Indonesia memiliki berbagai komoditi ikan yang cukup melimpah, salah satunya adalah ikan lele. Ikan lele merupakan ikan yang mudah untuk dibudidayakan serta memiliki kandungan protein yang cukup tinggi.Â
Namun, meskipun menjadi sumber protein, tidak banyak masyarakat yang menyukainya karena bau amis yang ditimbulkan sehingga membuat penjualan ikan lele menurun. Untuk itu banyak para pembudidaya yang memanfaatkan hasil panen ikan lele tersebut menjadi sebuah produk. Ikan lele yang digoreng dan diberi bumbu mungkin sudah biasa bagi kita semua.Â
Dengan ide-ide yang baru, ikan lele ini dapat kita nikmati tanpa kita merasa tidak suka karena bau amisnya. Ikan lele ini dapat kita nikmati dalam bentuk camilan dalam bentuk stik. Dengan menggunakan bahan bahan yang tidak terpakai yaitu duri lele.
Salah satunya adalah narasumber yang kami temui yaitu Ibu Lusia Irawati (48 tahun), yang merupakan owner dari usaha Matrix Jaya atau Matrix Food sebagai tempat produksi aneka olahan dari ikan lele, yang bertempat di Kebonsari, Jember.Â
Beliau berinovasi dengan mengolah ikan lele menjadi produk yang bisa tahan lama dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kemudian karena tidak ingin ada bagian dari ikan lele yang terbuang sia-sia khususnya duri lele, akhirnya beliau mengkreasikan duri lele menjadi stik duri lele.Â
Proses pembuatan stik duri lele ini cukup mudah. Bahan utama yang diperlukan tentunya duri lele, kemudian tepung terigu, air, telur, mentega, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, garam. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencuci bersih duri lele dan direbus hingga lunak. Lalu duri lele dihaluskan dan dicampur dengan telur, bumbu dan tepung. Selanjutnya adonan dibentuk pipih dan digoreng dengan api yang sedang.
Adapun produk-produk lain yang diproduksi oleh Matrix Jaya adalah stik duri lele, sumpia ikat lele, pastel bunga lele, keripik lele, abon lele, dan masih banyak lagi.Â
Produk makanan tersebut dibuat dengan bahan-bahan alami tanpa adanya bahan MSG maupun pengawet. Jadi olahan makanan yang diproduksi hanya akan tahan beberapa bulan saja. Masing-masing produk tersebut mulai dipatok dengan harga yang terjangkau yaitu dari harga 12.000 hingga 30.000 per 100 gram. Untuk stik duri lele dijual dengan harga 12 ribu, sumpia ikat lele 22 ribu, pastel bunga lele 20 ribu, keripik lele 12 ribu, serta abon lele 30 ribu.
Hasil dari olahan ini dipasarkan oleh Ibu Lusia secara online melalui platform berupa facebook, bibli, lazada, shopee, instagram, whatsapp, dan tik tok shop. Pada tahun 2010, awalnya beliau hanya berjualan di platform facebook sebab Ibu Lusia melihat peluang jika berjualan di facebook akan lebih banyak peminat karena ibu-ibu rumah tangga banyak yang menggunakan facebook. "Proses pemasaran ke seluruh Indonesia, bahkan bisa ke luar negeri". Tutur Ibu Lusia saat wawancara.
Selain itu, produk dari Matrix Jaya ini juga dipasarkan secara offline dengan menitipkan produk ke tempat oleh-oleh serta dapat dibeli secara langsung di rumahnya.
Usaha yang dijalani oleh Ibu Lusia ini tampaknya mendapat dampak yang positif, untuk itu Ibu Lusia berupaya untuk optimal dalam proses produksi atau pemasarannya.Â
Beliau juga ikut serta mengikuti kegiatan di komunitas-komunitas UMKM yang ada di seluruh Jember. Hal ini membuat beliau memiliki banyak relasi dengan sesama pemilik UMKM. Dan membuat beliau bisa bertukar informasi mengenai produk jualan masing-masing.Â
Beliau juga mengenalkan produknya kepada para pengunjung yang ada di pameran bazar dengan menyelipkan pamflet atau brosur ketika pengunjung tersebut membeli produknya. Hal ini beliau lakukan agar lebih banyak lagi orang orang yang mengetahui produk yang ia jual dengan harapan produknya dapat terjual sebanyak banyaknya.
Usaha ini juga memiliki dampak bagi perekonomian keluarga Ibu Lusia. Berdasarkan keterangannya diketahui omset yang dihasilkan dari adanya Matrix Jaya ini bisa mencapai 3 sampai 5 juta per bulan. Untuk pembelian secara offline berkisar dari 5 sampai 25 produk per hari. Sedangkan di marketplace bisa menjual 50 hingga 100 produk per hari. Selain berdampak bagi perekonomian keluarga, usaha yang didirikan oleh Ibu Lusia ini juga berdampak bagi warga sekitarnya.Â
Seperti ketika usaha yang dimiliki mengalami kenaikan permintaan produksi, membuat beliau bisa menyerap tenaga kerja terutama ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitarnya. Biasanya Ibu Lusia akan mengambil para tenaga kerja secara borongan dengan 6- 8 orang untuk membantu dalam proses produksi. Pemberian upah sendiri disesuaikan dengan kecakapan masing-masing orang. Misalnya, ketika cepat ibu-ibu pekerja akan mendapatkan upah per 8 jam 40 ribu hingga 50 ribu. Sedangkan ketika sedang santai per 8 jam akan mendapatkan upah sekitar 25 ribu.
Penulis:
Maghfuro Bialihatina 200910302144
Selvi Susanti 200910302039
Malika Maharani Balqis 200910302012
Syarifatun Nikmah 200910302034
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H