Mohon tunggu...
Kemal harja
Kemal harja Mohon Tunggu... Psikolog - mahasiswa

Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kasus Pembullyan Pada Kalangan Remaja Dilihat Dari Psikologi Fenomenologis: Komunikasi Di Dalam Dan Di Antara Manusia

6 Mei 2024   22:16 Diperbarui: 6 Mei 2024   22:20 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Komunikasi Empatik: Membangun Hubungan 

Sigmund Freud, misalnya, tokoh psikoanalisis ini mengartikan empati sebagai "memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita" (dalam Sobur, 2013). Bennett (1979) dalam (Sobur, 2013) menyebutnya sebagai imaginative intellectual and emotional participation in another person's experience. Dalam teori Carl Rogers, komunikasi empatik adalah suatu bentuk komunikasi yang dilakukan dengan penuh pengertian dan kehadiran sepenuh hati terhadap pengalaman dan perasaan orang lain. Ini melibatkan kemampuan untuk mendengarkan secara aktif, mengakui dan memahami perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain tanpa penilaian atau kritik. Komunikasi empatik juga mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi orang lain, merasakan apa yang mereka rasakan, dan memahami dunia mereka dari sudut pandang mereka sendiri.

Dalam konteks kasus bullying di kalangan remaja, komunikasi empatik dapat berperan penting dalam mengatasi dan mencegah perilaku bullying. Korban bullying sering kali merasa terisolasi, tidak didengar, dan tidak dipahami oleh orang lain. Dalam situasi seperti itu, komunikasi empatik dari teman sebaya, guru, atau orang dewasa yang dapat dipercaya dapat memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan. Mendengarkan secara aktif, mengakui perasaan korban, dan menawarkan dukungan tanpa syarat dapat membantu memperkuat rasa harga diri dan kepercayaan diri korban.

Di sisi lain, komunikasi empatik juga dapat digunakan untuk memahami faktor-faktor yang mendasari perilaku pelaku bullying. Seringkali, pelaku bullying memiliki masalah atau ketidakseimbangan emosional yang mendorong mereka untuk menggunakan perilaku agresif terhadap orang lain. Dengan berkomunikasi secara empatik, kita dapat mencoba memahami penyebab atau pemicu perilaku agresif ini dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu mereka mengatasi masalah tersebut tanpa merugikan orang lain.

Dalam kedua kasus, komunikasi empatik dapat membantu membangun hubungan yang lebih baik antara individu, meningkatkan pemahaman antar individu, dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung di mana bullying memiliki peluang lebih kecil untuk berkembang.

PENUTUP

Dalam hal ini, pendekatan Rogers menekankan pentingnya menciptakan lingkungan komunikatif yang mendukung, di mana individu merasa didengar, dipahami, dan diterima. Penanganan kasus bullying remaja harus memperhatikan aspek-aspek meliputi konsep diri hingga komunikasi empatik untuk membangun hubungan. Psikologi fenomenologis yakni komunikasi di dalam dan di antara manusia dapat memberikan perhatian yang mendalam terhadap perasaan dan kebutuhan individu, serta mempromosikan komunikasi yang terbuka, jujur, dan penuh empati di antara semua pihak yang terlibat. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat menciptakan perubahan positif dalam dinamika komunikasi dan mengurangi insiden bullying di kalangan remaja.

REFERENSI

Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi (Tradisi dan Metode Fenomenologi). Edisi pertama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pratiwi, Eka Fauziah. Sa'aadah, Salwa Siti. Dewi, Dinie Anggraeni. Furnamasari, Yayang Furi. 2021. Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan melalui Nilai Pancasila dalam Menangani Kasus Bullying. Jurnal Basicedu Vol 5 No 6 hlmn. 5472-5480.

https://sekolahrelawan.org/artikel/kasus-bullying-di-sekolah-meningkat-kpai-sebut-ada-2355-kasus-pelanggaran-perlindungan-anak-selama-2023 diakses pada 04 Mei 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun