Mohon tunggu...
Kita/
Kita/ Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Semua orang pasti punya keresahan. Pasti punya masalah. Kita bisa berbagi apapun untuk selesaikan itu. Kita disini mau berbagi banyak hal lewat tulisan, foto, dan video.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Mengatur Emosi : #SosialKita9

27 Januari 2016   10:52 Diperbarui: 18 Juli 2016   10:26 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Saat Air Mata Menetes Tanpa Disadari
Saat Marah Meluap Tanpa Permisi

Masuk rumah orang harus permisi
Sampaikan salam buat yang disana
Bagaimana bisa kontrol emosi
Kalau mudah terbawa suasana

Halo Mas Bro dan Mbak Bro.

Pernah ga tiba-tiba marah atau nangis tanpa bisa kontrol?

Setelahnya bertanya kok bisa ya?

Emosi buat sebagian besar orang hanya sebatas pada rasa amarah. Pernah dengar kalimat, “Santai Bro, jangan emosi dong”. Otak Kita langsung menangkap artinya adalah “Tenang dan jangan marah”. Karena kebiasaan pemakaian kata emosi ini untuk mewakili kata marah. Sama seperti

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai berikut:

  1. Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat;
  2. Keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif);
  3. Marah;

Berdasarkan pengertian pertama diatas ada 2 tipe manusia yaitu:

  1. Preventif
    Pada dasarnya pengertiannya adalah mencegah agar ga terjadi apa-apa. Saat menonton film ada orang yang akan menutup matanya saat ada adegan yang ga disukainya. Misalnya adegan sedih dan horor. Untuk adegan sedih ada yang malu nangis ga jelas karena “hanya” menonton. Sedangkan untuk adegan horor banyak yang ga mau kaget saat adegan horor.
    Selain menutup mata ada juga yang berusaha tetep nonton tapi ga ngasih perhatiannya 100% sama film. Biar ga terbawa perasaaan. Dalam hati ngomong, “Ini cuma adegan film”. Berusaha skeptis.
    Sehari-hari seharusnya kebiasaan ini bisa dibawa agar ga mudah terbawa suasana. Karena dibutuhkan orang yang tetap memiliki pemikiran jernih dalam memutuskan sesuatu.
  2. Represif
    Kalau diibaratkan dunia kesehatan, represif bersifat menyembuhkan saat penyakit sudah terjadi. Emosi yang sudah keluar baru ditahan. Air mata sudah menetes supaya ga mengalir terus. Amarah yang sudah terlanjur membabibuta ditahan supaya ga membludak.
    Kita ambil contoh saat menonton film, banyak orang terbawa perasaan saat menonton film. Nangis saat pemerah utamanya terbunuh. Marah saat pemeran utamanya kalah sama pemeran antagonis. Pernah liat kan?
    Padahal kan cuma adegan film.

Kalau disuruh memilih pasti kebanyakan orang akan memilih preventif dari pada represif. Tapi kamu termasuk preventif atau represif?. Trus bagaimana caranya untuk mengatur emosi.

  1. Menghindari Konflik
    Cara seperti sebenarnya sudah membudaya. Jawa dan Sunda adalah 2 budaya yang menghindari konflik sebisa mungkin. Pada dasarnya cara ini baik tapi bukanlah yang terbaik. Ada yang ga suka berantem menghindari adanya perbedaan pendapat daripada berujung dengan selisih paham. Untuk masalah yang diluar kendali menghindari konflik adalah solusi terbaik. Misal untuk tindak kejahatan begal, menghindari jalan malam dari tempat sepi adalah solusinya. Menghindar.
  2. Jangan Terbawa Suasana
    Sebagai “makhluk timur”yang sudah terbiasa sejak kecil untuk membawa perasaannya dalam bertindak. Ini sulit. Perasaan adalah harta berharga kita yang harus selalu dibawa kemana-mana. Karena membantu untuk mengambil keputusan. Sayangnya harus disadari kalau perasaan sering blunder saat membuat keputusan.
  3. Hadapi Masalah
    Kalau masalah udah ga bisa dihindari. Ya, hadapi Bro. Nah rumus kedua jangan lupa. Hadapi masalah tanpa melibatkan perasaan 100%. Urusan bisa tambah runyam.
    Seperti makan yang selalu perlu setiap hari. Masalah juga pada dasarnya perlu. Untuk melatih Kita supaya tetep stand by dalam kondisi apapun dan untuk menghadapi apapun. Temen-temen yang akhirnya harus berakhir dijalan atau RSJ adalah bukti nyata.“Masalah bukan dihindari. Masalah harus dihadapi dan dikalahkan”


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun