Mohon tunggu...
Kelvin Gifarel Aziz
Kelvin Gifarel Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

jangan katakan bahwa kamu bisa, tapi katakan lah bahwa kamu sanggup!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Erat Enggan Melepaskan

20 Desember 2021   11:13 Diperbarui: 20 Desember 2021   12:43 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi mulai menyapa, matahari terbit dengan cerah seakan meyampaikan pesan bahwa hari baik akan tiba. Orang-orang mulai bangun dan segera mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas. Lain hal-Nya dengan Unyil, ia masih setia meringkuk diatas kasur sembari memeluk boneka kesayangannya. Hari itu hari senin dan Unyil harus segera bangun untuk upacara bendera.

“Unyilllll, bangun sudah siang!” teriak bunda dengan nada tergesa-gesa.

“Unyil mutofa, sampe jam 6.15 belum bangun bunda tinggal!”

“Ia bundaaaaaa unyil udah bangun” teriaknya kesal.

Ia pun segera bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan mempersiapkan diri.

“Kamu tuh kebiasaan banget, bangun pagi mesti susah, kesiangan terus kamu nanti” ucap bunda dengan kesal.

“Ya mau gimana lagi bun” ucap Unyil.

“Yaudah nih sarapan dulu, habis itu kita berangkat” ucap bunda.

“Iya bun” jawabnya.

Unyil pun sampai di sekolah. Ia langsung bergabung di lapangan bersama teman-teman Nya yaitu Acel, Vero, dan Manda.

Arachella Givanni, ia anak yang paling sabar diantara teman yang lainya, sosok yang sangat keibuan dan super care sama teman-teman Nya, ga heran kalo Acel banyak di deketin cowok-cowok karena sifatnya yang satu ini. Xavero Brigitta, seorang yang kuat diantara yang lain, Vero adalah anak yang paling berani dan terkesan frontal. Apabila diantara teman-teman Nya ada yang disakiti, Vero selalu maju paling depan. Samantha  Fradinda, ia adalah anak yang paling muda diantara yang lain, tak heran apabila Manda adalah anak yang paling manja dan cengeng.

“Hampir aja kamu kesiangan” ucap Manda.

“Iya nih lo tuh kebiasaan banget” ucap Vero heran.

“Ah kalian pada kaya ga kenal aku aja” balas Unyil dengan tersenyum.

“Udah si gausah berantem masi pagi juga” sahut Acel gemas karena sudah menjadi kebiasaan sahabat-sahabat Nya itu setiap pagi pasti mengomentari Unyil yang super ngaret.

Keempat sahabatnya ini bersekolah di SMA Angkasa dan ditempatkan di satu kelas yang sama. Maka tak heran apabila mereka sangat dekat satu sama lain.

“Mana sih tu guru, niat ngajar ga? lama bener” Ucap Vero dengan rasa kesal karena Bu Siska guru Biologi mereka tak kunjung datang.

“Gapapa kali malah bagus kalo bu Siska gaada, jadi bisa makan di kantin. Laper nih sarapannya tadi kurang” keluh Unyil.

Ketika mereka sedang membicarakan bu Siska tiba-tiba datang lah seorang lelaki jangkung bermata sipit, ia memiliki postur tubuh yang sangat proporsional ditambah hidung mancungnya yang bagus. Pahatan wajahnya yang indah tak terelakan lagi, sepertinya tuhan menciptakan lelaki ini ketika tuhan sedang berbahagia. Ah nyaris sempurna.

Fokus Unyil tiba-tiba berganti menjadi menatap cowok itu “He’s gorgeous” batin Unyil.

Ya, siapa yang tidak kenal dengan cowok itu, Satria Ananta si ganteng pentolan SMA Angkasa. Unyil tersenyum kecut, Satria yang sekarang nyaris seperti orang asing baginya, padahal mereka pernah sebegitu dekat dan seperti tidak bisa terpisahkan.

Satria melangkah masuk kedalam kelas dan melewati Unyil begitu saja. Satria telah berubah menjadi seseorang yang teramat asing bagi Unyil.

“Pagi sat” sapa Unyil.

“Hmm” balas Satria dengan malas.

Unyil menghembuskan nafas, selalu seperti itu sikap Satria apabila dirinya hanya sekedar menyapa atau menanyakan sesuatu hal. Unyil sempat berfikir apakah dirinya tidak pantas di sayangi sampai orang terdekatnya pun menjauhi dirinya? hal itu masih menjadi pertanyaan dalam benaknya.

Sepulang sekolah Unyil langsung menuju rumah karena hari itu ia tidak ada les privat, ia biasa pulang dengan menggunakan ojek online ataupun angkutan kota. Ia sadar bahwa sang bunda tidak bisa mengantar jemputnya karena harus bekerja menghidupi mereka berdua. Ya, berdua. Ayahnya pergi meninggalkan nya ketika ia masih duduk di kelas 6 SD.

Flashback on

Unyil sepulang dari sekolahnya mendengar bunyi piring yang terjatuh dan pecah dari dalam rumah. Ketika ia masuk, ia melihat ayah dan bunda nya sedang bersitegang. Pemandangan seperti itu memang sudah biasa ia lihat sejak ia duduk di kelas 3 SD.

Ayah dan bunda Nya adalah korban perjodohan, ayah Unyil terpaksa menikah dengan bunda nya karena menuruti perintah orang tua untuk segera menikahi Vania, bunda Unyil akibat dari perjanjian perusahaan kedua orang tua nya.

Waktu kian berlalu, Unyil harus menerima kenyataan bahwa orang tua Nya tak bisa bersama lagi. Sang ayah yang selalu kasar pada keduanya dan sang bunda yang tak bisa merubah ayahnya menjadi sosok yang lebih baik menjadi salah satu alasan dari perpisahan itu. Ayah Unyil malah pergi meninggalkan keduanya demi wanita lain, wanita yang tadinya hanya seorang sekretaris pribadi yang tidak disangka dapat menghancurkan bahtera rumah tangga kedua orang tua nya. Hancur hati Unyil melihat sikap ayahnya yang sangat menyakiti hatinya, terutama hati sang bunda. Ketegaran hati bunda lah yang dapat membuatnya juga menjadi wanita yang kuat hingga saat ini.

Flashback off

“Biii bunda belom sampe ya?” Tanya Unyil pada bi Inem, asisten rumah tangga yang setia padanya.

“Belum non” jawab bi Inem.

Sudah menjadi rutinitas Unyil setiap pulang sekolah untuk menceritakan segala aktifitasnya di buku diary kesayangannya. Tak sengaja ia membuka bagian dimana ia menulis tentang Satria. Terdapat foto mereka berdua yang sedang saling merangkul, akrab, dan manis sekali. Sayang, kenangan manis itu hanya bisa ia rasakan lewat foto saja. Karena pada kenyatannya Satria, seorang pelindung bagi Unyil menghindarinya. Satria, nama itu adalah nama yang selalu Unyil suka. Satria dan Unyil adalah teman sejak mereka duduk di Taman Kanak-Kanak. Satria kecil kerap membela dan menjaga Unyil apabila ada orang yang usil padanya. Mereka kian tumbuh menjadi dua anak muda yang rupawan. SD, SMP, dan SMA mereka lalui di sekolah yang sama. Rumitnya hidup Unyil dapat terlalui dengan baik karena ada Satria di dalamnya.

Hal yang paling Unyil benci adalah jika ia teringat mengapa ia dan Satria bisa sejauh saat ini. Saat itu, Satria dan Unyil sedang makan siang bersama di kantin sekolah. Ketika kedua nya sedang asyik mengobrol tiba-tiba datang Putra, teman Satria datang.

“Eh sat gue cariin lo kemana-mana ternyata lo disini bareng pacar lo ya” Ujar Putra.

“Dia bukan pacar gue put” Balas Satria dingin.

“Hahaha jangan gitu loh sat, mana tau kita jodoh” ucap Unyil sembari tertawa.

Setelah Unyil mengucapkan hal tersebut, tanpa ia sangka Satria langsung memaki dirinya

“Eh lo gausah ke PD an ya yil, dari dulu gue sudi temenan sama lo gara-gara gue kasian sama kondisi lo! keluarga lo ancur, gaada yang hibur lo! gue gada niatan jadiin lo siapa-siapa di hidup gue, jadi lo gausah terlalu banyak ngayal! lo berantakan yil!” Ucap satria dengan lantang.

Hancur! satu kata yang bisa Unyil deskripsikan ketika mendengar ucapan Satria. Seseorang yang amat berarti baginya tega mengeluarkan kata-kata seperti itu. Satria yang selalu menemani dan menghibur Unyil ternyata melakukan hal tersebut hanya untuk mengasihani Nya saja.

Hati Unyil hancur, sakit sekali. Ia tidak bisa berkata-kata. Ia hanya membalas ucapan Satria dengan senyuman. Percakapan itulah merupakan percakapan terakhir bagi keduanya. Satria yang selalu menjauh apabila Unyil berusaha memperbaiki keadaan. Satria sepertinya tidak ingin kembali dekat dengan Unyil. Setelah berbagai upaya dan usaha dilakukan Unyil untuk membuat Satria membaik, Satria malah semakin menjauh. Unyil akhirnya menyerah.

Kejadian itu selalu membekas di hati dan di fikiran Unyil, sahabat yang ia sayangi dari kecil ternyata hanya mengasihani nya saja. Hanya karena candaan yang tak seberapa ditambah dengan gengsi Satria yang besar, persahabatan mereka hancur dalam hitungan detik. Unyil menutup buku diary nya. Sudah cukup hatinya menahan sakit akibat keluarganya yang tidak utuh, jangan ditambah lagi dengan sakit mengenang Satria. Unyil lelah, sebenarnya ia ingin menyerah saja pada keadaan. Tapi ketika teringat sang bunda, ia harus kembali membangun semangatnya demi melihat ukiran senyum manis dari bibir bunda. Unyil kelelahan, tak terasa ia pun tertidur.

Hari-hari kian berlalu, Unyil yang tadinya hanya seorang gadis yang baru memasuki bangku SMA kini telah sampai di titik dimana ia sebentar lagi harus meninggalkan SMA tercintanya. Berbagai ujian menjelang kelulusan telah ia lalui dengan baik. Hari itu adalah hari dimana Unyil akan menerima pengumuman mengenai pendaftaran universitas impiannya.

“Duhhh, deg-degan banget nih” ujar Manda berkaca-kaca.

“Yaelah gausah takut sih man, kalo ngga lulus kan masih ada swasta” ujar Vero dengan santai.

“Yah Vero, baru temenan berapa hari sih sama manda? dia kan ga dapet izin kuliah di swasta” ucap Acel.

“Oiya lupa, gue kan gapernah kenalan sama lo ya man hahaha” ujar Vero lantang.

“Manda marah sama Vero!” teriak Manda kesal.

“Duh pusing nih! bisa pada diem ga sih?!” ucap Unyil dengan nada tegang. 

Ia tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan hari ini. Ia takut jika ia ditolak universitas impian nya. Disisi lain, ia takut mengecewakan bunda.

“Eh udah bisa di akses nih guys!” teriak Manda.

“yeaaayyy akhirnya  keterimaa” sorak Vero bangga. Ia diterima di program studi Ilmu Komunikasi yang memang sudah ia impikan.

“Alhamdulillah ya allah… Acel akhirnya jadi anak akuntansi!” ucap Acel penuh haru.

“Lo gimana yil?” tanya Vero pada Unyil.

“Gatau, belom di buka nih” jawab Unyil dengan rasa takut.

“Manda diterima, tapi di pilihan kedua, gimana dong?” sahut Manda khas dengan nada manja nya.

“Ya ambil lah susah amat si” jawab Vero dengan nada gemas.

“Unyil ayo buka, gausah takut ada kita. Apapun hasilnya pasti itu yang terbaik buat kamu” ujar Acel menenangkan.

Tibalah saat Unyil membuka isi pengumuman nya, ia bertekad untuk menerima dengan ikhlas apapun hasilnya.

“Maaf anda tidak diterima, silahkan mengikuti ujian tulis pada bulan Agustus” ucap Unyil sambil menahan air mata nya agar tidak terjatuh.

Unyil merasa dunia nya berhenti. Cobaan apa lagi ini? batinnya. Ia sudah cukup sakit menelan kenyataan yang menimpa hidup nya. Unyil menarik nafas panjang, semua pasti akan baik-baik saja, ia meyakinkan dirinya sendiri.

“Gapapa guys, aku ikhlas kok. Toh masih bisa ujian tulis” ucap Unyil menenangkan teman-teman nya.

“Ada kita semua ko yil, kita bakal temenin sampe Unyil dapet kuliah” ujar Vero dengan nada hangat.

Tunggu, Unyil hampir tidak sadar dibalik semua kenyataan buruk ini ia masih memiliki ketiga sahabatnya. Satu bulan telah berlalu, Unyil telah belajar dengan giat agar bisa menghadapi ujian universitas yang telah menantinya. Ia pasrahkan semuanya kepada Allah, ia yakin bahwa pilihan Allah pasti yang terbaik untuknya. Unyil akan berusaha untuk menerima dengan ikhlas lagi hasil ujian nya kali ini.

“Bun, Unyil sebenernya takut ga diterima lagi. Bunda pasti kecewa kan sama aku?” ucap Unyil sedih.

“Unyil, mau apapun hasilnya nanti engga akan merubah rasa sayang dan bangga bunda sama kamu nak. Bunda tau kamu udah berusaha dengan baik. InsyaaAllah diberi hasil yang baik juga” ujar bunda.

Lagi-lagi, Unyil merasa beruntung memiliki bunda seperti Vania, selalu berfikiran positif dan dapat menjadi obat penenang yang handal untuknya.

“Bismillah, Unyil buka ya bun” ucap Unyil.

“Iya sayang” jawab bunda.

“Selamat Anda Diterima, Silahkan Melakukan Pendaftaran Ulang Melalui Link Dibawah Ini”

Unyil terdiam. Dia berhasil. Ya, Unyil mutofa berhasil diterima di kampus impian nya.

“Alhamdulillah nak” ujar bunda sembari memeluk Unyil.

Malam itu adalah malam paling membahagiakan dalam hidup Unyil, ia berhasil melakukan sesuatu yang amat berarti. Membuat bunda bahagia.

Ia merasa bangga pada dirinya sendiri. Berbagai kenangan dan kejadian masa lalu nya dapat membentuk dirinya menjadi sosok wanita tangguh dengan ketegaran luar biasa. Unyil tidak pernah merutuk masa lalu kelam nya. Ia bisa membuktikan bahwa ia bisa menjadi orang yang berguna dan mengangkat derajat bunda nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun