Mohon tunggu...
Kemandirian Industri
Kemandirian Industri Mohon Tunggu... -

Akun untuk saling berbagai dalam penguatan industri nasional yang mampu menyeimbangkan aspek profit, aspek masyarakat dan aspek lingkungan. Pembangunan akan merubah fungsi lingkungan. Dengan teknologi dan SOP yang baik, dampak dapat diminimalisir bahkan ditiadakan

Selanjutnya

Tutup

Money

Nyaris Tercipta Teknologi Semen "Made in Indonesia"

10 Januari 2018   04:06 Diperbarui: 10 Januari 2018   04:10 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu milestone industri tertua yang dimiliki Indonesia adalah industri semen. Sebagai industri dasar, semen akan selalu dibutuhkan dalam membangun perekonomian. Industri ini akan terus ada, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara, pertumbuhan jumlah penduduk dan tingkat kemakmuran. Itulah mengapa Belanda saat masih menjajah Indonesia di tahun 1910 membangun pabrik semen di Indarung, yang saat ini kita kenal dengan nama PT Semen Padang. Membangun suatu negara, tidak lepas dari membangun infrastruktur fisik dan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, yang tentu saja sangat membutuhkan semen. 

Bahkan industri jamu yang diidentikan dengan industri jamu nyonya mener dengan tagline "Berdiri Sejak 1919" sebagai industri berbudaya Indonesia masih kalah dengan industri semen dari sisi pioner industri di Indonesia. Selain itu, setelah berdiri sejak 1919, Nyonya Mener sudah tidak kuat bertahan ditengah persaingan industri di Indonesia dan sedang proses dijual ke pihak lain.  

Jika dihitung sejak dibangunnya pabrik semen oleh Belanda di tahun 1910 berarti saat ini sudah 107 tahun pabrik semen ada di Indonesia. Atau jika dihitung sejak dibangunnya pabrik semen pertama kali sejak Indonesia merdeka yaitu PT Semen Gresik di tahun 1957 maka sudah 60 tahun Indonesia memiliki pabrik semen. Bermunculannya pabrik semen baru seperti Semen Merah Putih, Semen Conch, Semen Garuda dan lainnya, tentu saja pabrik tersebut karena pemilik sahamnya adalah investor asing, maka pada umumnya dibangun secara turn key project.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pabrik semen milik BUMN dimasa lampau dibangun secara "turn key project". Namun, para engineer Indonesia memiliki semangat untuk terus belajar dan kelak berharap dapat mandiri. Hal ini sejalan dengan industri semen yang diawal berdirinya adalah industri dalam negeri. 

Meskipun sejak krisis moneter tahun 1998 satu persatu industri dalam negeri dibeli perusahaan semen asing seperti Indocement yang dibeli oleh HeidelbergCement Jerman, Semen Cibinong dan Semen Nusantara yang dibeli Holcim Swiss. Setelah itu investasi industri semen di Indonesia dikuasai oleh asing, dengan bermunculannya pemain baru seperti Semen Merah Putih (Singapura), Semen Garuda (Taiwan), Semen Jawa (Thailand), Semen Conch (China), Semen Serang (China), Semen Jakarta (China) dll.

Upaya membangun kompetensi dindustri semen, dimasa jayanya Asosiasi Semen Indonesia (ASI) diawal tahun 1980an mendirikan Institut Semen dan Beton Indonesia (ISBI) yang menjadi wadah untuk meningkatkan kompetensi insan persemenan di Indonesia. Namun seiring menguatnya kepemilikan dan dominasi semen asing di Indonesia, perlahan namun pasti ISBI tinggallah namanya. Konon beberapa instrukturnya malah ditarik menjadi karyawan beberapa semen asing di Indonesia. Hal yang wajar, mengingat kompetensi yang tinggi dan penguasaan teknologi persemenan akan sangat membantu penetrasi pasar semen asing di Indonesia.

Proyek Swakelola, Langkah Awal Membangun Kemandirian Industri

Ada yang menarik melihat sepak terjang industri semen di Indonesia, karena mulai terpolarisasi antara yang "full" bergantung dengan teknologi asing dan yang "perlahan" mulai melepaskan ketergantungan dari teknologi asing. Ini nampak dari pola pembangunan industri semen dan pola produk dari setiap industri semen. 

Dari sisi pola pembangunan/proyek industri semen adalah jika menggunakan sistem "Turn Key Project" maka sudah pasti industri semen tersebut mengandalkan perusahaan lain untuk membangunnya (perusahaan EPC) dan kemudian perusahaan EPC tersebut akan berafiliasi pada salah satu teknologi dan main equipment sement. Sedangkan pola Swakelola adalah pelaksanaan proyek pembangunan pabrik semen yang dikelola sendiri oleh industri yang membangun proyek tersebut, sehingga berperan sebagai EPC untuk menentukan design, jenis peralatan dan supplier/kontraktor yang terlibat.

Proyek swakelola industri semen hanya terjadi di BUMN dalam grup Semen Gresik sekarang bernama Semen Indonesia. Sejak awal tahun 1990an pembangunan pabrik baru sudah "mengarah ke swakelola". Pelaksanaan full 100% swakelola dilakukan sejak pembangunan pabrik Semen Tuban IV, pabrik Semen Tonasa V, pabrik Semen Indarung VI dan pabrik Semen Rembang.

Jika membaca buku Road To Semen Indonesia : Transformasi Korporasi Mengubah Konflik Menjadi. Kekuatan, maka nampak tahapan membangun kemandirian teknologi yang dirintis oleh Dirut Semen Indonesia saat itu Dwi Soetjipto. Dilanjutkan dengan fase memperkuat kemampuan engineering melalui Center of Research dan Center of Technology. Pendirian Universitas Internasional Semen Indonesia dan membangun Dynamic Learning adalah fase memperkuat kapasitas organisasi dan SDM uuntuk melangkah menuju penguasaan teknologi menuju terwujudnya Teknologi Made in Indonesia.

Berdasarkan penelurusan dari biografi Dwi Soetjipto, memang bergelut diberbagai penelitian dibidang engineeri dan telah diimplentasikan di Semen Padang serta di seminarkan antara lain :

  • Pemanfaatan gas buang diesel untuk clay dryer 1986
  • Perpindahan panas di suspension preheater kiln 1989
  • Design of Raw Mix size distribution to improve efficiency  1989
  • Basic design of process for Indarung IIIC Plant Project  1989
  • Keterkaitan Badan Usaha Pemerintah -- Perguruan Tinggi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan yang effektif (Advanced Management Course Depperind RI) 1990
  • Proses pembakaran batubara pada industri semen (Konvensi VI / BKK PII) 1991
  • Pengembangan Produk Penelitian Pembuatan. Mansory Cement 1992
  • The optimalization of cement grinding plant (15th symposium of AFCM) 1996
  • Upaya ppengelolaan limbah industri PT Semen Padang 1998
  • Challenge fased of industrial Engineers in manufacturing industry in new millenium 1999

Salah satu rintisan kemandirian teknologi dan peningkatan kemampuan engineering karyawan Semen Gresik Group (saat itu di tahun 2008) adalah Melakukan peningkatan teknologi dengan proyek debottlenecking/upgrading yaitu menambah kapasitas dengan melakukan modifikasi teknologi dan peralatan tanpa harus membangun pabrik baru. Pelaksanaannya di pabrik Semen Gresik di Tuban mampu meningkatkan kapasitas produksi mendekati 3 juta ton. 

Dalam konteks membangun SDM adalah mendorong mereka untuk melakukan modifikasi pada peralatan/pabrik yang sudah bertahun-tahun dijalankan operasionalnya. Selain terdapat aspek efisiensi karena membangun pabri baru biayanya minimal adalah US$ 120-140 ton kapasitas, sedangkan dengan melakukan debottlenecking/upgrading biaya yang dibutuhkan dikisaran US$ 60 -- US$ 80. Jika kapasitas 3 juta ton maka ada penghematan antara US$ 180 juta -- US$ 240 juta. Dalam konteks penguatan kemampuan SDM, maka langka proyek debottlenecking/upgrading adalah meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi dari karyawan Semen Indonesia Group dengan memadukan teknologi lama yang saat ini digunakan dengan substitusi teknologi baru. 

  • Melalui pentahapan pentahapan tersebut, Dwi Soetjipto mampu membawa industri semen di BUMN Semen Gresik saat membangun pabrik baru industri semen yang sebelumnya 100% dilaksanakan oleh luar negeri adalah :
  • 60% - 70% engineering dalam negeri
  • 85% fabrikasi mesin dalam negeri
  • 100% konstruksi dalam negeri
  • 100% commissioning dalam negeri
  • Pelaksanaan proyek secara Swakelola
  • Membangun road map design/teknologi industri produk Indonesia

Yang menarik adalah ketika di bulan Juni 2014, Semen Indonesia membuat langkah bersejarah dengan membuat MOU dengan FLSmith perihal kerjasama implementasi tenaga Engineering Semen Indonesia pada proyek FLSmith di Indonesia. Pengelolan proyek secara swakelola terbukti meningkatkan kemampuan Engineers Semen Indonesia. Sebuah kabar baik menuju kemampuan menciptakan teknologi Made in Indonesia. MOU tersebut ditandangani di markas besar FLSmith di Kopenhagen Denmark. 

Ini tentu langkah yang "nyaris mendekati garis finish". Ibarat lari ultra marthon sejauh 21 km, langkah besar Semen Indonesia di tahun 2014 adalah tinggal 1 km menuju finish. Sayangnya di tahun 2014 Dwi Soetjipto dipindah tugaskan ke Pertamina, sehingga langkah besar tersebut yang tinggal finish sudah 4 tahun tidak terdengar.

Bisa saja sudah finish, bisa saja belum finish, atau bahkan membatalkan lari marathon tersebut sehingga perjuangan sejauh 20 km menjadi sia-sia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun