Empati dan Penghormatan Terakhir dari Marvel
Marvel secara khusus memberikan penghormatan istimewa dengan membuat durasi adegan-adegan emosional menjadi lebih banyak.
Suasana duka itu sudah bisa kita rasakan pada bagian opening awal, dimana prosesi pemakaman T'Challa dilangsungkan dengan sangat megah. Begitu pula pada bagian ending, Marvel sengaja menaruh kilas balik scene-scene yang diperankan Chadwick pada film Black Panther pertama. Tujuannya tentu saja, supaya kita kembali mengingat kenangan-kenangan tersebut.
Langkah yang diambil Marvel ini merupakan langkah yang tepat. Sudah sepantasnya penonton diberi ruang untuk merasakan emosi kesedihan yang sama. Nah, tentu saja ini akan beda cerita bila Marvel memutuskan untuk mempertahankan karakter Chadwick dengan menggunakan teknologi deep fake. Kita tentu tidak mengharapkan itu terjadi.
Deep Fake tidak hanya akan menghilangkan unsur empati tadi, tapi feeling of presence atau perasaan kehadiran terhadap karakter tersebut juga akan terasa hampa. Persis dengan apa yang kita rasakan ketika menyaksikan kembali kehadiran sosok Brian dalam "Fast&Furious 7", memukau tapi terasa hampa.
Zoll dan Enz, salah satu pakar psikologi mendefinisikan empati sebagai,"kemampuan dan kecenderungan seseorang (“observer”) untuk memahami apa yang orang lain (“target”) pikirkan dan rasakan pada situasi tertentu."
Lantas, bagaimana bisa kita turut merasakan moment-moment karakter tersebut, bila dari awal kita sudah tahu pemeran karakter tersebut telah tiada? Bisa-bisa kita juga merasakan kehampaan itu setiap kali menyaksikan karakter tersebut.
Alasan Marvel Tidak Me-recast Karakter T'Challa
“It just felt like it was much too soon to recast,” Kevin Feige-Marvel’s president said. He compared the T’Challa recast decision to Marvel’s approach to comics.