“Deal, bapak!”
“Aji gile! Sok boso enggres kamu!”
“Saya lama di oztrali, pak. Kursus angon kanguru. Tapi berhubung di Indonesia ndak ada kanguru, terpaksa saya angon becak!” jawab Joko sambil tersenyum meringis.
Selayaknya pasangan pengantin baru, Joko dan D-wee pun mengalami masa-masa bulan madu yang indah. Kini setahun sudah usia pernikahan mereka. Meskipun belum dikarunai seorang anak, mereka tetap menjalin kemesraan seperti layaknya orang berpacaran.
Ditengah-tengah kebahagiaan yang tengah mereka rajut bersama, Joko menerima sebuah surat dari si Mimin yang meminta dia untuk memberikan uang tambahan bagi kedua anak mereka. Joko pun bingung, karena uang penghasilan dia tidak juga bertambah. Lantas mengapa si Mimin meminta kenaikan biaya pengasuhan anak mereka?
“Ada apa toh, mas? Koq muka kamu ruwet begitu?” tanya D-wee keheranan ke Joko.
“Ini ada surat dari si Mimin. Dia meminta biaya tambahan untuk anak-anak kami,” jawab Joko pelan.
“Lho! Penghasilan mas kan tetap-tetap aja dari dulu. Koq ya Mimin minta kenaikan? Lagian kan Mas Joko juga sekarang sudah menikah dengan saya yang artinya mas juga harus membiayai saya. Piye toh, mas? Mumet tenan tuh Mimin.
“Hmmm....kayake aku perlu bicara langsung empat mata dengan si Mimin. Bagaimana menurutmu?”
“Ya, silakan aja, mas. Tapi situ ora macam-macam ama Mimin ya. Sing tak cukur setengah kumismu kalau situ macem-macem!”
“Ya nggaklah, sayang. Cinta Mas Joko kan hanya untuk D-wee seorang,” jawab si Joko sambil nyengir.