Mohon tunggu...
Kelompok 10 MSDK
Kelompok 10 MSDK Mohon Tunggu... Mahasiswa - IPB University

Ariel M. Lesmana (G2401211049) | Salsabila Nisryna Marchabani (G2401211053) | Wulan Rama Putri (G2401211056) | Aura Ramadhania Putri (G2401211058) | Adzkiya Khofifa Chaeza (G2401211069)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Media Sosial pada Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (AUS)

23 November 2022   20:55 Diperbarui: 24 November 2022   14:09 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring kemajuan zaman, teknologi berkembang semakin pesat. Penggunaan internet dan media sosial sebagai alat komunikasi jarak jauh sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk pada Anak Usia Sekolah (AUS). Banyaknya fitur canggih yang tersedia dalam media sosial dan kurangnya pengawasan dari orang dewasa menyebabkan AUS ingin mengakses hal tersebut secara terus-menerus, sehingga menjadi candu. 

Kecanduan media sosial merupakan suatu gangguan psikologis yang dialami oleh seseorang dengan meningkatnya intensitas terhadap penggunaan media sosial (Nurmandia et al. 2013). Kecanduan media sosial terhadap AUS dinilai berbahaya karena dapat mengganggu kehidupan sehari-hari sang anak, baik di sekolah maupun di rumah. 

Menurut Yudhianto (2017), perkembangan penggunaan internet dan media sosial dipastikan akan terus meningkat seiring kemajuan teknologi di masa depan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai bagaimana orang tua mengatur penggunaan media sosial terhadap AUS agar penyuluhan terkait bahaya penggunaan gawai berlebih dapat dilakukan secara efektif.

Penelitian ini dilaksanakan melalui wawancara terhadap lima orangtua dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kelima responden ini mempunyai anak berusia antara 12-16 tahun, yang mana usia tersebut dapat dikategorikan sebagai Anak Usia Sekolah (AUS). Adapun anak dari setiap responden tersebut masing-masing telah memiliki media sosialnya sendiri.

 Kesibukan para responden notabenenya masih mengurus pekerjaan rumah serta mengantar jemput anak sekolah meskipun telah bekerja sebagai pedagang, pegawai, maupun wirausahawan.

Berdasarkan hasil wawancara, kelima anak responden tersebut diperbolehkan untuk memiliki serta mengakses media sosial. Orangtua mereka beranggapan bahwasanya sang anak telah memasuki fase remaja, sehingga sudah sewajarnya memiliki media sosial agar memudahkan mereka dalam berkomunikasi atau mengakses informasi yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. 

Semua responden umumnya menyadari bahwasanya perlu dilakukan pengawasan terhadap penggunaan gawai sang anak, terutama ketika mereka bermain media sosial. 

Dari kelima responden yang ada, tiga di antaranya menerapkan peraturan yang cukup ketat terhadap anak mereka. Para responden menyadari bahwasanya banyak anak-anak usia dini di luar sana yang telah menjadi korban dari sisi gelap dunia media sosial. 

Oleh karena itulah, mereka melakukan pencegahan melalui pengawasan terhadap anaknya dengan harapan agar berbagai kejahatan di dunia maya terhadap sang anak dapat diminimalisir dan dihindari.

Manajemen Media Sosial pada Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (AUS) 

Manajemen sumber daya dilakukan oleh individu dan organisasi, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dalam keluarga, manajemen sumber daya sangat dibutuhkan karena seorang anak membutuhkan pola asuh yang tepat agar terjalin komunikasi yang baik, sehingga mengurangi terjadinya miss-communication dan perilaku menyimpang di masyarakat, seperti halnya kecanduan media sosial (Rakhmawati 2015). 

Menurut Coombs dan Howatt (2005), terdapat lima ciri kecanduan media sosial pada AUS, yaitu compulsive use, loss of control, continued use despite adverse consequences, tolerance, dan withdrawal. 

Untuk menghindari dan mengatasi hal tersebut, diperlukan perbaikan pola asuh pada anak. Orangtua dapat melakukan pengenalan terkait ciri-ciri sang anak yang telah mengalami kecanduan media sosial dan membatasi penggunaan gawai mereka, memfasilitasi aktivitas lain yang jauh dari gawai agar anak merasa tidak memiliki waktu untuk mengakses media sosial, mengawasi penggunaan gawai sang anak, serta rajin memeriksa media sosial anak agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Faktor yang Membuat Anak Usia Sekolah (AUS) Menjadi Kecanduan terhadap Media Sosial

 Penggunaan media sosial saat ini tidak dapat dihindari. Banyak Anak Usia Sekolah (AUS) yang lebih tertarik kepada sosial media daripada pembelajaran di sekolahnya. 

Menurut Ainiyah (2018), terdapat delapan faktor yang menjadi pemicu AUS lebih tertarik dengan media sosial dibandingkan kewajibannya menuntut ilmu, yaitu ingin menunjukkan eksistensi, membutuhkan perhatian, bertukar pendapat, membentuk citra, komunikasi dan sosialisasi, ajang berprestasi, menambah wawasan, serta tempat berkeluh kesah.

Banyak pemicu mengapa seseorang, terutama AUS, mulai kecanduan media sosial. Salah satu penyebab yang sering kita jumpai ialah takut tertinggal tren atau berita terhangat yang dikenal dengan fear of missing out (FOMO). Banyak remaja memiliki ketakutan akan kehilangan momen tertentu yang dianggap penting jika tidak membuka media sosialnya. 

Hal ini juga didorong oleh semakin masifnya penggunaan media sosial, sehingga hampir semua percakapan bahkan hal sepele, seperti membahas video lucu dilakukan di media sosial.

Peran Keluarga terhadap Media Sosial pada Anak Usia Sekolah (AUS)

Meskipun anak telah memasuki fase remaja, mereka tetap perlu diawasi oleh keluarganya agar terhindar dari berbagai dampak buruk di media sosial. Salah satu dampak tersebut ialah gangguan psikologis. Hal ini mampu meningkatkan intensitas penggunaan media sosial, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari sang anak.

Pada dasarnya, belum waktunya bagi seorang anak untuk diberikan gawai karena tidak menutup kemungkinan dapat memicu perilaku konsumtif yang berlebih pada mereka. AUS masih memerlukan pengawasan yang ketat dalam penggunaan gawai. 

Oleh karena itu, orangtua harus lebih bijak dalam memberikan alat penunjang untuk kebutuhan anaknya serta selalu mengontrol setiap konten yang ada pada gawai mereka. Sering kali, orang tua menjadikan gawai sebagai alternatif dalam mendampingi anak. 

Dengan berbagai fitur dan aplikasi yang menarik, mereka memanfaatkannya untuk menemani sang anak agar dapat menjalankan aktivitas dengan tenang tanpa khawatir anaknya mengganggu aktivitas orangtuanya. Ini merupakan hal yang keliru karena berdampak buruk bagi perkembangan anak. Orangtua dapat berdiskusi dengan sang anak mengenai bagaimana peraturan dalam penggunaan gawai mereka. (Ariston & Frahasini, 2018).

Internet dan media sosial merupakan dua hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan beberapa orangtua mengizinkan anaknya untuk memiliki media sosial dan gawai pribadi walaupun masih dalam usia sekolah. 

Dengan manajemen yang tepat, Anak Usia Sekolah (AUS) dapat memanfaatkan gawai mereka untuk meningkatkan potensi diri atau berkomunikasi dengan teman sebayanya. Namun, tanpa adanya manajemen dari keluarga, tidak menutup kemungkinan AUS akan menggunakan gawai untuk hal yang tidak baik atau menjadi candu terhadap gawai. 

Untuk itu, orangtua yang memperbolehkan anaknya memiliki gawai dan media sosial perlu mengawasi mereka agar tetap fokus terhadap kewajibannya menuntut ilmu serta mendampingi penggunaannya agar tetap positif. 

Selain itu, literasi media sosial untuk orangtua dan anak dapat menjadi jalan keluar agar dampak buruk media sosial dapat diminimalisir. Perkembangan media yang sangat pesat membuat para orangtua harus lebih pandai dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan media sosial anak-anak mereka.

Daftar Pustaka

Agustin, Yoga DS. 2015. Peran keluarga sangat penting dalam pendidikan mental, karakter anak serta budi pekerti anak. Jurnal Sosial Humaniora. 8(1): 13-22. 

Ainiyah N. 2018. Remaja millenial dan media sosial: media sosial sebagai media informasi pendidikan bagi remaja millenial. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia. 2(2): 221- 236. 

Anggraeni Y. 2019. Pengawasan orang tua dalam penggunaan gadget pada anak dI ra yapsisumberjaya Lampung Barat [skripsi]. Lampung: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. 

Diananda A. 2019. Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam. 1(1): 116-133. 

Dinda KP. 2022. Pengawasan orangtua terhadap penggunaan media sosial di era 4.0 pada remaja usia sekolah menengah pertama (SMP) di Kelurahan Sukarami Kota Bengkulu. JPT: Jurnal Pendidikan Tematik. 3(2): 260-275. 

Falianda SF. 2022. Hubungan antara Alexithymia dengan kecanduan media sosial pada remaja di Kota Surabaya [disertasi]. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya. 

Kusumawardhani A, Segara AA, Supriadi W. 2019. Peran orang tua dalam pengawasan penggunaan internet pada anak. Jurnal Abdikarya: Jurnal Karya Pengabdian Dosen dan Mahasiswa. 3(3): 12-21. 

Mazdalifah M, Moulita M. 2021. Model pengawasan orangtua terhadap penggunaan media digital anak. Jurnal Pustaka Komunikasi. 4(1): 105-116. 

Neti Juniarti SK, Corner KBDHR. (2018). MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGA. Diambil dari https://www.researchlgate.net/profile/NetiJuniarti/publication/26519423. 

Nurmandia H, Wigati D, Masluchah L. 2013. Hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial. Jurnal Penelitian Psikologi. 4(2): 107-119. 

Pratiwi MR, Mukaromah M, Herdiningsih W. 2018. Peran pengawasan orangtua pada anak pengguna media sosial. Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan. 22(1): 37-57. 

Rakhmawati I. 2015. Peran keluarga dalam pengasuhan anak. Jurnal Bimbingan Konselin Islam. 6(1): 1-18. 

Rois AK, Suprianto S. 2021. Analisis manajemen sumber daya insani. Musyarakah: Journal of Sharia Economic (MJSE). 1(2): 100-109. 

Widiyono S. 2019. Pengembangan nasionalisme generasi muda di era globalisasi. Populika. 7(1): 12-21. 

Winarso D, Syahril S, Aryanto A, Arribe E, Diansyah R. 2017. Pemanfaatan internet sehat menuju kehidupan berkemajuan. Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI. 1(1): 19- 23.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun