Fenomena ini didorong oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Teori Push-Pull (Everett Lee, 1966) menjelaskan bahwa migrasi terjadi karena kombinasi faktor pendorong (push factors) di kota dan faktor penarik (pull factors) di desa. Berikut adalah beberapa penyebab utama:
- Biaya Hidup yang Tinggi di Kota
Di banyak negara, biaya hidup di kota-kota besar seperti New York, Tokyo, atau Jakarta meningkat pesat. Survei Mercer (2023) menunjukkan bahwa biaya hidup di kota besar dapat mencapai tiga kali lipat dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini mendorong anak muda untuk mencari alternatif yang lebih terjangkau di pedesaan.
- Kemajuan Teknologi Digital
Teknologi internet dan tren kerja jarak jauh memungkinkan individu untuk bekerja dari mana saja. Sebuah studi oleh McKinsey (2022) menemukan bahwa 35% pekerja di sektor teknologi dan kreatif di Amerika Serikat mulai memilih tempat tinggal di pedesaan untuk memanfaatkan fleksibilitas kerja jarak jauh.
- Nilai Keberlanjutan dan Kualitas Hidup
Generasi muda semakin mengutamakan keberlanjutan dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Menurut laporan Deloitte Global Millennial Survey (2023), 46% anak muda lebih memilih gaya hidup dekat dengan alam dibandingkan fasilitas urban modern.
- Dukungan Kebijakan Pemerintah
Banyak negara mulai memberikan insentif untuk migrasi ke desa. Italia, misalnya, menawarkan hingga 20.000 untuk warga yang bersedia pindah ke desa-desa kecil. Di Indonesia, program Petani Milenial di Jawa Barat mendukung anak muda untuk terjun ke sektor agribisnis dengan menyediakan akses lahan dan pelatihan.
Manfaat Urban to Rural Migration
Migrasi ini membawa sejumlah manfaat bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan:
- Revitalisasi Pedesaan
Di negara-negara seperti Jepang dan Spanyol, migrasi ini membantu menghidupkan kembali desa-desa yang mengalami depopulasi. Penelitian oleh Universitas Kyoto (2022) menunjukkan bahwa migrasi ke pedesaan meningkatkan ekonomi lokal hingga 15% melalui kegiatan agribisnis dan pariwisata.
- Peluang Inovasi
Anak muda membawa ide-ide baru ke pedesaan. Di Indonesia, misalnya, startup agribisnis yang dipimpin oleh generasi muda, seperti e-Fishery dan TaniHub, berhasil menciptakan ekosistem ekonomi baru di daerah pedesaan.
- Pengurangan Tekanan di Kota
Migrasi ini membantu mengurangi tekanan populasi di kota besar, seperti kemacetan, polusi, dan masalah perumahan. Hal ini juga menciptakan distribusi sumber daya yang lebih merata antara kota dan desa.
Tantangan dan Risiko
Meski menjanjikan, urban to rural migration juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah ketimpangan infrastruktur antara kota dan desa. Di banyak negara berkembang, akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan, dan internet di pedesaan masih terbatas. Penelitian oleh World Bank (2022) menunjukkan bahwa hanya 60% desa di negara-negara berkembang yang memiliki akses internet yang memadai.
Selain itu, ada risiko ketegangan sosial antara pendatang baru dan komunitas lokal. Di beberapa daerah di Eropa, misalnya, pendatang dianggap mengubah struktur sosial dan budaya desa. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan migrasi ini berjalan harmonis dengan melibatkan masyarakat lokal dalam proses perencanaan.
Penutup
Urban to rural migration adalah tren global yang mencerminkan perubahan nilai dan prioritas generasi muda. Fenomena ini tidak hanya menawarkan solusi bagi tantangan urbanisasi, tetapi juga membuka peluang bagi revitalisasi pedesaan dan pembangunan yang lebih berkelanjutan. Namun, keberhasilan tren ini membutuhkan dukungan kebijakan yang kuat, pembangunan infrastruktur pedesaan, serta pendekatan yang inklusif untuk melibatkan komunitas lokal.
Dengan memahami tren ini secara mendalam, para pemangku kebijakan dan masyarakat dapat memanfaatkan urban to rural migration sebagai momentum untuk menciptakan keseimbangan baru antara kota dan desa. Dalam dunia yang semakin terhubung, pilihan untuk kembali ke desa bukan lagi sekadar nostalgia, tetapi langkah strategis menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Referensi
- OECD. (2020). The Impact of COVID-19 on Urban and Rural Areas.
- Azim Premji University. (2021). Impact of COVID-19 on Rural-Urban Migration in India. Premji University, Bangalore.
- National Institute of Population and Social Security Research. (2020). Migration Trends in Japan: The Rise of U-Turn and I-Turn Migration. Ministry of Health, Labour and Welfare, Japan.
- Pew Research Center. (2022). The Pandemic's Impact on Urban and Rural America: Trends in Migration. Pew Research Center.
- Deloitte Global Millennial Survey. (2023). Millennials and Gen Z: The Shift Towards Sustainability and Rural Living. Deloitte Insights.
- Mercer. (2023). Cost of Living Report 2023: Comparing Urban and Rural Areas. Mercer Consulting.
- McKinsey & Company. (2022). The Future of Work: The Shift to Rural Areas. McKinsey & Company Insights.
- World Bank. (2022). Internet Access and Infrastructure in Rural Areas of Developing Countries. World Bank Report.
- Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2021). Program Petani Milenial: Mengajak Anak Muda ke Sektor Agribisnis. Kementerian Pertanian RI.
- Desa Digital Indonesia. (2021). Menghubungkan Desa dengan Dunia Digital: Inisiatif Desa Digital untuk Pembangunan Pedesaan. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H