***
Negeri Ngotjoleria
[caption id="attachment_75898" align="alignleft" width="144" caption="Mimin, mantan istri Mas Joko"]
Akhirnya kabar pernikahan Joko sampai juga ke telinga Mimin. Dia cukup geram mengingat dia selama ini bersusah payah membesarkan kedua anak mereka sementara uang tunjangan dari Joko masih tetap kurang. Dengan menikah lagi, dipastikan uang tunjangan buat anak-anak mereka akan semakin berkurang, demikian pikir Mimin. Itu sebabnya dia mengirim surat ke Joko minta kenaikan biaya tunjangan anak.
“Min, piye toh? Kamu kan tahu penghasilanku sebagai tukang becak tak menentu. Koq malah minta tambah?” tanya Joko kepada Mimin.
“Lah situ udah nikah lagi. Artinya kan situ bisa biayai kehidupan rumah tangga mas yang baru. Kalau gak punya duit yang banyak, koq berani-beraninya nikah lagi? Bukankah dengan menikah lagi berarti mas menambah satu beban lagi?!” tandas Mimin dengan sengit.
“Ya tidak begitu persisnya. Si D-wee kan juga bekerja, makanya kami bisa membangun rumah tangga baru karena sama-sama bekerja,” jawab Joko menjelaskan.
“Nah itu dia! Artine bojo barumu bisa bantu kowe mbiayai anak-anak kita. Pokoknya aku minta tambah biaya. Itu tanggung jawab kamu juga, mas!” sahut Mimin berapi-api.
***
“Gimana, mas?” tanya D-wee tak sabaran.
“Mimin hanya memberikan surat ini untuk kamu yang sayapun tak boleh membacanya,” jawab Joko pelan dan ragu sambil menyodorkan surat dari Mimin untuk D-wee.