"Retail lagi turun ya, Ghe?"
Eh, nggak kok, Om. Kayanya kantorku aman-aman aja.
"Iya, ta?"
---
Beberapa hari kemudian, barulah saya buka laporan. Hmm.. ternyata nggak semuanya benar. Retail lagi Lesu! Pantas saja suku bunga BI mendadak turun. Konon katanya, itu dilakukan untuk meningkatkan gairah sektor Riil.
---
Bayangkan kita ada dalam satu rumah. Bapak kita pulang, lalu membeli satu buah kue. Kue itu dibagikan ke anak-anaknya. Misalnya ada 5 orang di dalam rumah itu, jika mau adil, masing-masing mendapatkan 20%. Kalau salah satunya saja dapat kue sebesar 25%, yang lain rata-rata akan menerimanya di bawah itu. Karena apa? Kuenya cuma satu.
Adil?
Hukum alam. Bumi cuma satu, tapi yang berjuang ada banyak. Sama seperti pasar. Kalau pasar kita di Indonesia saja, dan semua kebutuhan pasar sudah terpenuhi, ketika masuk persaingan, jika salah satu unggul.... yang satunya (bisa jadi) collapse, kecuali jika si perusahaan itu melakukan difersifikasi atau ekstensifikasi atau apapun lah namanya yang membuat pasar mereka nggak itu-itu saja. Yah, semua buku teori ekonomi setidaknya berkata demikian.
Kadang mikir, kalau saya berlaku sebagai kompetitor di pasar yang dominan menggunakan produk A, lalu ternyata saya berhasil memenangkan hati konsumen pengguna produk A untuk menggunakan produk saya, otomatis penjualan produk A menurun. Penjualan perusahaan mereka menurut. Profit mereka menurun. Bonus yang mereka kasih ke karyawan menurun. Atau, dalam kondisi ekstrem, ketika penjualan mereka jauh di bawah yang seharusnya, bisa jadi.. ada PHK?
Adil nggak ya untuk perusahaan yang berhasil disaingi itu?
Hah.. hukum alam. Ternyata memang manusianya sendiri yang harus terus menerus bekerja, berimprovisasi, berkarya, melakukan inovasi berkelanjutan, dan menjalin hubungan seluas-luasnya. Alasannya? Ya, karena harus survive. As simple as that. Agar bertahan pun bukan melulu soal mempertahankan atau meningkatkan profit. Lebih dari itu. Direksi saya pernah bilang, "Profit itu harus dicari, biar kita bisa membantu orang lebih banyak, biar kita bisa memberikan CSR dan Zakat lebih banyak. Jadi, ndak usah mikirin jauh-jauh soal kapitalisme".
Ya intinya, kalau ndak survive, bukan kitanya sendiri yang rugi, tapi juga orang-orang yang bekerja bersama kita. Jadi ya.. harus bisa survive. Dengan cara yang baik.
Ciledug, 5 Oktober 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H