Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Urban to Rural Migration: Tren Anak Muda di Berbagai Negara Kembali ke Desa

11 Desember 2024   08:45 Diperbarui: 11 Desember 2024   08:41 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Petani Milenial 2024 siap regenerasi sektor pertanian dengan menawarkan pendapatan menjanjikan (https://radarjogja.jawapos.com/)

Fenomena migrasi urban ke rural, atau urban to rural migration, semakin menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Anak muda di berbagai negara, termasuk mereka yang terdidik dan profesional, mulai meninggalkan kota-kota besar untuk menetap di daerah pedesaan. Fenomena ini menandai perubahan paradigma dalam dinamika migrasi global yang selama ini lebih didominasi oleh urbanisasi.

Fenomena Global

Secara tradisional, migrasi dari desa ke kota didorong oleh peluang ekonomi yang lebih besar dan akses terhadap fasilitas modern. Namun, tren ini mulai berbalik. Data dari sebuah laporan OECD menunjukkan peningkatan migrasi dari kota ke desa sebesar 12% di negara-negara maju selama pandemi COVID-19. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada negara maju. Di India, survei oleh Azim Premji University (2021) mengungkap bahwa 32% dari pekerja kota yang kehilangan pekerjaan selama pandemi memilih kembali ke desa mereka untuk mencari peluang ekonomi yang lebih stabil.

Di Jepang, konsep migrasi U-Turn dan I-Turn semakin populer. U-Turn mengacu pada individu yang kembali ke desa asal setelah bekerja di kota, sedangkan I-Turn mengacu pada orang yang pindah ke desa tanpa ikatan sebelumnya. Program ini didukung oleh pemerintah Jepang melalui insentif seperti subsidi usaha dan pelatihan kewirausahaan. Hasil penelitian dari National Institute of Population and Social Security Research menunjukkan bahwa program ini berhasil meningkatkan populasi di beberapa wilayah pedesaan hingga 8% dalam dekade terakhir.

Di Amerika Serikat, tren serupa terlihat di wilayah Midwest dan South. Kota-kota besar seperti New York dan Los Angeles mulai kehilangan penduduk muda mereka yang berpindah ke pedesaan untuk memanfaatkan biaya hidup yang lebih rendah dan gaya hidup yang lebih tenang. Studi oleh Pew Research Center (2022) mencatat bahwa 23% pekerja berusia 25-34 tahun memilih meninggalkan kota besar sejak awal pandemi.

Di Eropa, negara-negara seperti Italia dan Spanyol juga mengalami fenomena urban to rural migration. Di Italia, desa-desa seperti Sambuca di Sisilia menawarkan properti dengan harga simbolis 1 Euro untuk menarik pendatang baru. Langkah ini berhasil meningkatkan jumlah penduduk dan mendorong perekonomian lokal. Di Spanyol, pemerintah mengadopsi kebijakan yang disebut "Plan 2050" untuk mendorong revitalisasi desa-desa yang hampir kosong.

Di Indonesia, fenomena urban to rural migration juga mulai terlihat, meskipun belum sepopuler di negara-negara Barat atau Asia Timur. Meningkatnya biaya hidup di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, serta tantangan urbanisasi yang semakin kompleks, membuat sejumlah anak muda mulai mempertimbangkan untuk kembali ke desa atau pindah ke daerah yang lebih tenang. Program pemerintah seperti Petani Milenial yang diluncurkan di beberapa provinsi, termasuk Jawa Barat dan Jawa Tengah, memberikan peluang bagi anak muda untuk terlibat dalam sektor agribisnis dengan menawarkan akses lahan, pelatihan, serta fasilitas lainnya.

Selain itu, tren work from home (WFH) yang populer selama pandemi COVID-19 turut mempercepat perpindahan ini, karena semakin banyak profesional muda yang tidak terikat lagi dengan lokasi kerja di kota. Misalnya, di Bali, beberapa desa mulai menarik para pekerja kreatif dan digital nomads yang mencari ketenangan serta keseimbangan hidup yang lebih baik dengan akses internet yang memadai.

Pemerintah juga mendukung upaya ini melalui kebijakan untuk meningkatkan konektivitas digital dan infrastruktur di daerah pedesaan, salah satunya melalui Program Desa Digital. Program ini bertujuan untuk menyediakan akses internet cepat di daerah terpencil, yang memungkinkan lebih banyak anak muda untuk bekerja dan berinovasi tanpa harus berada di kota besar. Sebagai contoh, di daerah seperti Yogyakarta dan Malang, tren ini menunjukkan hasil positif, dengan banyak anak muda yang kembali ke desa mereka dan membangun usaha berbasis digital, seperti platform e-commerce dan agroteknologi.

Penyebab Urban to Rural Migration

Fenomena ini didorong oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Teori Push-Pull (Everett Lee, 1966) menjelaskan bahwa migrasi terjadi karena kombinasi faktor pendorong (push factors) di kota dan faktor penarik (pull factors) di desa. Berikut adalah beberapa penyebab utama:

  • Biaya Hidup yang Tinggi di Kota

Di banyak negara, biaya hidup di kota-kota besar seperti New York, Tokyo, atau Jakarta meningkat pesat. Survei Mercer (2023) menunjukkan bahwa biaya hidup di kota besar dapat mencapai tiga kali lipat dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini mendorong anak muda untuk mencari alternatif yang lebih terjangkau di pedesaan.

  • Kemajuan Teknologi Digital

Teknologi internet dan tren kerja jarak jauh memungkinkan individu untuk bekerja dari mana saja. Sebuah studi oleh McKinsey (2022) menemukan bahwa 35% pekerja di sektor teknologi dan kreatif di Amerika Serikat mulai memilih tempat tinggal di pedesaan untuk memanfaatkan fleksibilitas kerja jarak jauh.

  • Nilai Keberlanjutan dan Kualitas Hidup

Generasi muda semakin mengutamakan keberlanjutan dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Menurut laporan Deloitte Global Millennial Survey (2023), 46% anak muda lebih memilih gaya hidup dekat dengan alam dibandingkan fasilitas urban modern.

  • Dukungan Kebijakan Pemerintah

Banyak negara mulai memberikan insentif untuk migrasi ke desa. Italia, misalnya, menawarkan hingga 20.000 untuk warga yang bersedia pindah ke desa-desa kecil. Di Indonesia, program Petani Milenial di Jawa Barat mendukung anak muda untuk terjun ke sektor agribisnis dengan menyediakan akses lahan dan pelatihan.

Manfaat Urban to Rural Migration

Migrasi ini membawa sejumlah manfaat bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan:

  • Revitalisasi Pedesaan

Di negara-negara seperti Jepang dan Spanyol, migrasi ini membantu menghidupkan kembali desa-desa yang mengalami depopulasi. Penelitian oleh Universitas Kyoto (2022) menunjukkan bahwa migrasi ke pedesaan meningkatkan ekonomi lokal hingga 15% melalui kegiatan agribisnis dan pariwisata.

  • Peluang Inovasi

Anak muda membawa ide-ide baru ke pedesaan. Di Indonesia, misalnya, startup agribisnis yang dipimpin oleh generasi muda, seperti e-Fishery dan TaniHub, berhasil menciptakan ekosistem ekonomi baru di daerah pedesaan.

  • Pengurangan Tekanan di Kota

Migrasi ini membantu mengurangi tekanan populasi di kota besar, seperti kemacetan, polusi, dan masalah perumahan. Hal ini juga menciptakan distribusi sumber daya yang lebih merata antara kota dan desa.

Tantangan dan Risiko

Meski menjanjikan, urban to rural migration juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah ketimpangan infrastruktur antara kota dan desa. Di banyak negara berkembang, akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan, dan internet di pedesaan masih terbatas. Penelitian oleh World Bank (2022) menunjukkan bahwa hanya 60% desa di negara-negara berkembang yang memiliki akses internet yang memadai.

Selain itu, ada risiko ketegangan sosial antara pendatang baru dan komunitas lokal. Di beberapa daerah di Eropa, misalnya, pendatang dianggap mengubah struktur sosial dan budaya desa. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan migrasi ini berjalan harmonis dengan melibatkan masyarakat lokal dalam proses perencanaan.

Penutup

Urban to rural migration adalah tren global yang mencerminkan perubahan nilai dan prioritas generasi muda. Fenomena ini tidak hanya menawarkan solusi bagi tantangan urbanisasi, tetapi juga membuka peluang bagi revitalisasi pedesaan dan pembangunan yang lebih berkelanjutan. Namun, keberhasilan tren ini membutuhkan dukungan kebijakan yang kuat, pembangunan infrastruktur pedesaan, serta pendekatan yang inklusif untuk melibatkan komunitas lokal.

Dengan memahami tren ini secara mendalam, para pemangku kebijakan dan masyarakat dapat memanfaatkan urban to rural migration sebagai momentum untuk menciptakan keseimbangan baru antara kota dan desa. Dalam dunia yang semakin terhubung, pilihan untuk kembali ke desa bukan lagi sekadar nostalgia, tetapi langkah strategis menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Referensi

  • OECD. (2020). The Impact of COVID-19 on Urban and Rural Areas.
  • Azim Premji University. (2021). Impact of COVID-19 on Rural-Urban Migration in India. Premji University, Bangalore.
  • National Institute of Population and Social Security Research. (2020). Migration Trends in Japan: The Rise of U-Turn and I-Turn Migration. Ministry of Health, Labour and Welfare, Japan.
  • Pew Research Center. (2022). The Pandemic's Impact on Urban and Rural America: Trends in Migration. Pew Research Center.
  • Deloitte Global Millennial Survey. (2023). Millennials and Gen Z: The Shift Towards Sustainability and Rural Living. Deloitte Insights.
  • Mercer. (2023). Cost of Living Report 2023: Comparing Urban and Rural Areas. Mercer Consulting.
  • McKinsey & Company. (2022). The Future of Work: The Shift to Rural Areas. McKinsey & Company Insights.
  • World Bank. (2022). Internet Access and Infrastructure in Rural Areas of Developing Countries. World Bank Report.
  • Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2021). Program Petani Milenial: Mengajak Anak Muda ke Sektor Agribisnis. Kementerian Pertanian RI.
  • Desa Digital Indonesia. (2021). Menghubungkan Desa dengan Dunia Digital: Inisiatif Desa Digital untuk Pembangunan Pedesaan. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun