Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diafragma

11 Januari 2022   15:23 Diperbarui: 11 Januari 2022   15:41 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Pagi belumlah lagi menyala

Selubung langit tampak terperangkap terkantuk

Jalanan masih disaput senyap

Nun di kejauhan derit sepeda ontel tlah berkayuh senyum  

(2)

Terlihat lamat sosok lelaki muda  

Dia perkasa dengan dua karung besar kerupuk diboncengannya

Selepas subuh terjaga dia mulai menjaring matahari

Berkeliling gang menangkap jernuhnya keringat

(3)

Lelaki muda itupun mukim dimataku

Setiap harinya dia tekun meraut indahnya waktu di lubuknya cahaya asa

Tak kubaca secuil kesahpun pada tanda baca dimatanya  

Pagi ini seperti biasanya sepeda ontel itu baru saja berlalu diantara kantuk mereka yang lalai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun