Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cegah Stunting: Praktikkan Diet Gula pada Anak Balita

1 Agustus 2024   06:15 Diperbarui: 2 Agustus 2024   08:44 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemberian buah dan makanan yang mengandung tinggi gula. (Foto oleh Andres Ayrton | Sumber: Pexel) 

Ketidaktahuan orang tua?

Padahal informasi dewasa ini sudah lebih mudah untuk didapat. Jika membaca buku kesehatan yang tebal tidak begitu sanggup, informasi melalui internet bisa jadi pilihan. Tinggal pilih saja rujukan mana yang paling mendekati tepat dan masuk akal.

Jika ingin lebih valid lagi, para orang tua bisa mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat, konsultasi langsung dengan dokter atau tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi—bukankah posyandu bisa juga jadi opsi?

Sebagai orang tua kita jangan malas mencari tahu; menjadi orang tua jangan malu sekadar bertanya.

Diet gula dan stunting

Jika mengacu pada rekomendasi American Heart Association (AHA)—seperti yang diungkapkan Miriam. B Vost, MD MSPH, ilmuwan nutrisi dan profesor pedeatri di Emory University School of medicine—anak-anak dari mulai usia 2 tahun hingga 18 tahun tidak disarankan mengonsumsi gula melebihi 6 sendok teh tambahan perhari (atau setara 25 gram).

Rekomendasi ini ditetapkan karena konsumsi gula berlebih bisa menjadi penyebab utama kurangnya penyerapan nutrisi, terutama pada anak usia balita.

Contoh penerapan diet gula ketat pada anak ini juga saya alami sendiri; saya mengenal seorang ibu yang begitu peduli terhadap konsumsi gula anak balitanya. Anak balitanya itu berusia tiga tahun. 

Ilmu parenting soal pengasuhan anak ternyata terkadang bisa didapat dengan percuma. Tergantung kita peka atau tidak. 

Perlu diketahui, gula tidak hanya glukosa seperti gula pasir yang sering dikonsumsi sehari-hari melainkan ada beberapa pula turunannya seperti fruktosa atau sukrosa. Turunannya ini yang perlu dicermati. 

Ilustrasi dua anak balita sehat. (Foto oleh PixaBay | Sumber: Pexel) 
Ilustrasi dua anak balita sehat. (Foto oleh PixaBay | Sumber: Pexel) 

***

Mengapa saya katakan sebagai angin segar di awal, karena jika ini benar-benar diterapkan dengan "tegas" di lapangan (seperti yang berlaku di Singapura)—pada setiap makanan dan minuman yang dijual bebas di pasaran maka pencegahan stunting pun bisa terwujud.

Seperti diketahui, percepatan penurunan angka stunting pada anak balita merupakan agenda utama pemerintah Indonesia demi terwujudnya generasi sehat, cerdas dan produktif di masa mendatang—serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Maka dari itu pembatasan konsumsi gula pada anak (khususnya balita) dari produk olahan makanan dan minuman dirasa perlu—dan harus!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun