Menurut Coombs dan Howatt (2005), terdapat lima ciri kecanduan media sosial pada AUS, yaitu compulsive use, loss of control, continued use despite adverse consequences, tolerance, dan withdrawal.Â
Untuk menghindari dan mengatasi hal tersebut, diperlukan perbaikan pola asuh pada anak. Orangtua dapat melakukan pengenalan terkait ciri-ciri sang anak yang telah mengalami kecanduan media sosial dan membatasi penggunaan gawai mereka, memfasilitasi aktivitas lain yang jauh dari gawai agar anak merasa tidak memiliki waktu untuk mengakses media sosial, mengawasi penggunaan gawai sang anak, serta rajin memeriksa media sosial anak agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Faktor yang Membuat Anak Usia Sekolah (AUS) Menjadi Kecanduan terhadap Media Sosial
 Penggunaan media sosial saat ini tidak dapat dihindari. Banyak Anak Usia Sekolah (AUS) yang lebih tertarik kepada sosial media daripada pembelajaran di sekolahnya.Â
Menurut Ainiyah (2018), terdapat delapan faktor yang menjadi pemicu AUS lebih tertarik dengan media sosial dibandingkan kewajibannya menuntut ilmu, yaitu ingin menunjukkan eksistensi, membutuhkan perhatian, bertukar pendapat, membentuk citra, komunikasi dan sosialisasi, ajang berprestasi, menambah wawasan, serta tempat berkeluh kesah.
Banyak pemicu mengapa seseorang, terutama AUS, mulai kecanduan media sosial. Salah satu penyebab yang sering kita jumpai ialah takut tertinggal tren atau berita terhangat yang dikenal dengan fear of missing out (FOMO). Banyak remaja memiliki ketakutan akan kehilangan momen tertentu yang dianggap penting jika tidak membuka media sosialnya.Â
Hal ini juga didorong oleh semakin masifnya penggunaan media sosial, sehingga hampir semua percakapan bahkan hal sepele, seperti membahas video lucu dilakukan di media sosial.
Peran Keluarga terhadap Media Sosial pada Anak Usia Sekolah (AUS)
Meskipun anak telah memasuki fase remaja, mereka tetap perlu diawasi oleh keluarganya agar terhindar dari berbagai dampak buruk di media sosial. Salah satu dampak tersebut ialah gangguan psikologis. Hal ini mampu meningkatkan intensitas penggunaan media sosial, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari sang anak.
Pada dasarnya, belum waktunya bagi seorang anak untuk diberikan gawai karena tidak menutup kemungkinan dapat memicu perilaku konsumtif yang berlebih pada mereka. AUS masih memerlukan pengawasan yang ketat dalam penggunaan gawai.Â
Oleh karena itu, orangtua harus lebih bijak dalam memberikan alat penunjang untuk kebutuhan anaknya serta selalu mengontrol setiap konten yang ada pada gawai mereka. Sering kali, orang tua menjadikan gawai sebagai alternatif dalam mendampingi anak.Â