Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dinamika Kebijakan Pendidikan, antara Ambisi dan Realitas

2 Desember 2024   17:50 Diperbarui: 2 Desember 2024   17:54 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak Kebijakan Pendidikan Baru di Indonesia (https://jakwir.com)

Pendidikan di Indonesia telah melalui perjalanan panjang dengan lebih dari sepuluh kali perubahan kurikulum sejak 1947. Setiap perubahan tersebut mencerminkan ambisi besar pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan menyesuaikannya dengan kebutuhan zaman. Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan dalam implementasinya masih terus bermunculan.

Menurut studi yang dilakukan UNICEF (2023), lebih dari 50% guru di Indonesia merasa kurang siap dengan perubahan kurikulum yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh minimnya pelatihan yang diberikan kepada mereka serta kurangnya keterlibatan guru dalam perumusan kebijakan. Akibatnya, kurikulum baru seringkali tidak dapat diimplementasikan dengan optimal, terutama di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan sumber daya. Keberagaman kondisi daerah juga semakin memperburuk ketimpangan dalam akses dan kualitas pendidikan.

Tujuan Mulia di Atas Kertas

Setiap kebijakan pendidikan di Indonesia, termasuk perubahan kurikulum, selalu dimulai dengan cita-cita besar untuk menjawab tantangan zaman. Perubahan tersebut dirancang agar pendidikan lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat, perkembangan teknologi, dan tuntutan pasar tenaga kerja global. Sebagai contoh, Kurikulum Merdeka yang saat ini diterapkan bertujuan untuk mendorong agar siswa lebih kreatif, mandiri, dan siap menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks. Meskipun tujuan ini sangat mulia, praktik implementasinya masih menghadapi sejumlah kendala yang seringkali tidak mudah diatasi.

Meski demikian, evaluasi dan kajian ulang tengah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperbaiki pelaksanaan kurikulum ini. Fokus evaluasi ini termasuk kesiapan guru, kondisi sekolah yang beragam, serta perbedaan antara daerah. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa kurikulum tetap efektif, relevan, dan dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan Indonesia.

Tantangan dalam Implementasi

Beberapa tantangan utama yang muncul meliputi:

  • Minimnya Pelibatan Guru
    Guru, sebagai ujung tombak pendidikan, sering kali tidak dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan. Padahal, merekalah yang paling tahu tantangan nyata di lapangan. Ketika guru merasa tidak memiliki peran dalam keputusan kebijakan, mereka cenderung kurang termotivasi dan enggan mengimplementasikannya dengan sepenuh hati.
  • Kurangnya Dukungan Infrastruktur dan Pelatihan
    Di banyak daerah, terutama di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), fasilitas pendidikan masih terbatas. Banyak sekolah yang tidak memiliki sarana yang memadai untuk mendukung pembelajaran yang optimal. Ditambah lagi, pelatihan untuk guru dalam mengimplementasikan kurikulum baru sering tidak merata, yang menyebabkan banyak guru merasa tidak siap untuk mengajar dengan cara yang diharapkan.
  • Ketidaksesuaian dengan Kondisi Lokal
    Sering kali, kebijakan pendidikan nasional tidak cukup mempertimbangkan kondisi lokal yang beragam. Di daerah terpencil, misalnya, penerapan kurikulum yang sama dengan daerah perkotaan sangat sulit dilakukan karena keterbatasan sarana dan prasarana.

Efek Samping Perubahan yang Sering Terjadi

Terlalu seringnya perubahan kebijakan pendidikan membuat para pelaku pendidikan kewalahan. Guru harus beradaptasi dengan kurikulum yang terus berganti, yang berdampak pada kurangnya konsistensi dalam proses pembelajaran. Siswa, yang berada di tengah-tengah perubahan ini, sering kebingungan dengan metode dan materi yang terus berubah. Orang tua pun turut merasakan kebingungannya, karena mereka harus terus menyesuaikan diri dengan pendekatan yang selalu berubah dan tidak selalu mendapat informasi yang jelas.

Selain itu, perubahan kebijakan yang terus-menerus menimbulkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit. Penerbitan buku baru, pembaruan materi ajar, dan pelatihan guru memerlukan dana yang sangat besar, yang tentu saja menjadi beban tambahan bagi pemerintah dan sekolah, terutama di daerah-daerah dengan anggaran terbatas.

Apa yang Bisa Diperbaiki?

Beberapa langkah yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki situasi ini:

  • Peningkatan Partisipasi Guru
    Guru harus dilibatkan sejak awal dalam perumusan kebijakan agar mereka merasa memiliki kebijakan tersebut dan dapat mengimplementasikannya dengan lebih baik. Melalui forum diskusi atau konsultasi, guru bisa memberikan masukan yang berharga terkait kebijakan yang akan diterapkan.
  • Evaluasi Kebijakan Sebelum Perubahan Baru
    Sebelum meluncurkan kebijakan baru, pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan sebelumnya telah dievaluasi secara menyeluruh. Evaluasi ini harus berbasis data, dengan melihat dampak nyata dari kebijakan yang telah dilaksanakan, sehingga kebijakan baru dapat lebih tepat sasaran.
  • Penyesuaian dengan Kondisi Lokal
    Setiap daerah memiliki kebutuhan dan tantangannya masing-masing. Oleh karena itu, memberikan fleksibilitas dalam menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal akan sangat membantu. Daerah-daerah terpencil misalnya, mungkin lebih membutuhkan kurikulum yang berbasis pada keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Referensi

  • UNICEF. (2023). Indonesia Education Snapshot: Teacher Readiness and Curriculum Change. https://www.unicef.org/indonesia
  • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2024). Evaluasi Kurikulum Merdeka: Pembelajaran di Daerah 3T. Jakarta: Kemdikbud. https://www.kemdikbud.go.id
  • Wulandari, E. (2022). Challenges in Implementing Curriculum Changes in Indonesia: A Case Study. Journal of Education Policy, 58(2), 122-134.
  • GPE (Global Partnership for Education). (2021). Improving Teacher Training and Curriculum Reforms in Southeast Asia. GPE Publications. https://www.globalpartnership.org
  • Setiawan, B. (2021). Disparitas Pendidikan di Indonesia: Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Kurikulum Baru. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
  • UNESCO. (2020). The Role of Teachers in the Implementation of Curriculum Reforms. UNESCO Institute for Statistics. https://www.unesco.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun