Di balik layar ponsel, salah satu mahasiswa kelas A program studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta mengemukakan idenya untuk merajut momen kebersamaan. Melalui group chat LINE dan beberapa rapat zoom, kami merancang piknik ke Kebun Raya Bogor, sebuah fase hijau untuk meninggalkan sejenak hiruk pikuk kota Jakarta. Rasa antusias terpancar dari setiap pesan yang terkirim. Di antara 40 mahasiswa kelas tersebut, ada Alfin dan Abigail, dua sejoli yang selalu menebar kemesraan dan canda kemanapun mereka pergi. Adapula Salwa, yang memiliki semangat tinggi dan selalu siap membantu teman-temannya dalam segala situasi. Lalu Inda, ia juga hadir sebagai sosok pahlawan di balik layar dengan memastikan semua kebutuhan kegiatan terpenuhi dengan sempurna. Tak lupa, Kezia, warga asli Bogor yang baru memutuskan untuk bergabung H-1 piknik.
Minggu, 26 Februari 2023, hari yang kami tunggu-tunggu untuk mengukir kenangan manis bersama sudah tiba. Pagi itu terasa begitu cerah, dengan matahari menyambut pagi dengan hangat diiringi kicauan burung yang merdu menjanjikan hari yang cerah dan tak terlupakan. Kami kembali mengecek barang bawaan, memastikan tidak ada yang tertinggal untuk piknik yang sempurna. Tas piknik kami terisi penuh dengan makanan yang menggugah selera, minuman segar, dan barang-barang kebutuhan lainnya.
Perjalanan dari Jakarta ke Bogor ditempuh menggunakan kereta. Kami berkumpul di Stasiun Duren Kalibata dan menunggu kereta di peron 2. Kereta masih tak kunjung terlihat setelah lama menunggu. Layar ponsel Inda tiba-tiba menyala dan berdering, menampilkan panggilan masuk dari Ibunya. Inda pun menepi, mencari ketenangan dan sinyal internet yang kuat untuk mengangkat panggilan tersebut.
Di saat bersamaan, kereta yang sudah sedari tadi ditunggu pun muncul. Alfin, Abigail, dan Salwa pun memasuki kereta dengan tergesa-gesa dan mencoba mengabari Inda untuk segera masuk ke dalam kereta. Inda yang baru saja menyelesaikan panggilannya pun panik membaca pesan tersebut. Dengan langkah tergesa, Inda berlari kembali menuju peron.
Namun nahas, pintu kereta sudah tertutup rapat, meninggalkan Inda dengan perasaan campur aduk. Hatinya berdegup kencang. Rasa panik mulai melanda akibat terpisah dengan teman-temannya. Sebelumnya, Inda sudah mengakui bahwa dia tidak mengetahui rute kereta karena orang tuanya tidak pernah absen mengantarkan dan menjemputnya.
Inda pun segera bertukar pesan dengan teman-temannya dan akhirnya berhasil bertemu kembali di Stasiun Bogor. Kelegaan melandanya setelah momen menegangkan tersebut. Kami pun menggunakan Grab-Car dari Stasiun Bogor menuju Kebun Raya Bogor. Bogor yang saat itu masih menerapkan jalur dua arah karena revitalisasi Jembatan Otista mempercepat waktu perjalanan kami. Semangat kami kembali memuncak bagaikan api yang berkobar melihat pintu masuk utama Kebun Raya Bogor, dan kami siap mengukir kenangan baru yang tak terlupakan.
Udara yang sejuk dan hijaunya pepohonan menyambut kami ketika memasuki Kebun Raya Bogor. Rasa penasaran dan antusiasme terpancar dari wajah kami. Namun, kami harus menunggu beberapa teman kelas yang masih dalam perjalanan di danau dekat pintu masuk utama tersebut. Aroma harum makanan menguar di udara ketika kami mencari tempat duduk di sekitar danau tersebut. Beragam booth makanan dan minuman yang berjejer rapi di pinggir danau seakan memantrai kami untuk mendekat dan mencobanya. Kami pun bergegas mencicipi makanan yang ditawarkan di sana. Bakso malang yang hangat dan lezat, serta es krim dan minuman soda segar yang manis menjadi pilihan utama kami. Beberapa dari kami juga tidak sabar untuk menyewa sepeda dan skuter yang tersedia di sana.
Setelah semua anggota kelas kami berkumpul, kami pun melanjutkan perjalanan ke Grand Garden Cafe. Kami melewati banyak tempat menarik seperti Taman Meksiko dan Taman Akuatik yang akan kami kunjungi setelah kegiatan piknik selesai. Untuk sampai ke Grand Garden Cafe, kami harus melewati sebuah jembatan putih yang luas dan megah. Jembatan tersebut menjadi saksi bisu kebersamaan kami dengan diabadikannya momen tersebut melalui foto bersama.
Kami pun melanjutkan perjalanan melewati danau Gunting lalu mencari tempat teduh untuk piknik di kawasan Grand Garden Cafe. Kawasan ini dipilih karena keteduhan dari banyak pohon rindang yang menjulang tinggi dan suasana alamnya yang sejuk. Kenyamanan dan keasrian yang ditawarkan tempat ini begitu memukau dikarenakan pemandangan tamannya yang indah. Tak heran lagi, jika spot ini menjadi tempat favorit para pengunjung untuk berpiknik.
Hamparan rerumputan hijau nan asri menjadi tempat ideal bagi kami untuk melepas penat dan menikmati hijaunya rumput, dedaunan dan pohon yang seperti turut serta menyambut kami. Setelah itu kami segera menyusun alas untuk duduk di rumput dan di bawah pohon rindang yang teduh, sementara angin sepoi-sepoi menyegarkan udara di sekitar kami. Setelah alas untuk kami duduk sudah siap kami pun mulai mengeluarkan hidangan yang kami bawa dari rumah dengan penuh semangat. Unik nya selain membawa makanan berat seperti nasi, kami juga membawa snack yang huruf depan nya berawalan nama kami. Hal itu menjadi sangat seru karena beberapa teman kami ada yang kesulitan menemukan nama snack yang berawalan huruf namanya. Kami duduk bersila di atas alas yang telah kami siapkan dan mulai menikmati makanan yang sudah kami siapkan tadi. Setiap hidangan makanan dan tegukan air yang masuk ke tenggorokan kami terasa begitu nikmat di tengah udara segar dan suasana alam yang menyejukan.
Suasana piknik kami dipenuhi dengan tawa dan cerita yang mengalir, seakan menciptakan kenangan dan ikatan yang tak terlupakan. Kami saling berbagi pengalaman, tertawa bersama dan tidak lupa yang paling penting, mengabadikan momen berfoto dan membuat video bersama sebagai kenang-kenangan. Beberapa diantara kami juga memilih untuk bermain games, bernyanyi dan bahkan ada juga yang lebih memilih untuk berbaring santai sambil menikmati pemandangan sekitar. Tidak jarang kami tertawa riang ketika melihat tingkah lucu teman kami yang menambah keseruan di momen piknik kami.
Suasana tenang dan damai membuat kami merasa begitu terhubung dengan alam, seolah semua kekhawatiran sirna begitu kami berada disana. Pengalaman ini tentunya tidak akan kami lupakan. Piknik kami di Kebun Raya Bogor bukan hanya sekedar kegiatan rekreasi, tetapi juga menjadi momen berharga yang memperkaya pengalaman hidup kami, serta memperkuat hubungan kami yang saling mendukung dan menghargai.
Selain itu, selama berada di Kebun Raya Bogor, kami tidak hanya sekedar piknik saja, namun kami mengelilingi berbagai macam tempat. Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata yang sangat luas, sehingga perlu waktu yang tidak singkat untuk kami mengunjungi setiap tempatnya. Diantara kami berlima, hanya Kezia yang paling mengetahui tempat-tempat menarik yang berada di Kebun Raya Bogor, karena Kezia sudah berulang kali mendatangi tempat tersebut sehingga dirinya yang memandu kami dalam mengelilingi Kebun Raya Bogor.
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Taman Akuatik. Saat kami memasuki tempat tersebut, kami harus melewati pintu gerbang masuk berwarna putih yang tinggi. Menariknya, posisi Taman Akuatik berada dibawah dari tempat yang lainnya. Sehingga, kami pun harus melewati tanjakan dan turunan untuk sampai kesana. Disana banyak sekali bebatuan, mulai dari yang besar hingga terkecil sekalipun dengan bentuk yang unik, serta pepohonan hijau yang tumbuh begitu subur. Kami pun bisa beristirahat disana karena disediakan tempat duduk. Sambil beristirahat, tidak lupa kami berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.
Terdengar pula suara riuh dari air yang mengalir di sekitar Taman Akuatik, dan membuat hati yang mendengarnya menjadi terasa damai. Rumput hijau yang lebat dan bersih menambah nilai keindahan di dalamnya. Udara yang segar menambah hasrat kami untuk terus menetap di tempat tersebut. Namun, kami harus mengelilingi tempat lainnya supaya kami pun mengetahui dan menikmati keindahan dari banyak sekali tempat yang ada di Kebun Raya Bogor.
Melanjutkan langkah kami melihat apa yang ada di dalam Kebun Raya Bogor ini sembari menikmati sejuknya udara. Tak terasa kami tiba di suatu tempat melihat dari jauh bunga Raflesia. Namun sayangnya, kami tidak bisa mendekatinya karena melewati sebuah jembatan yang harus kami seberangi. Warnanya yang merah cukup jelas, kami melihat bahwa bentuknya yang besar dan permukaan atas yang berwarna merah tersebut membuatnya sangat kelihatan. Jika saja kami bisa melihat dari dekat, pasti kami akan senang sekali karena hal tersebut merupakan momen langka yang sulit untuk kami temukan lagi di kemudian hari.
Tidak bosan mengelilingi luasnya Kebun Raya Bogor, tanpa sebab karena kita ingin mengetahui dan melihat apa saja yang di dalamnya. Di perjalanan kaki kami memang sedikit ada bau yang berbeda di setiap sudut tempatnya. Ini bukan tanpa alasan, di Kebun Raya Bogor ada yang namanya Makam Keramat, dan itu tidak hanya satu ataupun dua, namun ada beberapa Makam Keramat disini. Terdapat empat makam yang ada disini, diantaranya yaitu makam Ratu Galuh Mangku Alam Prabu Siliwangi, Mbah Jepra, Mbah Baul, dan Solendang Galuh Pangkuan. Semua makam di atas tidak di posisi berdampingan, namun berbeda tempat dengan jarak yang agak berjauhan.
Tak jauh dari Makam Keramat, di depan jalan terdapat dua pohon besar yang menjulang tinggi. Nama pohon tersebut adalah Pohon Jodoh. Konon katanya, pohon tersebut memiliki nama yakni Meranti dan Beringin Putih, yang dimana mereka tumbuh bersamaan dan masih ada hingga saat ini. Uniknya, masyarakat sekitar yang mengunjungi Kebun Raya Bogor memiliki persepsi bahwa pohon meranti dilambangkan sebagai laki-laki dan beringin putih adalah perempuannya. Mitosnya, barang siapa yang datang dengan lawan jenisnya (perempuan dan laki-laki) ke tempat tersebut, maka mereka akan berjodoh serta memiliki hubungan yang awet. Tetapi, memang tidak bisa dipungkiri bahwa siapapun yang mendatangi pohon jodoh itu akan merasakan ketenangan dan juga kedamaian, karena dikelilingi oleh pohon-pohon besar di sekitarnya. Hingga terdengar jelas suara burung yang berkicau, menambah kehangatan siapapun yang ingin menghabiskan waktu dengan orang tersayangnya.
Tepat di seberang pohon jodoh, terlihat jembatan merah. Namun, disayangkan bahwa jembatan tersebut sudah tidak bisa dilewati lagi oleh pengunjung Kebun Raya Bogor. Sehingga kami hanya bisa melihatnya dari kejauhan saja. Pengunjung lain pun tentunya tidak akan berani untuk naik diatas jembatan yang sudah rusak, terlebih tepat di bawah jembatan merah merupakan aliran air sungai yang deras disertai dengan bebatuan yang besar. Menurut kepercayaan orang sekitar yang sudah lama mengetahui mitos mengenai jembatan merah, mereka tidak akan berani untuk melewatinya, terutama pasangan kekasih. Karena mitosnya, siapa saja pasangan yang melewati jembatan merah itu, maka hubungannya akan segera berakhir atau mereka akan didatangi masalah dalam hubungannya. Percaya atau tidak, namun pengunjung tetap menghargai keyakinan tersebut.
Setelah lamanya kami mengelilingi tempat-tempat di area sekitar Kebun Raya Bogor, tampaknya kami sudah merasa lelah. Hingga pada akhirnya, kami semua memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Kini perjalanan pulang kami ditempuh dengan hal yang sama pada saat kedatangan. Sungguh, perjalanan kami di Kebun Raya Bogor hari ini benar-benar sangat menyenangkan. Selain kami mendapat pengalaman baru, kami juga menjadi mengetahui berbagai macam tempat yang ada di sekitar Kebun Raya Bogor yang sangat luas ini. Banyak sekali kenangan yang terlukis dalam perjalanan kami. Tentu saja momen ini akan menjadi momen yang tak pernah terlupakan dalam hidup kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H