Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Digdaya Bahasa Jepang bagi Pekerja Asing

16 September 2024   06:08 Diperbarui: 16 September 2024   20:48 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hiruk pikuk di sebuah jalan di Jepang saat jam pulang kerja. (Credit by Christiano Sinisterra | Source Pexels.com) 

Teknologi—dan sains—adalah wajah Jepang di mata dunia tetapi tidak bagi sikap konservatif mereka dalam berbahasa asing;

menyoal berbahasa asing, hampir secara keseluruhan masyarakat Jepang tidak bisa berbahasa Inggris dan itu bukanlah fakta yang mengejutkan. Di Jepang, masyarakat yang mampu menggunakan bahasa Inggris hanya segelintir orang.

Di satu sisi Jepang adalah negara yang memegang teguh tradisi namun di sisi yang berbeda mereka tidak menolak perubahan, apalagi sejak era restorasi Meiji. 

Pertanyaannya, mengapa tidak banyak orang Jepang yang tertarik mempelajari bahasa asing, bahasa Inggris contohnya?

Ditinjau dari kacamata sosial dan budaya tentu ini menjadi menarik. 

Tetapi bukan itu poin utamanya.

Baca juga:

Simalakama Budaya Jalan Kaki di Indonesia

Kembali ke analogi di awal tulisan, Jepang adalah magnet—dan sebagai negara dengan paket komplit untuk para pekerja asing (baca: upah yang terbilang tinggi, tingkat kriminal yang rendah, biaya kesehatan yang berkualitas—dan terjamin serta transportasi yang terintegrasi dan lain sebagainya) membuat Jepang akan tetap menjadi primadona. Itu terbukti kian marak dibukanya berbagai LPK dengan tujuan Jepang.

Ilustrasi beberapa para pekerja asing sedang menunggu Shinkansen (kereta api cepat) saat jam pulang kerja. (Credit Hugo Sykes | Source Pexels.com) 
Ilustrasi beberapa para pekerja asing sedang menunggu Shinkansen (kereta api cepat) saat jam pulang kerja. (Credit Hugo Sykes | Source Pexels.com) 

LPK sendiri adalah kepanjangan dari Lembaga Pelatihan Kerja; dan semua LPK dengan tujuan Jepang akan menjadikan keterampilan berbahasa Jepang sebagai syarat WAJIB.

Syarat wajib inilah yang menjadi GONG; masyarakat Jepang mampu menjadikan "kelemahan" mereka sebagai kekuatan!

Digdaya bahasa Jepang untuk para pekerja asing.

Pakemnya jelas "aturan tuan rumah yang berlaku bukan aturan tamu"; ini akan bersifat memaksa bagi setiap pekerja asing yang hendak bekerja di Jepang—yang meski secara istilah "bersimbiosis" tetapi tidak pada praktiknya di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun