Mohon tunggu...
Kelana Siwi
Kelana Siwi Mohon Tunggu... Seniman - Hidup ini kenyataan sekarang

pekerja budaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

LiSa

12 April 2022   17:16 Diperbarui: 12 April 2022   18:05 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PADA satu tempat yang tidak di tentukan. Akuarium bulat dengan ikan koi dalam satu ruang yang cerah. Sementara sebuah cermin dalam satu sudut yang lain. Samar terlihat perempuan mengepulkan asap rokok, dan di satu sisi, lelaki menegak. Pandangangnya tajam ke depan. Namun begitu raut mukanya terlihat menyimpan sesuatu yang berat. Sebut saja perempuan itu Li dan lelaki itu Sa.

Sa           : (berat) aku tak akan menggantungkan apapun yang kemudian kau sebut dengan cinta. karena betapapun di sanalah semua itu dimulai. di sanalah alpha bersemayam. dan di sana pula alif menjadi ruh. apapun itu, di sanalah yang awal bersemayam. (Li terbatuk)

                   aku tak bisa memungkiri. dan lantaran itu, di sekelilingku menjadi penjara. tapi toh aku menikmatinya. Bahkan kadang, itulah yang menjadi puncak-puncak ekstase dalam setiap perhentian perjalananku. (Sa tersenyum sinis di sela kepulan asap rokok)

                   dan seperti yang lain pula, barangkali kau tak menemukan apapun di sini. kau terlalu asyik, sebagaimana yang lain mengenakan topeng. bisa saja kau tak merasa bahwa apa yang kau kenakan itu serupa topeng. karena, betapapun semua itu telah menyatu dengan dirimu, mengurat di nadimu hingga menjelma sebagiamana sebuah kewajaranmu. (Sa melangkah dua tindak. mengambil sebuah godam, dan menggodam lantai. Li bangkit dan menegak dengan rokok di tangan.)

                   duniaku telah mengalami usang berkali-kali. tapi tak juga satu nisanpun bertumbuhan. semuanya kosong! Dan tiba-tiba, aku seperti dihadapkan pada mariyuana (Sa meletakkan godam dengan kasar. Li maju satu tindak). aku berada pada pusaran yang aku sendiri tidak menguasainya. aku tenggelam dalam prahara yang sesungguhnya menerbitkan merjan-merjan kesunyian! riuh redah nan kosong! (Sa terlungkup).

Li             : cengeng! (ekor matanya melirik ke ara Sa).

Sa           : (bangkit, menuju Li) bedabah! kau selau tak pernah mengerti aku!

Li             : karena kau aneh!

Sa           : bedebah!

Li             : kau ambigu!

Sa           : kau kontradiksi!

Li             : (menjambak rambut Sa dan membawa ke satu arah dalam dua tindak) sejak berabad sebelum sebuah peradabanpun ada. kau telah menciptakan perhentian-perhentian di mna mata angin menjadi tak berdaya di depanmu. tapi kau selau menampilkan dirimu dalam kekosongan yang tak bermakna apa-apa. kau lebih tertarik menggunakan benges bagi dirimu, sementara kau lupakan kesejatian. kau lebih sibuk dengan hal-hal di luar dirimu dan apa dengan kau sendiri. kau selalu menanggalkan sesuatu yang sebenarnya sudah ada dalam genggamanmu. kau menjadi sangat aneh bagi dirimu sendiri. kau bersembunyi dalam dirimu sendiri yang keropos dan tak berarti apa-apa. (Sa menampik jambaan Li sambil cepat bergerak ke depan)

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun