Di sisi lain, apakah kita mau ambil peduli terhadap MI yang diketahui tengah hamil empat bulan itu?Â
Tidakkah tersisa sedikit saja rasa penasaran kita terhadapnya dan bertanya mengapa perbuatan (penganiayaan) itu ia lakukan sementara sebelumnya ia gembar-gembor sebagai seseorang yang paham betul terhadap parenting dan seluk beluknya?;
atau apakah memang ia benar-benar sedang bermain lakon personanya di masyarakat sementara perilakunya tidak demikian?;
atau kita yang hanya mengedepankan emosi kekanak-kanakan kita lalu dengan sewenang-wenang mengatakan memang ia sepantasnya dihukum?—
jika saya ditanya menyoal ini, respon saya cukup tegas: saya tidak pernah tahu beban psikologis apa yang pernah dan tengah dirasakannya (berikut dengan proses kehamilannya yang sekarang), sehingga saya memutuskan untuk tidak berdiri serta merta di antara orang-orang yang langsung menilainya salah meskipun perbuatannya jelas-jelas—sangat—salah.Â
Saya merasa tidak perlu mengambil bagian para Psikolog (berikut serangkaian assesment-nya) dalam hal ini. Saya selalu berusaha sangat berhati-hati jika menyangkut masalah kejiwaan seseorang (sebisa mungkin) dan saya rasa menarik diri darinya pada beberapa kasus adalah sesuatu yang bijaksana.
Baca juga: Menjadi Seorang Ibu Sangat Dekat dengan Gangguan Kejiwaan
***
Saya lebih tertarik pada hal lain yakni mengapa daycare (tempat penitipan anak) belakangan kian dicari khususnya di kota-kota besar dan harganya pun tidak bisa dikatakan murah.
Di lokasi tempat tinggal saya sendiri ada sebuah daycare. Saya memang belum ke pernah ke sana, saya hanya melihat plang namanya yang berderet rapi dan sejajar dengan plang lain. Tapi, meskipun demikian, rasa-rasanya saya tahu seperti apa aktivitas di dalamnya.
Menjadi orangtua yang bertanggung jawab itu tidak mudah.
Saya selalu menanamkan hal ini baik-baik dalam kepala saya, bahkan hanya 5 senti tepat di depan wajah saya agar terus saya "lihat".Â