Kondisi yang biasanya terjadi di Indonesia adalah pihak perempuan yang berasal dari Indonesia yang memiliki rhesus negative menikah dengan laki-laki Eropa yang memiliki rhesus positif. Saat mereka mengandung anak pertama, tidak terjadi apa-apa karena janin masih dibungkus oleh plasma darah dan hanya terhubung melalui plasenta (tali pusar).Â
Setelah melahirkan, pastinya terjadilah pendarahan hebat baik dari si ibu maupun janin yang mau tidak mau darah dari ibu dan janin harus terampur. Setelah tercampur, maka tubuh sang ibu langsung mendeteksi bahwa ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka dari itu tubuh sang ibu langsung membentuk antibody/penawar tetapi hal ini tidak memberikan dampak buruk bagi bayi karena bayinya sudah lahir terlebih dahulu barulah antibody itu dibuat.
Yang menjadi masalah adalah pada saat hamil kedua. Saat hamil kedua, hal yang terjadi pada pertama terulang lagi yaitu janin membawa warisan rhesus dari sang ayah. Tetapi yang membuatnya berbeda adalah antibody. Saat hamil kedua, antibody telah terbentuk sehingga antibody menganggap bahwa darah yang terdapat pada janin merupakan musuh yang harus dilawan.Â
Maka janin tumbuh dengan perjuangan yang berat didalam rahim ibu karena sudah dilawan oleh antibody yang terdapat dalam tubuh ibu. Akibatnya adalah sel-sel darah yang terdapat di tubuh bayi mengalami hemolisis yang dilanjutkan dengan timbulnya anemia (kekurangan darah). Tetapi, tubuh bayi memaksa untuk melepaskan sel darah muda (eritroblas) kedalam darahnya.Â
Produksi sel darah muda secara paksa dan terus-menerus ini menyebabkan pembesaran hati dan limpa serta beberapa penyakit lainnya. Setelah lahir pun bayi yang menderita eritroblastosis fetalis memiliki umur yang tidak lama. Mungkin rata-rata dalam hitungan hari setelah itu meninggal.
Keadaan ini akan terus terjadi pada kehamilan selanjutnya sehingga biasanya keluarga seperti ini hanya memiliki anak kandung yang berjumlah 1 saja.
Bagaimana apabila si ibu yang merupakan orang Eropa sedangkan sang ayah berasal dari Indonesia ?
Apabila si ibu merupakan orang Eropa, maka rhesus yang dibawa adalah rhesus positif. Sedangkan pada ayah, rhesus yang diwariskan ke janin adalah rhesus negative.Â
Tetapi, menurut saya semuanya akan berjalan baik-baik saja. Eritroblastosis juga tidak akan terjadi pada bayi. Perlu diketahui bahwa pada kondisi ini, rhesus negative- lah yang masuk ke dalam rhesus positive maka rhesus positif tidak akan membentuk antibody ke rhesus negative dikarenakan rhesus positif sudah memiliki antigen sehingga tidak perlu untuk membentuk antibody. Antibodi adalah suatu protein yang diproduksi oleh system imun tubuh yang berfungsi menyerang dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing atau membawa benda asing ke dalam tubuh.
Dari kedua penjabaran diatas, pada intinya adalah rhesus positif tidak akan menimbulkan hal buruk bila dimasuki rhesus negative.
Apakah perbedaan golongan darah juga bisa memicu adanya eritroblastosis fetalis ?