebuah pesawat besar telah hilang tidak jauh dari jalur udara mereka saat ini.

"Semua pendapatmu masih berupa spekulasi, Pak. Sebaiknya kita menunggu," kata sang Kolonel.

"Tidak hanya kumpulan dokumen ini, aku yakin, Kolonel, tapi semua hasil penelitian tentang keberadaan pesawat itu sampai hari ini masih spekulasi," balas Pak Umar.

Hari itu lokasi pencarian pesawat di selatan Samudera Hindia bergeser ke arah timur. Lebih dekat dengan Perth dan tentu saja lebih mudah. Satelit, kapal laut dan kapal terbang dari beberapa negara besar terus melakukan pemindaian. Inggris bahkan telah siap mengirimkan kapal selamnya. Ada perubahan hasil perhitungan data satelit mengenai kecepatan terakhir pesawat yang hilang.

"Tapi penelitianmu hanya berdasarkan data umum."

"Benar. Namun mempunyai dasar, alasan dan saksi. Tidak sekadar angka-angka. Bukan pula hasil penerawangan. Aku memahami maksudmu, Kolonel. Dulu aku pernah lima tahun bekerja di bagian eksplorasi, kalian tahu, mencari titik sumber minyak bumi. Kami juga menggunakan satelit dan memeriksa kandungan batu. Selama itu aku belum pèrnah bertemu seorang pun yang mengaku melihat di sebuah hutan, minyak memancur keluar dari dalam tanah."

"Baiklah," sang Kolonel sedikit tersenyum, "Namun tim pencari di setiap negara sudah memeriksa semua data, para saksi ini. Aku juga menerima laporannya. Panglima Laot ini juga ikut memeriksa kesaksian para nelayan yang ada di sini."

"Ya, lalu kita berhenti. Bagaimana jika yang dilihat para saksi itu benar? Dan kesimpulan ini benar? Pesawat itu mendarat darurat di tengah Laut Andaman. Mereka, para penumpang, kehabisan waktu saat semua orang mencari pesawat itu di Laut Cina Selatan. Beberapa hari kemudian baru kita ke sana dan tidak menemukan apa-apa. Tidak ada serpihan sedikit pun. Barangkali pesawat besar itu tersembunyi secara utuh di bawah sana. Lalu sekarang mereka mencari-carinya jauh di ujung samudera."

Sang Kolonel menatap Pak Umar agak lama. Lalu dengan nada pelan dia berujar, "Pak, aku rasa, itu bukan urusan kita."

"Kau sendiri sudah menjelaskan situasinya," tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun