Mohon tunggu...
Keiko Dodo Guhal
Keiko Dodo Guhal Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

saya masih kuliah

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengangkat Isu Maskulin dan Feminin di Budaya Lokal dalam Film "Kucumbu Tubuh Indahku" Karya Garin Nugroho

7 Oktober 2019   07:00 Diperbarui: 7 Oktober 2019   07:14 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Saat ini film merupakan salah satu media yang digemari oleh masyarakat dan dapat disaksikan di gedung-gedung bioskop. Film sebagai media visual digunakan untuk menggambarkan berbagai macam realita sosial yang ada dalam masyarakat dan mampu memberi nilai-nilai kehidupan. 

Film memiliki cara sendiri untuk menyampaikan dan juga memasukan pesan kepada para penonton, karena film merupakan visualisasi dari kehidupan nyata. Film dijadikan alat yang mampu memahami kondisi kehidupan masyarakat yang sebenarnya karena adanya pencampuran antara realita sosial dan rekontruksi realitas yang dikemas dalam bentuk film oleh industri perfilman. 

Graeme Turner juga mengungkapkan kalau film tidak hanya sekedar gambaran dari kenyataan pada masyarakat. Sebaliknya Sebaliknya "Film lebih merupakan konstruksi atau gambaran dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari  kebudayaannya" (Sobur, 2006:127). 

Dalam perkembangan film saat ini, film tidak hanya dimaknai sebagai karya seni (film as art), tetapi lebih digunakan sebagai praktik sosial serta komunikasi massa. Sebagai salah satu produk media, semestinya film menjadikan opini dan kebiasaan masyarakat yang positif, karena salah satu fungsi film adalah sebagai salah satu produk media massa adalah mendidik (Effendy, 2004:54). 

Sutradara juga ikut serta dalam menyampaikan suatu ide, gagasan atau propaganda. Dalam beberapa genre film yang ada di Indonesia, jarang kita melihat film yang bertemakan gender. Film Kucumbu Tubuh Indahku merupakan salah satu film yang bertemakan gender, dimana secara jelas mengisahkan kisah hidup seorang penari Lengger Lanang yang sebenarnya umumnya dibawakan oleh laki-laki di Kawasan Banyumas, Jawa Tengah. 

Film ini menggambarkan sikap sebagian masyarakat Indonesia yang beragam namun pada realitanya sulit untuk menerima perbedaan. Wahyu Juno atau dipanggil Juno sebagai tokoh utama dalam film ini menjalani kehidupan yang sulit sejak kecil karena susah berkomunikasi dan berkaitan dengan identitas ekspresi gendernya. 

Ditambah dengan penghakiman dari lingkungannya yang tidak memiliki rasa kemanusiaan dan empati yang kemudian membuat Juno harus menjalani beban hidup yang begitu banyak yang ia rasakan sejak kecil. Film ini merupakan refleksi dari realita masyarakat Indonesia yang memiliki pandangan mengenai gender yang saat ini berkembang yaitu laki-laki selalu maskulin dan perempuan akan selalu feminin. 

Laki-laki harus selalu ada berada di ranah public sedangkan perempuan akan selalu berada di rana privat. Laki-laki harus kuat dan perempuan memang lemah. Yang tentunya dikuatkan oleh budaya patriarki dimana masyarakat Indonesia sendiri sering salah mengartikan dan menganggap hal tersebut sebagai kodrat. Padahal gender terbentuk melalui kontruksi manusia, serta bersifat dinamis atau dapat berubah seiring berjalannya waktu. 

Sedangkan kodrat disini sebenarnya adalah jenis kelamin. Sejak abad ke-18 tarian Lengger Lanang sudah ada dan tercatat dalam Serat Centhini. Namun dalam film ini yang berlatar belakangkan di era reformasi, sehingga masyarakat menolak dan menghakimi. Juno dan teman-teman lenggernya sebagai kelompok marjinal menjadi korban dari kepentingan politik, dimana mereka dijanjikan akan diberikan perlindungan atau hak yang sama dengan kelompok mayoritas. 

Garin Nugroho berhasil merefleksikan realita sosial dalam film Kucumbu Tubuh Indahku. Walaupun begitu, fokus dalam film ini tentu mengenai orienbrasu seksual yang berbeda dari pemahaman masyarakat pada umumnya. 

Meskipun film ini menggambarkan kenyataan yang ada dalam masyarakat yang faktual namun karena bersinggungan dengan hal yang masih tabu dalam masyarakat Indonesia tidak jarang dari masyarakat yang menolak film ini. 

Dengan latar belakang budaya yang kental akan Jawa, Juno digambarkan  dengan ekspresi gender melalui perawakan dan penampilan karakter yang kental dan nuansa feminin seperti lemah lembut, tak banyak bicara, tatapan sayu sampai lekuk dan isyarat gerak tubuh. Dan tentunya sangat bertolak belakang dengan budaya yang dikontruksi oleh masyarakat Indonesia mengenai  laki-laki "semestinya. 

Film ini sebetulnya lebih dari sekadar film LGBT yang dituduhkan oleh sebagian masyarakat akan tetapi film ini sebetulnya memberikan banyak makna dan pesan kemanusiaan. Mestinya, film ini ditayangkan dan ditonton dengan pikiran terbukan dan memandang bahwa dunia itu tidak hanya sekadar apa yang mayoritas pahami. 

Realitas sosial yang ingin disampaikan oleh sutradara, Garin Nugroho melalui filmnya Kucumbu Tubuh Indahku yaitu bahwa manusia sendiri selalu memiliki sisi maskulinitas dan femininitas di dalam satu tubuh manusia, antara jiwa kelembuhtan dan kekerasan, lemah dan kuat. 

Ada pula yang beranggapan kalau film ini tidak hanya membahas gender, akan tetapi mengenai bagaimana manusia itu sendiri mampu menghargai, mencintai jati dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun