Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Shako-shoumei: Perlu Meniru Jepang Tanpa Parkir Mobil Sembarang

20 November 2024   06:18 Diperbarui: 20 November 2024   10:14 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sebuah komplek perumahan di Jepang. (Foto oleh Flickr| Source Pinterest)

Seharusnya sebelum seseorang atau sebuah keluarga memutuskan membeli mobil pribadi, menimbang di mana kendaraan roda empat itu akan diletakkan juga wajib menjadi PRIORITAS.

Baca juga:

Zoning Out, Antara Kebiasaan dan Skala Prioritas

Menjadi menarik buat saya isu topik pilihan kali ini—saya sebenarnya bisa menduga muasal isu ini diangkat berasal dari mana—dan menyoal parkir sembarang ini, saya punya pengalaman yang cukup menjengkelkan.

—

Saya pribadi bukan tipikal orang yang mau merecoki urusan orang; prinsip saya jelas: selama tidak ada urusannya dengan saya atau masih bisa saya tolerir, saya mah bodo amat—

termasuk 'ngurusin' siapa-siapa saja dari tetangga komplek rumah saya yang punya mobil (baca: sekalipun tidak semua dari mereka punya garasi atau sekadar carport dan memilih parkir sembarangan di bahu jalan, saya sih oke-oke saja).

Tapi, pernah satu ketika, saat sore hari pulang kerja, saya mendapati mobil tetangga parkir, tepat di depan pintu pagar rumah—dan itu tanpa permisi!

Kenapa saya tahu tanpa permisi? Karena saya menanyakan langsung pada kedua adik saya yang sudah lebih dulu pulang , apakah si empunya mobil meminta izin dulu sebelum parkir? Keduanya kompak menjawab TIDAK!

Oke, saya tidak mau buru-buru emosi. Saya berusaha berpikir positif, mungkin insiden parkir sembarang tadi karena ada ihwal darurat, kedatangan sanak famili mereka, misalnya.

Karena motor saya tidak bisa masuk, lantas saya pun masuk rumah. Tapi, sebagai bentuk 'protes', sengaja saya parkir motor saya tepat di depan moncong mobil itu.

Baca juga:

Angka Pernikahan Turun: Fenomena "Waithood" dan Melatih Empati terhadap Perempuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun