Sejak awal serangan Israel pada 07 Oktober 2023, dalam semalam wilayah Rafah dengan luas sekitar 60 kilometer persegi tersebut dihuni oleh sekitar 1,5 juta orang Palestina, jumlah ini mengingkat kurang lebih lima kali lipat dari sebelumnya akibat serangan yang dilakukan Israel terhadap Gaza. 60 Kilometer persegi, Rafah memiliki ukuran yang mirip dengan Banda Aceh  di Indonesia atau Manhattan di New York, Amerika Serikat.
Setiap hari, serangan udara Israel dapat merenggut nyawa kurang lebih 100 orang di kota ini. Tidak hanya terancam dari perang penduduk Palestina juga dihadapkan dengan kehidupan yang sulit seperti tempat tinggal di dalam tenda yang tergenang air saat hujan atau berlindung dalam reruntuhan bangunan apapun yang bisa digunakan berlindung. Berdasarkan gambar satelit yang Al Jazeera peroleh, kondisi di Rafah telah mencapai titik kritis. Area dengan luas 64 km persegi itu kini dipenuhi oleh sekitar 22.000 orang.
Sebelum konflik, 275.000 orang tinggal di daerah dengan luas yang sama, membuat Rafah menjadi salah satu area paling padat di Gaza dan di dunia. Pengungsi yang tersisa berbondong-bondong menuju fasilitas UNRWA mengharapkan adanya bantuan. Tetapi, serangan Israel telah merenggut nyawa Staf UNRWA kurang lebih 150 orang, Israel juga menghentikan bantuan yang datang, Negara-negara Barat menarik pendanaan setelah Israel menuduh tanpa bukti bahwa 12 staf UNRWA terlibat dalam serangan pada 7 Oktober. Tempat kumuh dan kepadatan yang terjadi menyebabkan penyebaran dan munculnya penyakit menular seperti hepatitis A, yang mudah menular karena kontak dekat atau kerumunan.
Sulitnya mengisolasi pasien menimbulkan sedikit harapan mengehentikan wabah ini.
Itulah sedikit informasi yang sedikit telat disampaikan oleh mimin, bagaimana nih tanggapanya Mas Bro dan Mbak Bro ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H