Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Baca Buku dan Beberapa Diskursus di Antara Pembacanya

15 September 2024   06:25 Diperbarui: 15 September 2024   08:55 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku fisik yang dibentuk dengan cantik. (Foto oleh PixaBay | Sumber Pexels.com) 

***

Sebagai anak yang dibesarkan di era 90an, saya merasakan kenikmatan tersendiri sebagai seorang pembaca, terutama membaca buku.

Saya yang berangkat dari keluarga yang orang tuanya tidak bisa memberikan uang jajan yang banyak, tempat penyewaan buku menjadi salah satu solusi saya memperoleh bacaan selain berkunjung ke toko buku tentunya (baca: untuk membaca buku secara gratis melalui buku yang sampulnya sengaja dilepas). Dulu tak sulit menjumpai tempat penyewaan buku.

Tetapi, tahun berganti, teknologi pun kian canggih dan cara seseorang memperoleh bahan bacaan juga semakin beragam. Hanya, buku tetap tak tergantikan.

Namun, meskipun demikian—meski budaya membaca buku tetap terus diupayakan di antara gempuran kenikmatan instan berjejaring media sosial, kegiatan membaca buku tak urung masih saja menimbulkan masalah di antara pelakunya; 

ini bisa disebut sebagai diskursus di antara pembaca buku.

Baca juga:

Simalakama Budaya Jalan Kaki di Indonesia

Diskursus pembaca buku

Ada beberapa penerjemahan bahasa dari kata terkait diskursus ini, namun secara sederhana diskursus ini dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi secara lisan atau lisan yang berangkat dari asumsi-asumsi umum yang menjadi topik pembahasan yang tak jarang menimbulkan perdebatan karena diindividualisasi—yang justru menjauhkannya dari realitas yang ada. 

Dan bagi para pembaca buku itu sendiri, setidaknya ada beberapa diskursus, di antaranya:

#1 Fiksi dan non fiksi

Di antara pembaca buku, ribut-ribut lebih baik membaca buku fiksi atau non fiksi ini sudah jadi "lagu" lama,

yang bersikukuh bacaan non fiksi lebih baik akan menganggap pembaca fiksi sebagai warga kelas dua—bahkan malah ada yang mengira membaca fiksi tidak ada gunanya.

Baca juga:

Novel Fantasi untuk Siapa?

Padahal membaca cerita fiksi sama bermanfaatnya dengan membaca non fiksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun