Mohon tunggu...
Sutini Dharma Oetomo
Sutini Dharma Oetomo Mohon Tunggu... Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi SMA -

Pengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMA. Menyukai Graphic Design dan aktif sebagai designer tag/name label

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

BeBiTa "Hoax" (Belajar Bijak Tanggapi Hoax) - Anti "Hoax" Sang Pendidik

3 November 2017   09:00 Diperbarui: 3 November 2017   09:50 4105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Oleh : Sutini Dharma Oetomo, S.Kom

Apakah hoax itu sebenarnya?

Hoax berasal dari kata hoces corpus atau disingkat hocus, artinya menipu. Hoax sudah ada sejak dulu. Bahkan sejak abad pertengahan, hoax sudah ada dan disebarkan dari mulut ke mulut.

Pada tahun 1708, Jonathan Swift atau Isaac Bickerstaff membuat ramalan tentang kematian seorang astrologi, John Partridge. Ramalan hoax yang dicetak pada selebaran kertas itu bertujuan untuk mempermalukan dan mendiskreditkan John.

Pada tahun 1727, Mary Toft mengatakan bahwa ia melahirkan bayi kelinci. Kebohongan itu terungkap setelah Mary Toft  dibawa ke London dan hendak dioperasi oleh dokter Sir Richard Manningham. Merasa ketakutan ia pun mengakui kebohongannya yang bertujuan untuk mendapat popularitas dan uang pensiun dari Raja King George I.

Pada tahun 1800-an, Edgar Allan Poe mengarang cerita hoax yang terkenal tentang pria yang pergi ke bulan menggunakan balon udara.

Masih banyak lagi berita hoax pada jaman dulu. Jadi hoax bukanlah hal baru. Beda hoax jaman dulu dan jaman sekarang adalah pada cara penyebarannya. Jaman dulu, hoax disebarkan dari mulut ke mulut atau melalui media cetak. Jaman sekarang, hoax dapat disebarkan melalui media elektronik. Penyebaran hoax jaman sekarang lebih cepat dan lebih luas jangkauannya.

Mengapa hoax menyebabkan keresahan?

Karena hoax, apapun bentuknya, merupakan suatu kebohongan. Jika hoax menyebar, maka hal itu akan membentuk opini pembaca. Opini tersebut akan mempengaruhi pola pikir dan tindakan yang diambil kemudian.

Contoh : berita hoax Modus Begal Motor jadi Pocong Tidur di Jalan yang beredar melalui Whatsapp warga Jakarta dan Depok. Berita ini tentu saja menimbulkan kengerian bagi pembaca yang percaya. Akibat yang ditimbulkan dapat beragam, seperti menghindari jalan tersebut karena rasa takut atau malah membawa senjata tajam untuk berjaga-jaga. Perasaan was-was dan takut ini tentunya mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku. Seorang pengemudi taksi berteriak-teriak ketakutan ketika melihat ada boneka pocong di sebuah tiang listrik. Ternyata boneka pocong itu milik anak-anak yang menggunakannya untuk bermain-main di jalan. Beruntung sopir taksi tersebut tidak menabrak siapapun. Bayangkan jika serangan panik dan takut itu membuatnya tancap gas dan tidak mampu mengendalikan mobil taksinya dengan benar, tentu akan berakibat fatal bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Bagaimana kita dapat mendeteksi hoax?

Sebagai bagian dari masyarakat modern, dimana informasi sangat mudah didapatkan atau disebarkan, kita perlu memiliki kemampuan untuk menyaring informasi secara benar. Ada 3 hal sederhana yang dapat kita pakai untuk menyaring informasi :

  1. Lihat alamat situsnya, bila berita/informasi berasal dari situs yang terpercaya seperti situs milik pemerintah atau situs berita/perusahaan resmi, maka berita atau informasi tersebut layak dipercaya.
  2. Lihat isi/konten situs, jika bahasa yang digunakan provokatif, banyak kesalahan ketik, penataan layout tidak bagus, atau gambar-gambar yang digunakan tidak tertata baik, maka berita/informasi tidak layak dipercaya.
  3. Bandingkan dengan banyak situs lain yang terpercaya, apabila berita tersebut sama dengan situs-situs terpercaya lainnya, seperti situs pemerintah atau situs berita/perusahaan resmi, maka berita/informasi tersebut layak dipercaya.

Bagaimana menanggapi berita hoax?

Jika kita membaca suatu berita, tentu sebaiknya kita lakukan penyaringan informasi seperti tips diatas. Jika kita yakin bahwa berita tersebut hoax, maka yang perlu kita lakukan tentu saja tidak mengambil bagian dalam penyebarannya. jika perlu kita laporkan isi/konten situs tersebut. Contoh, jika di Facebook dapat mengklik menu Report Post atau Laporkan Kiriman, jika di Google dapat mengklik menu Send Feedback, jika di Tweeter dapat mengklik menu Report Tweet atau Laporkan Kicauan. Cara lain untuk melaporkan isi/konten situs hoax adalah dengan mengirimkan Screen Capture dan alamat situs ke aduankonten@mail.kominfo.go.id.

Bagaimana memerangi hoax?

Seperti benih yang ditanam, jika dipupuk dan dirawat maka akan bertambah besar. Namun jika benih yang ditabur didiamkan, tidak dipupuk atau dirawat maka benih tersebut akan mati dengan sendirinya. Apalagi jika kita tahu bahwa benih itu tidak baik dan kita cabut maka benih itu tidak akan tumbuh.

Sama halnya dengan hoax yang merupakan suatu kebohongan. Jika kita mempercayainya, menyebarluaskannya maka hoax akan tumbuh dengan subur. Kebohongan tersebut dapat bertambah besar karena adanya pihak-pihak lain yang menambahi konten/isi berita. Ini seperti memupuk dan merawat benih.

Jika kita tidak mempercayainya dan membiarkannya serta tidak menyebarluaskan berita tersebut maka ini seperti benih yang tidak dipupuk. Bila kita ikut memberitahu lingkungan kita bahwa berita itu tidak benar maka ini seperti benih yang dibiarkan dan tidak dirawat. Hoax akan berhenti seperti benih yang mati dengan sendirinya.

Jika kita tahu bahwa berita itu hoax, kemudian kita melaporkan isi/konten tersebut hingga situs tersebut diblokir oleh admin media sosial atau oleh pemerintah, maka ini seperti benih yang dicabut sehingga tidak akan tumbuh.

Hoax bayi bertaring

Berita tentang bayi bertaring yang merupakan hasil kawin silang manusia dengan singa ini merupakan berita hoax yang baru-baru ini marak di media sosial. Berita ini bahkan sempat dibagikan hingga 5.5k. Saya sempat tertarik dengan berita ini, namun tentu saja langsung saya terapkan ke-3 tips diatas.

Berita tersebut dari media sosial, dimana setiap orang bisa saja membagi informasi. Banyak sekali berita hoax atau perkelahian dan berawal dari tulisan di media sosial. Jadi kita harus berhati-hati dalam menanggapi informasi tersebut.

Apakah benar ada peristiwa kawin silang manusia dengan singa? Faktanya kehamilan dapat terjadi jika genusnya sama. Manusia adalah homo sapiens sementara singa adalah panthera leo. Untuk mengetahui hal ini tentunya membandingkan dengan banyak situs resmi lainnya.

Dari isi/konten, nampak gambar yang kurang meyakinkan, terlihat dari bentuk rambut seperti benang yang ditancapkan. Maka kita dapat mendownload gambar tersebut dan menggunakannya dalam konten pencarian google. Dari hasil pencarian, banyak situs lain yang telah memuat bahwa berita itu hoax semata. Bayi bertaring tersebut adalah boneka yang dibuat dari bahan silikon.

Berhati-hati dengan hoax.

Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan penting bagi kita untuk menyaring informasi dan mengambil langkah tepat dalam menanggapi hoax. Hoax adalah kebohongan. Kebohongan yang disebarluaskan dengan tanpa batasan mampu membentuk opini publik yang salah. Opini tersebut menuntun publik pada pola pikir dan tingkah laku yang salah pula. Pada tingkatan tertentu, hoax dapat memancing munculnya kemarahan publik, pemboikotan terhadap suatu produk atau kebijakan, dan bahkan perseteruan antar suku bangsa. Ayo belajar menyaring informasi dan bijak menanggapi hoax.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun