Mohon tunggu...
Keiko Hubbansyah
Keiko Hubbansyah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S2 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dulu Sahabat, Sekarang Lawan Berat: Recep Tayyip Erdogan vs Fethullah Gulen

19 Juli 2016   11:07 Diperbarui: 19 Juli 2016   18:25 1989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PM Turki Recep Tayyip Erdogan dan Ulama Fethullah Gulen. (AFP)

Bisa jadi apa yang diyakini Erdogan ini benar. Tapi, bisa juga salah. Mungkin saja pandangan skeptis Erdogan terhadap kelompok Gulen lebih dikarenakan ketakukan (paranoia) Erdogan sendiri. Erdogan, yang dikritik oleh banyak pihak karena gaya kepemimpinan yang otoriter, merasa risih dengan keberadaan Gulen. Seseorang dengan pengaruh besar di semua kelompok masyarakat yang sering melakukan kritik terhadapnya – Erdogan sendiri bukan pribadi yang senang bila dikritik. Wajar jika kemudian diskemakan suatu upaya pembunuhan karakter terhadap Gulen dan kelompoknya dengan pelabelan itu. Ini adalah sikap natural dari seorang penguasa yang otoritarian. Paling tidak, fakta-fakta historis menunjukkan demikian. 

Tidak juga menutup kemungkinan bahwa tudingan Erdogan itu memang didasarkan atas fakta yang kuat. Karena bisa jadi Gulen dan kelompoknya memang benar-benar tengah menjalankan skema perlawanan politik terhadap pemerintahan Erdogan. Termasuk kudeta militer yang gagal pada hari Jumat yang lalu. Karena visi politik yang sudah berbeda.  Sebab sebagai pejabat negara, Erdogan punya banyak sumber informasi yang bisa dimanfaatkannya untuk menyelediki hal ini. Entahlah, sebagai orang luar kita hanya bisa menduga-duga.      

Akan tetapi, satu hal yang pasti. Yakni, perseteruan antara kedua tokoh tampaknya masih akan terus berlangsung lama. Meski Erdogen merupakan orang nomor satu di Turki, kombinasi dari pengaruh kuat dan penguasaan informasi yang memadai atas lawan – baik kekuatan maupun kelemahan – membuat Gulen sangat sulit ditundukkan. Sebagaimana diakui oleh Erdogan sendiri bahwa mengadapi Gulen jauh lebih sulit daripada melawan organisasi teroris.     

Kasus Erdogan-Gulen ini adalah kisah klasik persahabatan yang kandas di tengah jalan. Dua sahabat yang dulunya saling mendukung, berubah jadi saling menjatuhkan dan menyerang satu sama lain. Benarlah kata orang bijak yang mengatakan tak ada yang abadi. Kalaupun ada, yang abadi itu hanyalah kepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun