Mohon tunggu...
Frengky Keban
Frengky Keban Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Penulis Jalanan.... Putra Solor-NTT Tinggal Di Sumba Facebook : Frengky Keban IG. :keban_engky

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Dasar Negeri Pogo Tena, Sekolah Kampung yang Tidak Kampungan

14 Agustus 2018   09:03 Diperbarui: 15 Agustus 2018   07:39 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Dasar Negeri Poto Nega, Sumba Barat Daya| Sumber: www.kemdikbud.go.id

Bahkan tidak jarang menerobos masuk dalam kelas saat para siswa sedang beraktivitas. Tidak mengherankan  jika di tahun ajaran 2018/2019 sekolah tersebut hanya bisa menerima 6 murid saja. Tidak terkenalnya sekolah, membuat sekolah tidak dipedulikan bahkan dilupakan dibandingkan sekolah lainya di wilayah tersebut.

Tidak memakai alas kaki

Dokpri
Dokpri
Walaupun banyak kekurangan hampir di semua aspek tidak membuat para muridnya ogah bersekolah. Malah hampir setiap harinya para siswa  bersemangat hadir di sekolah  mengikuti KBM. Seperti yang terlihat Kamis (26/7) saat penulis berkesempatan mengunjungi sekolah tersebut.

Walaupun jarak terbilang jauh dan membutuhkan waktu lama tidak membuat para siswa patah semangat. Langkah kaki mereka terus mengayun tanpa henti bersama mentari yang baru memancarkan sinarnya. Tidak ada guratan lelah terpancar di wajah, hanya senyum dan tawa untuk membuat hari ini lebih bermakna.

Sapaan demi sapaan keluar dari mulut siswa-siswa tersebut. tidak jarang teriakan 'selamat pagi pak dan ibu' pun mengiringi kegembiraan mereka sembari menunggu jam sekolah berlangsung. Bahkan diantaranya masih menyempatkan diri untuk bersenda gurau.

Norma kesopanan adalah nilai plus mereka, tatkala norma-norma kehidupan tidak lagi penting di era ini bahkan hampir punah. Semua seolah melupakan sejenak kekurangan yang dialami sekolahnya, dan memulai berbenah menuju perubahan yang dimulai dari siswa dan muridnya.

Walaupun diakui hal itu sulit dan butuh waktu. Betapa tidak, anak-anak di sekolah ini hampir sebagiannya diijinkan tidak mengenakan alas kaki. Hal yang tidak lazim memang dan terkesan membingungkan bagi kebanyakan kita. Namun inilah realita yang terjadi.

Seolah sedang terjabak dengan kenyamanan diri, anak-anak ogah peduli dengan kakinya tanpa alas kaki itu. Berjalan di atas batu karang bagi mereka adalah tantangan untuk menjadi anak Sumba Barat Daya yang tegar. 

Tidak peduli sampai kapan kondisi ini akan berakhir. Yang pasti senyum dan tawa saat berlari dan bermain karet tidak pernah luntur karena hidup ini tidak manis seperti gula saja tetapi juga pahit seperti obat tetapi akan menyatu dalam rasa seperti asam yang membuat hidup lebih berwarna.

"Kita harus akui bahwa untuk berbenah itu butuh waktu. Kita butuh banyak perubahan di sini salah satu yang penting adalah meningkatkan  kesadaran masyarakat. Masyarakat belum menganggap pendidikan itu penting. Sehingga kita juga tidak memaksa anak untuk ini dan itu. Maka dari itu, para siswa diijinkan untuk tidak memakai sendal ataupun tanpa alas kaki,"kata Petrus Dadu Lepa, Kepala Sekolah SDN Pogo Tena.

Bukan hanya para siswa, guru pun demikian. Dedikasi untuk mencetak generasi tidak mengenal batas. Jarak bukan lagi menjadi masalah. Bukan pula halangan untuk memberikan terbaik yang dimiliki. Ketenangan mendidik dan disiplin jadi obat untuk membuat muridnya betah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun