Mohon tunggu...
Felix Milerivan Marcel
Felix Milerivan Marcel Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Dari kami yang berusaha memberikan tulisan yang menarik dan informatif

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

"Membakar" Uang demi Kebahagiaan dalam Permainan Online

8 November 2020   23:37 Diperbarui: 9 November 2020   17:30 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rela Menahan Uang Jajan Selama 2 Minggu
Untuk memahami tujuan dan alasan pemain game melakukan microtransaction, kami menjalin kontak dengan beberapa narasumber yang bersedia menceritakan pengalamannya. Narasumber pertama, seorang pemuda berumur 21 tahun dengan nama R (nama samaran) menjelaskan ia mulai melakukan pembelian virtual di game sejak ia memiliki kartu ATM di umur 17 tahun.

R juga menjelaskan alasannya menghabiskan uang adalah sebagai bentuk apresiasi kepada tim pengembang dan perancang game yang ia mainkan. R menambahkan, untuk sebuah permainan yang dirilis secara gratis, mereka tentu saja perlu mendapatkan keuntungan darinya, salah satu caranya adalah melalui microtransaction.

Ketika ditanya mengenai prioritasnya dalam menggunakan keuangannya untuk hal yang lebih penting, R menjelaskan bahwa dirinya sudah memiliki alokasi tersendiri untuk hiburan, dan ia tidak terlalu khawatir mengenai biaya kebutuhan hidupnya karena sudah terpisah sendiri.

Alokasi hiburan ini jika tidak digunakan untuk keperluan game, ia habiskan untuk mengikuti acara atau membeli produk hiburan lainnya. R juga menceritakan bahwa ia pernah menahan dirinya untuk jajan di sekolah selama 2 minggu demi menabung untuk membeli sebuah produk di game yang ia mainkan.

Ingin Menjadi "Sultan"
Narasumber selanjutnya bernama Z, ia merupakan seorang pelajar tingkat SMP. Alasan dirinya melakukan microtransaction adalah senang ketika dapat membeli skin/costume maupun segala sesuatunya dalam permainan Mobile Legends. Menurutnya, skin/costume yang dijual pada game tersebut sangat keren dan dia ingin dianggap sebagai "sultan" pada game tersebut karena memiliki skin dan item berbayar lainnya sehingga terkesan keren.

Hingga Melakukan Cara Ilegal
Normalnya para pemain game akan mengubah uang dunia nyata mereka untuk menjadikannya saldo uang virtual dan membeli game, namun berbeda dengan "D", seorang mahasiswa yang mengaku pernah melakukan tindakan ilegal agar dapat melakukan microtransaction, yaitu dengan cara "carding".

"D" menjelaskan bahwa dia bermain game sejak kelas 1 SMP, dan memulai top up/microtransaction pada salah satu game online yang bernama Lost Saga. "Yang membuat saya melakukan top up adalah untuk mendapatkan item langka yang saya inginkan, selain bisa menaikan rasa percaya diri saat bermain, item langka juga bisa dijual kembali dengan harga yang tinggi di kemudian hari" jelasnya.

Tak hanya membeli kebutuhan game dengan uangnya sendiri, "D" menceritakan bahwa pernah melakukan carding yang dimana menggunakan kartu kredit orang lain untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

"Pernah melakukan carding bersama teman saya untuk Steam Wallet (dompet virtual untuk membeli game) kurang lebih 2 juta rupiah untuk membeli Compendium TI Dota 2 tahun 2014, kemudian item yang saya dapatkan dijual kembali untuk mendapatkan uang dunia nyata" tuturnya.

Tak hanya sekali saja, pada tahun 2015 dia melakukan tindakan yang sama, namun pada percobaan tersebut berujung pembekuan akun Steam (penyedia layanan game) karena terdeteksi melakukan cara ilegal.

Mengapresiasi Developer
Tidak selalu negatif, terbukti dengan narasumber ke 4, bernama N, seorang mahasiswa yang gemar bermain game online. sudah melakukan top up sejak tahun 2018 dan ia senang melakukan pembelian atau top up tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun