Membacalah agar mengenal dunia lalu menulislah agar lebih memahami diri sendiri.
Selama perjalanan menulis, bukan barang sekali atau dua kali saya memandang "aneh" tulisan-tulisan yang sudah pernah saya tulis. Tak jarang jidat saya berkerut, pelipis saya urut-urut.Â
Kok jadinya begini ya?
Tapi, pada akhirnya, saya baca ulang, saya koreksi, saya sunting ulang pula. Selanjutnya, saya kirimkan ke media atau posting saja kemudian lupakan dan tugas pun selesai. Tinggal menunggu umpan balik.
***
Mari sepakati, setiap buku yang  dibaca, setiap harmonisasi lagu yang didengar, setiap film yang ditonton di bioskop—dan beberapa bentuk yang menawarkan kesenangan pada otak  adalah buah pikir dan buah perasaan seseorang. Ide itu dituangkan, disusun satu persatu-satu; diterjemahkan dengan caranya sendiri-sendiri.Â
Baca juga: Dalam Berkarya Semua Orang Punya Formula, Ini Satu di Antaranya
Kali ini, saya ingin mengajak pembaca mengulik cerita—sangat—ringan serta singkat dari proses menulis saya selama ini.Â
***
Menulis ya menulis saja dulu, begitu pikir saya tiap kali memulai sebuah tulisan, sekalipun itu hanya jurnal harian.Â
Tunggu dulu, "hanya"?