Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bulan Ayu di Ujung Ranting

28 Oktober 2014   23:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:23 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1)

Di ujung ranting bulan ayu tersangkut mimpi

Perut indahnya tampak runcing busung membuncit

Hanya tikam sunyi bertubi datang menghimpit

Malam yang menggaulinya telah minggat berlalu cepat

(2)

Waktu bulan ayu menepi pada cahaya kunang

Sapa sanjung sang purnama tak lagi pernah singgah

Bulan ayu kini bergelayut terpenjara sesal

Dahan ingin yang bersisa perlahan lepas terkelupas

(3)

Bulan ayu menghitung asa di ujung ranting

Perlahan ia menyusut langkah pada kemurahan dahan

Sesalnya telah gugur bersama daun-daun kering

Kini di buncit perutnya terbit bulan baru yang pemalu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun