Judul resensi : mengenal lebih dalam buku critical eleven
Identitas buku :
Judul : Critical eleven
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2010
Tebal : 344 Halaman
Pengenalan Buku :
Buku ini berjudul Critical Eleven, buku yang di tukis oleh Ika Natassa dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2020. "Critical Eleven" menceritakan kisah hidup insinyur perminyakan Aldebaran Risjad dan konsultan manajer Tanya Baskoro. Mulailah dengan flight meeting dari Jakarta ke Sydney, lalu tukar nomor telepon. Namun, satu bulan setelah kembali ke Jakarta, Al hanya menghubunginya. Begitulah cara kerjanya, lima minggu lepas pantai, lima minggu libur, dan seterusnya. Saat itu, Ale mengajak Anya makan ketoprak ciragil di dekat kantor perempuan. Sejak pertemuan itu, hubungan mereka bertahan hingga pernikahan terakhir.
Uraian isi buku :
Dalam dunia penerbangan, 11 menit kritis, 11 menit paling kritis di pesawat - tiga menit setelah lepas landas dan delapan menit sebelum mendarat-Â Karena 80% kecelakaan pesawat adalah hal biasa secara statistik
Terjadi dalam sebelas menit
Ini adalah waktu di mana pesawat paling rentan terhadap bahaya apa pun.
Judul artikel ini pertama kali tayang dalam bahasa Indonesia.
Dalam arti tertentu, bertemu orang-orang itu sama. Tiga menit pertama sangat penting, karena saat itulah kesan pertama dibuat, dan kemudian delapan menit sebelum perpisahan-pada delapan menit, senyum, perilaku, dan ekspresi wajah orang tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa ini akan menjadi awal atau kenyataan dari sesuatu yang Dikatakan. Selamat tinggal.
Ale dan Anya bertemu di penerbangan Jakarta-Sydney untuk pertama kalinya.
Selama tiga menit pertama, Anya terpesona, selama tujuh jam berikutnya mereka duduk bersama dan bertemu melalui percakapan dan tawa. Delapan menit sebelum berangkat, Al yakin dia menginginkan Anya.Â
Kini, lima tahun setelah diperkenalkan, Ale dan Anya menghadapi tragedi besar, yang membuat mereka mempertanyakan pilihan yang mereka buat, termasuk keputusan yang diambil dalam sebelas menit terpenting dari pertemuan pertama.
Dari sudut pandang Ale dan Anya,
Setiap bab adalah bagian dari teka-teki yang membuat kita terobsesi atau membenci karakter, atau keduanya.
Kelebihan Buku :
Buku tersebut ditulis dalam plot yang bercampur dan berganti-ganti antara perspektif kedua tokoh utamanya, namun tidak membingungkan. Pembaca akan melihat kerumitan rumah Ale dan Anya, karena konflik dan endingnya sudah diceritakan dengan jelas sejak awal pertemuan. Seperti biasa, Ika Natassa akan senantiasa menyisipkan ilmunya untuk menyadarkan para pembacanya.
Kelemahan Buku :
Bagian depan buku sedikit terlepas ketika sedang dibacaa, namun tidak sampai lepas. Ada beberapa bagian yang terlalu bertele-tele, dan diceritakan berulang kali.
Kesimpulan dan Pesan Moral :
Harus bisa jaga omongan! Karena sekalinya omongan itu keluar dari mulut kita, gak pernah bisa dikembalikan.
Bersyukur atas segala yang sudah diberi Tuhan buat kita. Baik itu kesenangan, maupun kesedihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H