Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terik

13 April 2022   14:31 Diperbarui: 13 April 2022   14:32 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Ketika bola-bola api liar berlarian memburu entah

Gerombolan pemangsa tiba-tiba saja tumpah meraja

Sekelebat bayang yang memaksa menjerit seketika

Siang nan sedari tergesapun tak kuasa mendekap teduh  

(2)
Seketika orang-orang lalai tampak tergopoh mengepal

Anyir keringatnya berbaur dengan langkah-langkah patah

Waktu yang termangu mendadak terkulai tak berdetak

Menyisakan lidah nafsu nan terpanggang pada teriknya hari    

(3)

Siang beranjak diam ketika bola-bola api liar itu merangsek

Lidah-lidah panasnya menajam menjilati sisa-sisa asap putih

Hari ini waktu yang berpintal indah hangus di pelupuk sore

Membiarkan gerombolan pemangsa sembunyi di balik sunyi         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun