Banjir di Jakarta ternyata sudah terjadi sejak zaman dulu kala. Banjir Jakarta pada 1621 menjadi bencana pertama di era kekuasaan VOC di Nusantara, tepatnya pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Saat itu banyak rumah warga yang terbuat dari kayu sehingga mudah hanyut ketika banjir melanda Batavia. Struktur jalannya pun masih belum beraspal sehingga sangat sulit untuk dilalui sepeda atau dokar.
Sebenarnya, Belanda sudah pernah membangun kanal sejak 2 tahun sebelum bencana banjir ini terjadi. Namun, usahanya gagal karena Belanda tidak mengetahui letak geografis dan struktur topografi Jakarta kala itu. Saat itu, sebagian besar daerah Batavia masih berupa rawa dan hutan liar, sehingga sering tergenang banjir dari air beberapa sungai, terutama Kali Ciliwung yang meluap saat hujan deras.
Melihat sejarah itu, Jakarta tak pernah lepas dari bencana banjir. Bahkan, berdasarkan analisis risiko bencana yang dilakukan oleh BPBD Provinsi DKI Jakarta, salah satu ancaman bencana yang dihadapi oleh warga Jakarta adalah banjir.
Di sisi lain, banjir sering disebabkan luapan sungai. Apalagi ada sekitar 13 sungai yang melintasi DKI yang bermuara di Teluk Jakarta dan dapat meluap apabila terjadi hujan dengan curah tinggi.
Tentu keberadaan Waduk Lebak Bulus akan mampu meminimalisir banjir, khususnya di wilayah selatan Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H