Pembangunan WHRPG di Semen Indonesia merupakan proyek dengan investasi terbesar senilai US$ 50 juta dengan subsidi dari pemerintah Jepang sebesar US$ 11 juta. Â
Sukses Terapkan Pengurangan Emisi Karbon, Dirut Semen Gresik Gatot Kustyadji Di Undang Menjadi Pembicara Acara di Jerman
Upaya promosi ekonomi, investasi, budaya, pariwisata dan lainnya yang dilakukan Pemerintah melalui Pavilion Indonesia secara bergiliran di negara-negara tertentu adalah upaya menunjukkan kontribuasi Indonesia dalam berbagai upaya mewujudkan millenium development goals sustainability (MDGS). Promosi pada perusahaan yang beroperasi di Indonesia yang mampu memberikan kontribusi pagi penyelamatan iklim dunia adalah salah satu topik yang dipresentasikan pada acara Pavilion Indonesia 2017 di Bonn Jerman yang berlangsung dari tanggal 6-17 Nopember 2017.
Diundangnya Semen Gresik sebagai satu-satunya industri semen Indonesia di acara tersebut menunjukkan pengakuan atas capaian kinerja Semen Gresik dalam pelestarian lingkungan. Kebetulan juga di Jerman di awal tahun 2017 dijadikan ajang road show penolak pabrik Semen yang salah satunya adalah menolak pabrik Semen Rembang oleh Gunarti yang berasal dari Pati dengan pemutaran film Samin vs Semen yang dibuat oleh Dandhy Laksono yang menuduh pabrik Semen Gresik di Rembang akan merusak lingkungan dan menghancurkan pertanian. Menarik, apakah ada LSM penolak pabrik Rembang yang akan mendebat sesi Dirut Semen Gresik Gatot Kustyadji di acara tersebut.
Jadi sekarang percaya pada WALHI, Komnas HAM, Gunretno, Gunarti, Joko Priono yang gencar tolak pabrik Semen di Rembang milik Semen Gresik ataukah percaya pada pulik Jerman dan Pemerintah Indonesia yang mempromosikan Semen Gresik sebagai salah satu industri ramah lingkungan di Indonesia?. Jaman Now jangan hanya percaya pada "konon", "katanya", "share berita HOAX". Tapi manfaatkanlah era digital dengan browsing data dan referensi. Percaya pada ilmu pengetahuan.
Tidak Ada Alasan Bagi Pemerintah Untuk Tidak Mendukung Operasional Pabrik Semen Gresik di Rembang
Selain hambatan LSM, ternyata Pemerintah sendiri turut menghambat beroperasinya pabrik Semen Gresik di Rembang secara penuh. Telah dipenuhinya 35 jenis perijinan, AMDAL, RKL/UPL dan lainnya tidak menjamin pabrik Semen Gresik di Rembang yang beralamat di Tegaldowo Gunem Rembang Jawa Tengah dapat beroperasi. Tekanan dari LSM menyebabkan Kantor Staf Kepresidenan yang dipimpin Teten Masduki meminta operasional pabrik Rembang ditunda/batasi dengan melarang mengambil batu kapur dari CAT Watuputih sampai Kajian Lingkungan Hidup Srategis (KLHS) selesai dibuat, akibatnya Pabrik Semen Gresik di Rembang harus mengambil bahan baku batu kapur di Tuban sehingga hanya bisa beroperasi 60% dari kapasitas.
Padahal KLHS bukanlah dokumen legal, namun KLHS menjadi acuan dalam penyusunan dokumen legal seperti pemetaan area yang ditambang atau tidak. Selama dokumen legal belum berubah mestinya Semen Gresik diperolehkan untuk menambang di Tegal Dowo sebagai cadangan batu kapur yang dimilikinya. Yang lebih aneh lagi, tambang batu kapur yang diberikan ke Semen Gresik di Rembang hanya sekitar 320 hektar dari total 10.250 hektar yang ada, atau hanya 3% dari total tambang kapur di Rembang. Lalu mengapa yang 3% dipermasalahkan padahal sudah teruji sampai tingkat dunia kepedulian terhadap lingkungan, namun yang 97% tidak dimasalahkan dan sebagian sudah menambang sejak tahun 1970an.
Bahkan dalam berbagai kesempatan Dirut Semen Gresik Gatot Kustyadji memberikan jaminan bahwa pabrik Semen Gresik di Rembang adalah pabrik paling modern di Indonesia dan paling ramah lingkungan, indikatornya antara lain konsumsi energi per ton hanya 90 kWA/ton dibandingkan rata-rata industri semen yang berada di angka 120 kWA/ton, faktor klinker hanya 0,78 sedangkan industri semen umumnya di angka 0,85-0,9. Membangun pengolahan air untuk menampung air hujan sebagai pendingin mesin dan memiliki pengolahan air mandiri yang tidak akan mengambil air tanah. Transportasi dari lahan batu kapur ke lokasi pabrik yang jaraknya 5,3 km tidak menggunakan truk, tetapi menggunakan long belt convenyor
Di Jaman Now, memang kadang Pemerintah tidak mendukung perusahaan dalam negeri yang merupakan bagian dari BUMN Semen Indonesia. Sedangkan semen asing mulus beroperasi di Indonesia meskipun langgar peraturan seperti Semen Anhui Conch di Kabupaten Boloang Mongodow yang ditutup paksa Bupati Yustika karena tidak kantongi ijin lengkap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H