Nampak keraguan dan maju-mundur diantara para pejabat berwenang terkait hasil KLHS, artinya serba ragu memutuskan apakah pabrik Semen Rembang boleh lanjut atau harus berhenti. Ada apakah dengan industri persemenan di Indonesia?, bagaimanakah Pemerintah menempatkan diri terhadap polemik Semen Rembang?, bukankah Semen Indonesia adalah BUMN, bukankah di awal tahun 2015 BUMB semen ini mendapatkan penugasan dari Presiden Jokowi untuk turunkan harga semen Rp 3.000 per zak agar terjangkau daya beli dan menggairahkan infrastruktur dan perumahan rakyat?. Lalu bagaimana Jokowi mewujudkan janjinya membuat harga semen di Papua sama dengan Jawa pada kisaran Rp 70.000. Bukankah, kebijakan BBM satu harga di seluruh Indonesia membutuhkan dukungan Pertamina yang sampai merugi Rp 800 miliar agar BBM di puncak jaya Papua harganya tetap Rp 6.500 per liter.
Hampir seluruh sektor usaha sudah didominasi asing dan swasta, tercatat industri semen adalah salah satu sektor usaha yang market leader adalah BUMN yaitu Semen Indonesia. Apakah ada agenda mengurangi peran BUMN semen? Sejalan dengan gencarnya perusahaan semen asing atau yang dikendalikan asing gencar ekspansi di Indonesia?. Keberpihakan Pemerintah Jokowi diuji untuk memutuskan yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Jika diputuskan Semen Rembang sesuai kajian KLHS tidak boleh menambang yang otomoatis pabriknya tidak beroperasi maka “Rekor proyek BUMN mangkrak yang masih dipegang Hambalang akan terpecahkan dengan mangkraknya pabrik Semen Rembang”. Tohh....jika Semen Indonesia mensiasati menggunakan batu kapur dari Tuban, maka sangat tidak ekonomis dan menurunkan daya saing produksi pabrik Semen Rembang. Dampak negatif lainnya adalah, cadangan batu kapur di Tuban akan cepat habis dan dalam kurun waktu 20 tahun kedepan Semen Indonesia akan kehilangan 17 juta ton kapasitas pabrik semen yang berasal dari 14 juta ton di Tuban dan 3 juta ton di Rembang karena sudah berhenti beroperasi karena kehabisan bahan baku. Posisi Semen Indonesia yang memiliki kapasitas pabrik terbesar akan dikalahkan oleh Indocement.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H