Mohon tunggu...
Kita/
Kita/ Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Semua orang pasti punya keresahan. Pasti punya masalah. Kita bisa berbagi apapun untuk selesaikan itu. Kita disini mau berbagi banyak hal lewat tulisan, foto, dan video.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Taman Safari Prigen - Cara Membungkam Atasan, Belajar Sabar, & Melayani Raja : #UlasanKita1

19 Februari 2016   18:37 Diperbarui: 18 Juli 2016   09:58 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cetak dan selesai. Karena format baru. Atasan yang Mr. Perfect masih aja banyak permintaan. “Kamu ada acara ga?. Kalau ga ada ini mending dibenerin dulu.” Haaa, ada acara atau ga?. “Pak, saya kan udah izin dari kemarin dan itu diacc”, begitulah teriakanku keras dan kencang. Dalam hati tapi. Kalau dari awal ga izinkan ngapain saya datang pagi-pagi ke kantor. Itu sih bukan pertanyaan ya. Itu kalimat perintah ga langsung yang intinya mau bilang, “Kamu tetep dikantor ya”. “Kalau memang ga diizinin dari awal kan, ya terus terang aja gitu ya”. Yah, ... begitulah bisikan hati nakal saat itu. Tapi kan pertanyaan atasan itu tetep harus dijawab. Ga tau harus respon bagaimana lagi. Saya cuma bisa senyum. Pasang senyuman terikhlas sedunia tepat satu jengkal didepan matanya.

“Senyum tulus dan penuh harapan ternyata bisa meluluhkan kerasnya hati atasan yang Mr. Perfect”

Mujizat terjadi saudara-saudara, “Oh ya sudah kamu berangkat aja biar saya yang selesaikan”. Ups, hmm, tunggu. Itu kalimat marah atau apa?

Saya diam 2-3 detik dan kalimat itu berulang lagi. Oh ok, saya segera tinggalkan ruangan dengan kalimat, “Saya duluan ya Pak.”

#

“Permisi Mbak acara dari kompas tadi udah slesai ya?”, tanyaku gesa-gesa. Harapan “aneh”. Berharap ada jawaban, “Belum Mas, belum mulai malahan.” Padahal acara mulai pukul 10:00 WIB dan saya baru sampai TKP 13:00an WIB. Ya jelas acaranya udah selesailah. “Emang kompas sama taman safari janjian jam karet gitu”. Sayangnya momen beberapa detik itu saya berharap seperti itu.

“Ya Mas, baru aja”, ada Mbak-Mbak yang jawab.

“Trus panitianya kemana ya Mbak?”

“Itu Mas lagi pada ngobrol”, sambil menunjuk beberapa cowok dan cewek sedang duduk manis sambil bercanda dengan kostum pakaian taman safari.

Saya cuma bisa liat mereka sedang ngobrol asik. Dan anak telat ini tentu ga berani mengganggu. Karena tau kodratnya telat ya, kalau ga dicuekin, diomelin, dan ga-ga yang lain lah. Saya menunggu sekitar lima menit dan berharap mereka segera selesai ngobrol. Sambil menunggu saya sms Mbak Kiki tadi yang dengan ramah telpon saya meskipun udah telat. Tapi ga ada respon saudara-saudara.

Sampai akhirnya Mbak-Mbak yang tadi saya sapa diawal negor, “Mas kompasianer?”. Entah kenapa untuk pertama kalinya sangat senang mendengar kata Kompasianer dan bangga mengakuinya, “Ya Mbak”. “Itu disana ada anak-anak Kompasiner yang lagi ngumpul Mas”, sambil menunjukkan gerombolan wajah “berpikir” sedang ngobrol. Pertemuan singkat itu membuat saya untuk pertama kalinya bertatap muka dengan sesama Kompasianer. Nama dan wajahnya masih terngiang saat buat tulisan ini adalah Pak Bro Thamrin Sonata. Namanya memunculkan dua pertanyaan buat saya. Pertanyaan serius, “Apa hubungannya dengan Betaria Sonata?”. Pertanyaan nyeleneh, “Apa hubungannya dengan Raja Dangdut?”. Pertemuan singkat itu dan sosok inspiratif ini menumbuh semangat one day one article buat saya.

“Mas Kita ya?”, ya Mbak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun