Mohon tunggu...
Kita/
Kita/ Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Semua orang pasti punya keresahan. Pasti punya masalah. Kita bisa berbagi apapun untuk selesaikan itu. Kita disini mau berbagi banyak hal lewat tulisan, foto, dan video.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wortel Ga Baik Buat Mata : #CerpeKita1 - Eps 2

1 Maret 2016   21:22 Diperbarui: 18 Juli 2016   09:45 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Wortel Ga Baik Buat Mata (Gambar : http://jupitter.blogspot.co.id/2011/01/aneh-tapi-nyataaneka-makanan-unik.html)"][/caption]

Episode sebelumnya

Episode 2

“Apa hubungan mereka ya?”, tanya Sabeb pelan. Dengan muka bingung Dia tunduk memperhatikan celananya.

Nawayrak dengar pertanyaan kecil itu tapi Dia ga merespon. Naway cuma fokus ke depan memperhatikan laju mobilnya diantara gerimis dan kilauan lampu kendaraan yang lalu lalang.

#

Berjarak sekitar 100 meter didepan sebuah rumah ada gadis kecil yang melambai-lambai. Sabeb bingung melihat tingkah anak itu sedangkan Nawayrak tersenyum melihatnya.

Begitu pintu mobil tertutup. Gadis itu berlari menerjang Nawayrak. “Bang ...”, katanya sambil memeluk paha Nawayrak. “Halo Manis ...”, Naway menggodanya.

“Bang aku malu ...”, sambil melirik ke Sabeb.

“Ga pa-pa, kenalin ini Bang Sabeb”, sambil senyum ke arah Sabeb.

Gadis kecil itu melompat seperti hendak tos sama Sabeb. Sayangnya Dia ga ngerti kode itu. Nawayrak langsung sigap membalas tepuk itu.

“Horas ...”, sebut gadis kecil dan Naway dengan berbarengan.

Begitu jatuh ke tanah gadis kecil melompat lagi dan melayangkan tangan kanannya ke arah Sabeb. Melihat pelajaran singkatnya barusan, Dia langsung membalas dengan logat timurnya, “Horas ...”.

#

“Halo Mbak Bro ...”, sapa Naway begitu masuk rumah. Seorang Mahmud menjawab sapaan itu dengan lirikan ke arah Sabeb.

“Oh ... kenalin Mbak Bro. Ini Sabeb si Pace dari timur”, seperti sales sedang memperkenalkan produk baru. Mbak Bro pun bersalaman dengan Sabeb. Melihat tingkah temen-nya itu Sabeb kaget. Temen yang dikenal si “Manusia Diam Itu Emas” berubah 100%.

“Gimana Mbak Bro, kapal aman kapten?”, Naway sambil melirik ke kursi.

“Oh ... silahkan duduk Bang Bro”, sambil tersipu malu. Begitu duduk gadis kecil langsung melompat kepangkuan Nawayrak.

“Kapal aman kapten”, balas Mbak Bro dengan angkat jempolnya.

“Masih ada keluhan sakit Mbak?”, respon Naway dengan cepat. Mbak Bro tiba-tiba diam dan menunduk. Dia menahan air matanya. Suasana menjadi hening dalam hitungan detik.

“Kapal aman kapten”, respon gadis kecil sambil melompat dari pangkuan Naway. Dia mendekati Mamanya. “Cup cup cup”, gadis kecil itu bertingkah nakal dengan memeluk kepala Mamanya tepat didadanya.

“Hmmm”, Naway senyum melihat tingkah gadis kecilnya itu sambil menghela nafas panjang.

“Suwun ya Nduk”, Mamanya lepas dari pelukannya dan membalas memeluk anaknya itu.

Sabeb yang dari tadi terdiam seperti orang asing masih memperhatikan keajaiban keluarga yang sedang terjadi. Mamanya sedang memeluk erat gadis kecilnya. Nawayrak tersenyum sendiri. Sabeb menikmati momen itu. Lagu “Rumah Kita” mengalun pelan di kepalanya. Masih menikmati masa hening indah itu.

“Ha...lo... Mas Bro & Mbak Bro ...”, Mas Yob tiba-tiba muncul didepan pintu yang masih terbuka.

“Bapak ...”, gadis kecil itu lepas dari pelukan Mamanya dan langsung masuk lagi kepelukan Bapak. Belum lama dipeluk sama Bapaknya. “Humph”, responnya sambil menutup hidungnya dengan bibir atasnya.

“Tak siapin air hangat buat Bapak ya”, gadis kecil menghilang dibalik tirai pintu.

“Suwun Nduk”

“Enak ya dirumah Mas Yob”, celetuk Sabeb karena ga kunjung disapa sama Mas Yob.

“Eh Mas Bro Sab ...”, belum selesai dengan kata-katanya mereka semua terkejut.

““Ha...lo... Mas Bro & Mbak Bro ...”, Sinam tiba-tiba muncul persis dibelakang Mas Yob.

Semua kaget, Mamanya gadis kecil bingung sekaligus kaget karena ga tau itu siapa. Mas Yob paling kaget. Terutama Nawayrak dan Sabeb mengingat kejadian tadi di kantor.

“Oalah Mbak Bro, sampe lupa ...”, jawab Mas Yob.

“Kenalin Mbak Bro, ini wanita tercantik didunia”, Mas Yob sambil senyum dan melirik nakal ke istrinya.

Sementara selesai dengan adegan kaget. Naway dan Sabeb cuma diam dan memperhatikan gerakan Sinam dari depan pintu sampai dipersilahkan duduk sama Mas Yob.

“Kok ...”, tanya Sabeb sambil memperhatikan Mas Yob.

“Tadi pas udah slesai jualan wortel, Mbak Sinam muncul. Trus bareng deh”, logat jawabnya mencoba berbahasa gaul. Mereka semua tertawa.

“Ra pantes Mas Bro”, balas Sabeb dengan logat timur. Suasan makin riuh karena logat yang ga pantas dengan kalimatnya. Gadis kecil yang kembali muncul dari balik tirai bingung memperhatikan tingkah bocah-bocah tua didepannya.

Tiba-tiba hape jadulnya Naway berbunyi. “Kantor ...”, katanya pelan.

“Halo ...”, suasana tiba-tiba hening. Semua saling melirik melihat muka Naway yang tiba-tiba berubah tegang. Sedangkan gadis kecil yang penasaran berlari mendekati Naway dan naik ke pangkuannya.

“Mbak Bro kami harus ke kantor, Mas Yob dirumah aja ya jagain keluarga”, suasana tegang tanpa pertanyaan. Sabeb dan Sinam mengikuti Naway.

“Sabeb bawa mobilku ya”, sambil melempar kuncinya. Sinam masuk ke mobil Naway. Kedua mobil itu melaju. Naway yang fokus dengan kemudinya ga peduli dengan gadis pujaannya yang duduk disampingnya. Di mobil lainnya Sabeb masih bingung. Potongan kejadian yang barusan terjadi melayang dikepalanya seperti slide presentasi. Belum selesai dengan tingkah Naway yang berubah 100%, kehangatan keluarga Mas Yob, Sinam yang tiba-tiba muncul, dan Dia sedang melaju buru-buru ke kantor. Entar apa yang terjadi disana.

Sedang melaju kencang, sebuah ambulans bergerak kencang melawan arah. Melihat mobil merah putih itu Naway dan Sinam saling berpandangan dan pikiran mereka melayang ke kantor. Apa yang sedang terjadi?

Masih sekitar 200 meter dari kantor. Mereka bertiga kaget melihat sudah ada 1 mobil polisi di depan kantor. Banyak kiluan yang bergantian mengambil gambar didepan kantor. Satpam melarang mereka semua untuk masuk.

“Pak ...”, sapa satpam sambil membuka ruang untuk mereka bertiga masuk kantor.

Belum masuk kantor tiba-tiba ada polisi yang melarang mereka masuk.

“Ga boleh Pak”, responnya singkat dan tegas.

“Saya supervisor disini Pak”, wajah Naway berubah seram.

“Ga pa-pa Pak”, sambung Anam sambil pegang lengan polisi itu. Muka Anam keliatan syok. Mereka semakin bingung apa yang sudah terjadi.

“Rega mana?”, tanya Sinam sama Anam. Dia ga menjawab, cuma melirik ke polisi tadi. Ada polisi yang mau naik lift. Mereka bertiga memaksa ikut naik. Mereka bertiga melompat masuk kedalam lift yang akan tertutup dan meninggalkan Anam dengan mata berkaca-kaca. Sambil pintu lift tertutup mereka bertiga bisa melihat Anam yang masih tegang sambil memegang matanya.

Pintu lift lantai 7 terbuka, mereka melangkah keluar lift, dan mereka bertiga melihat ada 1 polisi yang sedang menutup sesuatu disamping wortel yang berserakan. Mereka ga melihat dengan jelas. Tapi mereka bisa melihat sepasang kaki yang ga tertutupi oleh lembaran koran. Tulisan kompas tepat menutupi wajahnya. Pelan-pelan koran itu berubah merah. Mereka cuma diam karena polisi ga bolehin buat mendekat.

Tiba-tiba ada polisi baru datang. Sepertinya Dia Komandan dengan pangkat tertinggi diruangan itu. “Bawa mereka keluar”, perintahnya pelan. Ada polisi yang menggiring paksa mereka bertiga ke arah lift. Meski mereka memaksa untuk tetap melihat, salah satu polisi mendorong mereka sampai masuk lift. Tombol satu ditekan sama polisi itu dan lift tertutup.

Sabeb dan Sinam kelihatan panik. Tapi Naway ternyata ga kehabisan akal. Tombol 5 ditekannya. Sabeb dan Sinam memandang ke arah Sinam. Mereka bingung apa yang mau dilakukan sama Naway. Pintu lift lantai 5 terbuka Naway langsung keluar. Mereka berdua yang masih bingung langsung ngikut.

Pintu ruang keamanan diketuk dan terbuka. “Pak ...”, sapa seorang satpam. Sabeb dan Sinam senyum kerah Naway. Sedangkan Naway yang tadi tenang tiba-tiba asik dengan kamera pengawas. Sabeb mengarahkan jempolnya ke arah Naway yang semakin fokus sama CCTV. Sedangkan Sinam senyum-senyum sendiri memperhatikan Naway.

#

Komandan Polisi yang menyuruh mereka untuk dikeluarkan itu perlahan mendekati mayat. Dia jongkok, Koran Kompas itu dibuka dan ... “uhh”, semua yang menonton lewat CCTV ngomong uhh bersamaan sambil menutup berusaha menutup matanya tapi tetep berusaha untuk melihat. Komandan Polisi itu mencabut wortel yang menancap dimata kiri mayat itu. Wajahnya ga keliatan jelas dari CCTV.

Bersambung ...

Minggu Depan

  1. Masih bingung, kenapa Sinam bisa duduk bareng sama Rega?
  2. Loh, bagaimana selanjutnya nasib Nawayrak belum jelas?
  3. Trus itu siapa yang matanya tertusuk wortel?
  4. Siapa pelakunya?

Sumber Gambar

http://jupitter.blogspot.co.id/2011/01/aneh-tapi-nyataaneka-makanan-unik.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun