Pencegahan stunting tadi bisa dimulai dengan pemberian makanan dan minuman yang bergizi sebagai preferensi. Tidak perlu yang mahal atau dalam porsi besar.
Kita bisa belajar dari Jepang, tentang bagaimana masyarakatnya mengajarkan sejak dini pada anak-anak mereka untuk menyantap lebih banyak sayur-sayuran dan lebih sering mengonsumsi protein seperti ikan.Â
Di Jepang, makanan berbentuk salad dan jus buah segar dengan mudah ditemui, tak hanya di supermarket—bahkan juga di kombini (minimarket) dekat rumah.
Ya, tak sulit menemukan keduanya di rak-rak etalase pendingin di Jepang.
Baca juga: Hikikomori di Jepang: Ternyata Tidak Memiliki Anak Tidak Selalu Buruk
Mungkin tidak mudah jika anak-anak kita sudah terlanjur "akrab" mengonsumsi gula. Tetapi, kontrol seorang anak  tetap terletak pada orang tuanya. Bukan tidak boleh memberikan kudapan atau minuman manis—hanya harus dibatasi.Â
Di sisi lain, sebagai orang tua pun kita dituntut untuk perlu terus melatih menjadi lebih bertanggung jawab terhadap anak-anak kita dengan mengedukasi diri sendiri: cari lebih banyak referensi dan rekomendasi. Rajin-rajin pula membaca tabel nilai gizi yang terdapat pada kemasan makanan dan minuman olahan. Itu bukan hiasan!Â
Sekali lagi, menjadi orang tua jangan malas mencari tahu; jangan malu pula untuk bertanya.
Sejatinya, anak balita tidak tahu apa-apa; apa yang ia santap adalah apa yang diberikan oleh orang tuanya. Ia bukan manusia dewasa yang bisa tahu dan memilih mana yang boleh mana yang tidak.Â
Kesehatan anak kita bergantung pada kita; kita tidak bisa menyerahkannya pada orang lain.
Karena masa depan sebuah negara bisa dilihat dari peran langsung orang tua saat memberikan asupan nutrisi pada anaknya—dan itu bisa dilihat dari makanan dan minuman apa yang dikonsumsinya hari ini.
Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H