Mohon tunggu...
Keisya Permana
Keisya Permana Mohon Tunggu... Lainnya - Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran

Semoga semesta selalu mengizinkan tulisan-tulisan ini lahir ke bumi untuk membersamai manusianya.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Budi Pekerti: Dalam Layar, Dalam Cuitan, Satu Per Satu Hilang

28 Juni 2024   15:00 Diperbarui: 29 Juni 2024   10:36 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Bu Prani seolah mengatakan, apa pun yang terjadi adalah hal yang terjadi di antara keduanya saja. Gerakan ini juga mengartikan bahwa Bu Prani akan selalu bisa melihat segala sisi murid-muridnya dan akan selalu mengawasi gerakan mereka untuk berbuat sesuai moral dan budi pekerti yang ada. Gerakan sederhana yang menjadi penanda bahwa seorang guru terbaik adalah mereka yang mampu melihat muridnya bukan hanya dengan mata, tetapi juga dengan hati.

Penggambaran dari mata ke mata ini juga tampak dari pengambilan gambar yang sengaja dibuat seolah sedang menonton sesuatu di ponsel. Banyak objek yang diletakkan di tengah-tengah antara dua pembatas seperti kita sedang membuka ponsel secara portrait. Dari mata netizen ke mata netizen lainnya semua akan terlihat sama dalam media sosial tanpa melihat segala hal di baliknya.

Tak heran jika Budi Pekerti bahkan masuk dalam 17 nominasi FFI 2023. Wregas dengan luar biasa mampu menyampaikan bahwa cancel culture ini memiliki konsekuensi yang nyata, yang sering mengeskalasi situasi yang tidak penting menjadi bencara besar, sama seperti film Budi Pekerti ini. Wregas juga menunjukkan muatan dari film ini yang nyata budi pekerti-nya, segala moral dimasukkan oleh Wregas. 

Wregas sangat istimewa untuk menyampaikan bahwa tidak semua hal akan berakhir baik seperti di film-film, seperti bagaimana Wregas menggambarkan ending film ini. Muklas meninggalkan ringlight yang dijadikan tanda "hantu" dalam film ini yang menghantui keluarga mereka untuk selalu bisa terlihat sempurna di depan layar. Di akhir film, Muklas tidak membawanya, mengartikan bahwa Muklas dan seluruh keluarganya bersiap untuk pergi dan meninggalkan dunia yang penuh hingar-bingar sebagai pilihan terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun